What Should I Do (V)

522 73 8
                                    

"O-oh, kau?!"

"Jaemin? Benar kan? Wah, senang sekali bisa bertemu kembali denganmu."

"Ehm, iya," jawab Jaemin dengan senyum manis.

"Siapa dia, Na?" tanya Mark mengintimidasi.

"A-ah, perkenalkan. Namaku Hyunjin," balas Hyunjin sembari mengulurkan tangan pada Mark.

Mark hanya mendecih pelan, "aku tidak peduli siapapun namamu. Tapi, kenapa kau bisa kenal dengan Nana?"

Mendapat respon yang tidak baik dari Mark, Hyunjin hanya bisa tersenyum kaku. "Kita pernah tidak sengaja bertemu dan aku mengantarkannya pulang."

"Kau pulang bersama namja lain, Na?"

Jaemin memutar bola matanya malas. Hiperbola sekali respon dari mantan kekasihnya ini.

"Sudahlah, aku ingin cepat pulang. Lebih baik kita duduk saja, hyung."

Mark mencegah Jaemin untuk duduk, "kau harus jelaskan padaku dulu, Na."

Hyunjin yang merasa tidak enak pun pada akhirnya meminta untuk kembali membersihkan kekacauan yang sebelumnya terjadi. "Jaemin-ah, aku permisi melanjutkan pekerjaanku dulu ya."

Sementara Jaemin membalas dengan senyum sehangat mentari, Mark justru menghadiahi pandangan tak suka pada Hyunjin. Membuat Hyunjin bergidik ngeri.

"Ada apa dengan namja ini? Kenapa seram sekali," -batin Hyunjin.

Sepeninggal Hyunjin, Mark dan Jaemin mencari tempat duduk untuk keduanya bicara.

Untuk beberapa menit, hanya keheningan yang melanda. Tak ada satupun dari Mark ataupun Jaemin yang memulai pembicaraan.

Mark yang masih terfokus pada sosok Hyunjin yang tampak sok dekat dengan Jaemin. Sedangkan Jaemin sendiri hanya sibuk memikirkan kalimat seperti apa yang harus ia ucapkan pada Mark untuk mengakhiri semuanya.

Jaemin sebenernya tak pernah rela jika harus melepaskan Mark dari kehidupannya. Selama ini, Mark lah yang mampu membawa kebahagiaan dalam hidup Jaemin. Namun, Mark juga lah yang sudah membuatnya tersakiti.

Keputusan Jaemin untuk berhenti dari hubungannya dengan Mark, bukan hanya perihal kedekatan Mark dan Haechan. Namun, ada hal lain yang membuatnya merasa sudah tidak yakin lagi dengan Mark.

Mark, namja bucin semangka itu seringkali membuat Jaemin bingung dengan segala sikapnya.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan, Na?"

Jaemin berdehem pelan untuk menutupi kegugupannya. "Aku ingin kita menyelesaikan apa yang sudah kita mulai dengan baik, hyung."

Dengan kerutan samar, Mark membalas perkataan Jaemin, "maksudmu apa, Na?

"Kumohon, hyung bisa mengerti posisiku. Aku tidak bisa terus menerus mempertahankan hubungan yang seperti ini. Aku sudah lelah, hyung."

Ucapan Jaemin sontak membuat Mark meraih pelan jemari Jaemin sembari memberikan tatapan penuh harap pada Jaemin.

Mendapat tatapan yang begitu hangat dari Mark, membuat Jaemin mengalihkan pandangannya. Jaemin tak ingin goyah dari keputusan yang sudah ia buat sendiri.

"Aku akan memperbaiki semua kesalahanku, Na. Tapi, jangan akhiri hubungan kita seperti ini."

"Tidak bisa, Mark hyung. Aku bahkan sudah berkali-kali memberikan kesempatan pada hyung. Tapi berkali-kali juga hyung mengulangi kesalahan yang sama."

"Keputusanmu ini hanya karena kedekatanku dengan Haechan? Na, Haechan adalah temanku sejak kecil dan kita selalu bersama-sama. Jadi, bukankan wajar jika aku dan Haechan sangat dekat? Aku hanya menganggapnya teman, Na."

Jaemin mengembuskan napas berat, sulit sekali membuat Mark mengerti.

"Aku tau, hyung. Tapi bukankah hyung harus tau batasan? Apa hyung tidak ingat? Selama ini hyung selalu saja memprioritaskan Haechan, dibanding aku yang adalah kekasih hyung. Mungkin selama ini hyung tidak pernah menyadarinya. Tapi perlu hyung tahu, setiap kali melihat perlakuan hyung pada Haechan yang menurutku tidak biasa itu selalu membuatku sakit, hyung," tutur Jaemin penuh penekanan. Kali ini ia sudah bertekad untuk melepaskan semua yang selama ini ia pendam.

Mendengar penuturan dari Jaemin, membuat Mark seketika terdiam. Tak tahu harus membalas seperti apa. Jika diingat-ingat lagi, memang selama ini ia selalu mendahulukan Haechan dibandingkan Jaemin. Mark begitu menyesal, pasti selama ini Jaemin merasa begitu kecewa padanya.

"Maafkan aku, Na," sesal Mark sambil menunduk. Tak lagi punya nyali untuk menatap netra indah Jaemin yang selama ini begitu tulus mencintainya.

"Tidak apa, hyung. Tidak perlu meminta maaf seperti itu."

Mark lantas mendongak, apa-apaan jawaban dari Jaemin itu? Kenapa namja di depannya ini begitu baik? Bahkan setelah apa yang selama ini ia perbuat pada Jaemin.

Melihat respon dari Mark, Jaemin hanya terkikik pelan. "Wajah hyung lucu sekali!"

Mark memandang Jaemin datar. "Apa yang kau tertawakan, Na?!"

"Mianhae, hyung."

"Na Jaemin..."

Jaemin berubah serius saat Mark memanggilnya seperti itu. "Baiklah, aku akan berhenti tertawa."

"Jadi, sekarang bagaimana? Kau sudah benar-benar ingin lepas dariku, ya?" tanya Mark dengan suara terlampau berat.

Jaemin mengangguk sebagai jawaban.

Mark hanya bisa menunduk pelan. Ia merasa begitu bodoh, selama ini telah menyia-nyiakan namja sebaik Jaemin.

"Aku benar-benar berterimakasih pada Mark hyung. Selama beberapa waktu ini, hyung sudah membuatku begitu bahagia. Semoga setelah ini, aku dan hyung bisa sama-sama menemukan kebahagiaan yang baru. Aku selalu mendoakan Mark hyung agar selalu tersenyum, seperti saat hyung memakan semangka. Hehe."

"Na? Kenapa kalimatmu seperti itu? Kita masih bisa saling bertemu kan?"

Jaemin lantas tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, hyung. Lusa, aku akan berangkat ke Amerika. Aku akan tinggal dengan Jaehyun hyung disana."

"APA?!"

Tbc/End 😁

Hayoooo, mana nih tim yang udah nungguin banget moment MarkMin? Huhu 😭😂

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang