Reach Your Dream, and Then ....

1.1K 106 5
                                    

"Nana-ya! Ayo kita segera berangkat!" teriak eomma Jaemin dari ruang tamu dengan suara yang cukup memekakkan telinga.

"Iya, sebentar!" jawab Jaemin sembari mengecek barang-barang bawaannya.

Hari ini Jaemin sudah memutuskan untuk berangkat menuju Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya. Ya, ia telah memperoleh beasiswa untuk menuntut ilmu pada jurusan Musik di Harvard University. Salah satu kampus terbaik yang ada di Amerika Serikat.

Jaemin tentu saja merasa sangat bersyukur dapat memiliki kesempatan untuk mewujudkan impiannya itu.

Tanpa berlama-lama lagi, Jaemin pun segera mengikuti sang eomma yang tengah menunggunya di depan gerbang rumah.

"Cepatlah, Nana-ya! Sebentar lagi jadwal keberangkatan pesawat kamu!" ujar sang eomma dengan nada yang terkesan sedikit keras.

"Ne, eomma." Jaemin hanya menjawab singkat dan langsung memasukkan kopernya ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Jaemin terus saja menunduk dan tak mengucapkan sepatah katapun membuat eomma-nya mengernyit bingung.

"Ada apa, sayang?" tanya eomma Jaemin memecah keheningan.

"A-aniya, eomma," jawab Jaemin sekenanya.

"Apa kamu masih memikirkan dia?" tanya eomma Jaemin sambil masih memfokuskan pandangannya ke jalan raya.

"Maksud eomma siapa?" Jaemin justru balik bertanya pada eomma-nya.

Ia sebenarnya sudah tahu siapa yang dimaksud oleh eomma-nya. Hanya saja ia tak ingin memikirkan hal itu terlebih dahulu. Ia takut jika nanti akan mempengaruhi keputusannya.

"Sudahlah, Nana. Tidak usah disembunyikan. Eomma tahu mungkin ini begitu berat untuk kamu. Tapi ingatlah bahwa ini adalah mimpimu dari dulu." Nyonya Na menatap anak semata wayangnya itu sekilas dengan senyum yang sudah mengembang di wajahnya.

"Iya, eomma," jawab Jaemin lagi-lagi sangat singkat.

Jaemin sebenarnya masih berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa keputusannya untuk memilih melanjutkan studinya di luar negeri merupakan keputusan yang benar.

Namun di sisi lain ia merasa sangat sedih. Pasalnya Lee Minhyung yang notabenenya adalah namjachingu-nya tidak sekalipun menghubunginya selama seminggu terakhir ini.

Dadanya bahkan terasa semakin sesak saat kembali mengingat bahwa Mark tak menemuinya saat ia ingin menyampaikan keberangkatannya seminggu yang lalu. Sungguh, pikiran Jaemin sangat kacau pada saat itu.

Tak berapa lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh eomma Jaemin itupun tiba di bandara. Dengan langkah yang terkesan lemas, Jaemin segera mengeluarkan kopernya dan menyeretnya menuju ke dalam bandara dengan tatapan kosong yang sungguh membuat eomma-nya bingung.

"Lima belas menit lagi kamu berangkat. Cepatlah masuk. Jaga diri kamu disana. Jangan lupa segera hubungi eomma jika kamu sudah sampai disana. Hubungi eomma jika kamu mengalami kesulitan disana. Dan, bla bla bla..."  Eomma Jaemin terus saja melontarkan kalimat-kalimat yang membuat Jaemin merasa begitu berat meninggalkan eomma tercintanya itu.

“Baiklah, eomma. Tapi aku masih ingin menunggu sebentar lagi," pinta Jaemin sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Benar. Ia sedang berharap bahwa Mark akan menemuinya. Bahkan ia sungguh berharap bahwa namjachingu-nya itu akan mencegahnya untuk berangkat menuju Amerika.

"Baiklah, tapi lima menit saja. Kalau tidak, kamu tahu sendiri kan akibatnya," kata nyonya Na yang hanya dibalas anggukan dari Jaemin.

Tiba-tiba.

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang