Sore itu tampak seorang namja manis yang tengah menatap sebuah kalung dengan sendu. Entah mengapa setiap kali ia melihat kalung itu, ia akan merasa sedih dan kecewa.
Masih teringat jelas dibenaknya tentang seseorang yang hingga detik ini selalu ia tunggu. Seseorang yang telah mampu mengambil hatinya sejak beberapa waktu yang lalu.
“Sebenarnya kau ada dimana? Aku benar-benar merindukanmu…” lirih namja manis yang kerap kali disapa Nana itu dengan sangat pelan.
***
Tanpa terasa hampir 12 tahun sudah Na Jaemin menanti seseorang yang bisa dikatakan berarti dalam hidupnya. Tak ada yang tahu mengapa hingga saat ini Jaemin masih terus saja setia menunggu seseorang yang bahkan tak pernah menghubunginya sekalipun sejak 12 tahun yang lalu.
Seseorang yang pergi begitu saja meninggalkannya yang masih berusia 5 tahun kala itu.
Jaemin kembali melajukan kaki mungilnya di tengah jalanan kota yang sudah riuh dengan berbagai kendaraan.
Wajahnya kembali tertunduk untuk menatap sebuah kalung yang selalu ia kenakan. Sesekali ia mengembuskan napasnya kasar saat mengingat seseorang yang telah memberikannya kalung itu. Sungguh ia merasa begitu konyol dengan perasaannya sendiri.
“Aku akan tetap menunggumu,” batin Jaemin dengan sebuah senyum samar yang sudah terukir di wajahnya.
.
.
.
Setibanya di kelas, suasana sudah pasti ramai layaknya pasar. Jaemin hanya bisa memutar bola matanya malas melihat tingkah laku teman-temannya yang tak jarang terlihat seperti anak kecil.
Namun tak jarang pula ia merasa geli dengan sikap konyol teman-teman sekelasnya itu.
Tak lama kemudian bel masuk telah berbunyi. Seisi kelas telah berhamburan menuju tempat duduk masing-masing. Dan seketika itu juga terdengar derap langkah dari Kim Ssaem, wali kelas Jaemin.
“Selamat pagi, anak-anak!” sapa Kim Ssaem ramah.
“Selamat pagi, Ssaem!” jawab seisi kelas dengan semangat.
“Baiklah, hari ini kalian akan mendapat teman baru. Mari, silahkan perkenalkan diri kamu,” ujar Kim Ssaem diikuti seorang namja dengan wajah yang begitu menawan.
“Annyeong semuanya, perkenalkan namaku Lee Minhyung. Kalian bisa memanggilku Mark. Semoga kita bisa berteman dengan baik.” Jaemin hanya memandang Minhyung -Mark sekilas lalu kembali berkutat dengan buku yang sedang dipegangnya.
“Baik, kamu bisa duduk di samping Jaemin. Na Jaemin, tolong angkat tangan kamu,” pinta Kim Ssaem dengan lembut. Jaemin pun mengangkat tangannya dengan sedikit malas.
Hampir 90 menit sudah proses belajar mengajar berlangsung dan waktu istirahat pun tiba. Namun entah mengapa mood Jaemin hari ini tampak begitu buruk.
Dia tak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya dan kembali memandangi kalungnya. Tanpa ia sadari, seseorang yang tengah berada di sampingnya hanya menatap ke arahnya dengan tatapan heran.
“Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?” tanya Mark dalam hati.
“Ehem.” deheman halus Mark membuat Jaemin seketika membalikkan tubuhnya untuk menatap Mark dan seolah bertanya ada apa?.
“Apa kau benar-benar masih menunggunya?” tanya Mark tiba-tiba.
“Maksudmu?” Jaemin menatap Mark dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Apa kau masih menunggu seseorang yang memberikanmu kalung itu?” lanjut Mark membuat Jaemin semakin tak mengerti.
“Bukan urusanmu!” jawab Jaemin dengan nada suara yang tak bisa dikatakan rendah.
“Hei! Aku belum selesai bicara!” seru Mark seraya berlari mengejar Jaemin.
Dengan langkah secepat kilat akhirnya Mark berhasil menemukan sosok yang ia cari. Ia menghembuskan napasnya sejenak sebelum menghampiri Jaemin yang tengah berada di taman sekolah.
“Nana!” sapa Mark dengan senyum yang begitu menenangkan.
“Ada apa? Jangan ikuti aku! Dan, jangan panggil aku seperti itu! Lagipula darimana kau tau nama panggilan itu?” pekik Jaemin tanpa menatap Mark.
“Jeongmal mianhae,” ujar Mark seraya menundukkan wajahnya.
“Hei! Apa yang kau lakukan? Minta maaf untuk apa? Kau gila ya?!” tanya Jaemin tak mengerti.
"Maafkan aku karena tak pernah menghubungimu,” lanjut Mark membuat Jaemin beralih menatapnya.
“Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?” Jaemin memandang Mark dengan intens.
“Ini,” jawab Mark seraya menunjukkan sebuah kalung yang tampak sama persis dengan kalung milik Jaemin.
“Ap-,“ belum sempat Jaemin bertanya, Mark sudah lebih dulu merengkuh dan memeluknya dengan erat.
“Maafkan aku,” lirih Mark.
Sementara Jaemin hanya bisa terdiam tanpa membalas pelukan Mark. Sungguh, dia masih sangat shock.
Setelah merasa cukup, dengan perlahan Mark melepaskan pelukannya dari Jaemin. Ditatapnya manik bening Jaemin dengan begitu lembut.
Berniat untuk menyalurkan segala keresahan dan kerinduan yang ia alami selama 12 tahun terakhir ini. Berbeda dengan Jaemin yang masih saja terpaku dengan sosok yang kini berada dihadapannya.
Namun, sedetik kemudian ia kembali tersadar bahwa namja itu memang seseorang yang selama ini ia rindukan. Jaemin pun percaya bahwa Lee Minhyung ialah sosok nyata dari cinta sejati yang selalu ia nanti dengan begitu sabar.
"Karena kemanapun dan sejauh apapun ia pergi, ia pasti akan tau kemana arah untuk kembali." -MarkMin.
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
RandomJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08
![Drabble Stories [MarkMin]](https://img.wattpad.com/cover/194525304-64-k577988.jpg)