Go On? (VI)

382 65 6
                                    

"Nana?" seru Mama Lee yang baru saja akan keluar. Memandangi Jaemin dengan intens. Masih tidak percaya jika saat ini Jaemin tengah berdiri dihadapannya.

"Annyeong, Mama," cicit Jaemin dengan begitu pelan.

Tanpa membalas sapaan Jaemin, Mama Lee justru menghambur untuk memeluk Jaemin yang tentu saja terkejut dengan perilaku dari Mama Lee itu.

Mama Lee benar-benar memberikan pelukan yang begitu erat pada Jaemin, membuat Jaemin semakin merasa bersalah.

"Mama sangat merindukan Nana. Sudah berapa lama ya sejak terakhir kali Nana kesini?"

Jaemin hanya bisa tersenyum tipis menanggapi pertanyaan dari Mama Lee sebab Jaemin sendiripun sudah lupa kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah keluarga Lee.

"Ayo masuk, Nana. Wah, mama benar-benar senang Nana mau kesini," ujar Mama Lee dengan mata berbinar.

"Mama..."

"Ya? Ada apa, Nana?" tanya Mama Lee masih dengan senyuman hangat yang belum sekalipun lepas dari wajahnya.

"Eunggg..."

"Nana ingin bertemu dengan Mark hyung ya?"

Jaemin seketika membulatkan matanya. Kenapa tebakan Mama Lee tepat sekali.

"I-iya. Apa Mark hyung ada?" tanya Jaemin hati-hati. Merasa tidak enak pada Mama Lee. Kedatangannya yang tiba-tiba saja pasti sudah membuat Mama Lee terkejut. Ditambah lagi ia ingin menemui Mark.

"Mark ada di kamarnya, Na. Entahlah sudah beberapa hari ini dia tidak keluar rumah. Mama sampai frustasi sendiri melihatnya."

"Mianhae, ini pasti gara-gara Nana."

"Tidak, sayang. Mama tidak menyalahkan Nana kok. Tapi, apa mama boleh minta tolong pada Nana?"

"Mama ingin minta tolong apa?"

"Nana datang kesini pasti ingin menyelesaikan semuanya dengan Mark, kan? Jika iya, mama minta tolong agar Nana bisa benar-benar mendengarkan penjelasan dari Mark. Mama tahu kalau Nana pasti masih sangat sulit untuk menerima Mark. Tapi, bisa kan Nana membuka hati Nana untuk memaafkan Mark?"

Jaemin mengangguk pelan, "akan Nana usahakan, Ma."

"Baiklah, Nana temui saja Mark di kamarnya. Oh iya, bisakah mama minta tolong Nana untuk sekalian membawa makanan untuk Mark? Dari pagi, Mark belum menyentuh makanan sekalipun. Mama minta tolong ya, sayang," pinta Mama Lee.

Jaemin kembali mengangguk dan menerima nampan berisi makanan yang sudah disiapkan oleh Mama Lee sebelumnya.

Perlahan, Jaemin melangkahkan kakinya menuju kamar Mark. Dengan degup jantung yang sudah tak karuan, Jaemin membuka pintu kamar Mark yang ternyata tidak dikunci.

Pemandangan pertama yang Jaemin lihat adalah tubuh Mark yang masih terbalut selimut tebal. Begitu juga keadaan kamar yang benar-benar berantakan.

Jaemin ingat betul jika Mark adalah seseorang yang sangat rapi. Namun kali ini, semuanya sungguh tak bisa dibilang rapi.

Menyadari jika mungkin Mark masih terlelap, Jaemin pun meletakkan nampan diatas nakas sembari berusaha membangunkan Mark yang kelihatannya memang masih terlelap.

Hampir dua menit Jaemin berusaha, namun Mark masih saja tidak bangun. Jaemin pun memutuskan untuk membuka sedikit selimut yang dipakai oleh Mark. Betapa terkejutnya Jaemin saat melihat wajah Mark yang bermandikan peluh.

Jaemin segera memeriksa kening Mark.

"Panas. Apa jangan-jangan Mark hyung demam?" -batin Jaemin.

Jaemin sudah akan bergegas mengambil handuk dan air untuk mengompres kening Mark, namun sebuah lengan menahannya.

"Jangan pergi, Na. Aku benar-benar minta maaf atas kesalahanku. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi." Itulah kalimat yang diucapkan oleh Mark. Membuat Jaemin tertegun.

"Aku akan mengambil handuk dan kompres sebentar, hyung."

Tak berapa lama, Jaemin kembali memasuki kamar Mark dengan handuk dan juga sebaskom air dingin.

Dengan telaten, Jaemin mengusap peluh yang membasahi tubuh Mark.

"Kenapa kau masih saja peduli padaku, Na?" tanya Mark begitu lirih. Tak lupa dengan tatapan putus asa yang ia tujukan pada Jaemin.

Jaemin hanya diam. Masih sibuk mengusap peluh yang dimiliki Mark.

"Na? Aku tau kau mendengarku. Tidak bisakah kau jawab pertanyaanku?"

Jaemin berhenti melakukan pekerjaannya dan memberanikan diri untuk menatap Mark yang juga tengah menatapnya.

"Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, hyung. Tidak usah berpikiran terlalu jauh," balas Jaemin.

"Haha. Jadi benar, kau memang sangat membenciku ya."

Merasa terganggu dengan ucapan Mark, Jaemin lantas benar-benar menghentikan kegiatannya dan beranjak pergi. Namun lagi-lagi, lengan Mark menahannya.

"Bukankah kau kesini karena ada yang ingin kau bicarakan, hm?"

"Ya, awalnya. Sekarang tidak lagi."

"Jangan seperti ini, Na. Aku benar-benar tersiksa jika kau terus menerus mendiamiku seperti ini."

Jaemin mendecih keras, "lalu bagaimana denganku? Apa hyung kira selama ini aku juga tidak tersiksa?!"

Yuhuuuuu double up dong 😂

Jangan lupa vomentnya yaaaa
Atau kalau kalian ada saran mau kelanjutannya kayak gimana, boleh kok hehe

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang