Go On? (V)

436 78 10
                                    

Semenjak pembicaraannya dengan sang Bunda tempo hari, Jaemin mulai kembali berpikir tentang apakah yang ia lakukan ini sudah benar atau tidak. Terlebih lagi, perasaannya sendiri pun sebenarnya masih begitu bimbang. Tentu saja, sikapnya pada Mark juga membuatnya tersiksa. Jaemin sungguh tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Jaemin memang masih butuh waktu untuk bisa bertemu dan membicarakan apa yang terjadi di masa lalu dengan Mark. Jaemin bukanlah seseorang yang bisa dengan mudahnya menghapus segala kejadian yang pernah ia alami. Termasuk kejadian pahit yang sudah Mark berikan pada kehidupannya beberapa tahun silam.

"Na? Mau ke kantin?" Haechan menawari Jaemin sambil menyenggol lengan pemuda Na itu pelan.

Renjun juga ikut memandang Jaemin yang masih saja terdiam, tak memberikan respon.

"Bunda bilang tadi pagi kau melewatkan sarapanmu, jadi ayo kita makan dulu saja. Kelas kan masih akan dimulai 2 jam lagi." Haechan kembali membujuk Jaemin yang masih tak bergerak sedikitpun.

"Haechan benar, Na. Lagipula aku yakin jika kau juga sebenarnya lapar kan?" tanya Renjun.

"Baiklah, ayo kita makan," balas Jaemin datar.

Renjun dan Haechan hanya bisa saling berpandangan sambil menghela napas pelan. Benar-benar lelah dengan sikap Jaemin yang tidak bersemangat.

Mereka bertiga pun menuju kantin yang ada di fakultas mereka. Haechan dan Renjun membicarakan banyak hal disepanjang jalan. Sementara Jaemin? Dia masih tetap menunduk dengan pandangan mata kosong.

"Injunie sayang~"

Renjun hanya memberikan tatapan malas pada Jeno. Seseorang yang baru saja memanggilnya dengan nada yang begitu menggelikan.

"Mau makan ya? Aku temani ya?"

"Tidak usah, Jen. Aku akan makan dengan Haechan dan Nana."

Jeno seketika mencebikkan bibirnya kesal mendapat penolakan dari sang kekasih yang memang terkenal cuek itu. "Ayolah, Njun. Aku sendirian."

"Kau tidak bersama Lucas hyung?" tanya Renjun kemudian.

Jeno menggeleng, "tidak. Lucas hyung sedang ada praktikum."

"Sudahlah, Njun. Biarkan saja Jeno makan bersama kita. Kau tidak lihat wajahnya yang mengerikan itu?" Haechan menimpali dengan nada yang hmm tentu saja menyebalkan bagi Jeno.

Selanjutnya Renjun hanya mengangguk samar, membiarkan kekasihnya itu untuk ikut makan bersama.

Disaat keempatnya sudah mendapatkan tempat duduk, Jeno kembali tertegun dengan keadaan Jaemin. Kenapa semakin hari keadaan Jaemin semakin mengenaskan. Persis sama seperti hyungnya. Bahkan hyungnya bisa dibilang lebih parah berkali-kali lipat.

"Njun, Nana masih banyak diam ya?" bisik Jeno pada Renjun yang tengah memilih menu.

"Seperti yang kau lihat."

"Kau tau? Bahkan Mark hyung lebih parah."

Renjun merasa tertarik dengan ucapan Jeno, "benarkah?"

"Mama sampai bingung harus melakukan apa untuk membuat Mark hyung lebih baik. Aku sebenarnya juga sangat kasihan melihat Mark hyung. Tapi apa boleh buat, aku sendiri masih sangat kesal jika mengingat perbuatannya pada Nana."

Tanpa keduanya sadari, Jaemin sebenarnya ikut mendengarkan percakapan yang terjadi antara Jeno dan Renjun. Lagi-lagi Jaemin merasa jika dia sudah kelewat batas dengan mendiamkan Mark sampai sejauh ini.

"Jen, apa Mark hyung ada dirumah?" Jaemin bertanya dengan nada terlampau dingin.

"Ha?" Jeno hanya bisa melongo mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Jaemin.

"Ah, tidak jadi." Jaemin kembali menarik ucapannya. Merasa salah karena langsung menanyakan keberadaan Mark seperti tadi.

"Hei, aku hanya kaget saja. Mark hyung ada di rumah, Na. Sudah berhari-hari Mark hyung hanya berdiam diri di kamarnya," terang Jeno.

"Na, kau ingin menemui Mark hyung?"

"Aku...."

Haechan yang gemas sontak membalikkan tubuh Jaemin agar berhadapan dengannya. "Kita tau jika diam-diam kau pasti mengkhawatirkan keadaan Mark hyung kan? Tidak apa, Na. Kau tidak bisa terus menerus mementingkan egomu. Temui saja Mark hyung dan selesaikan apa yang selama ini menjadi jurang pemisah antara kalian."

"Haechan benar, Na. Kau harus bisa berdamai dengan hatimu sendiri. Jika terus seperti ini, kau akan semakin menyakiti dirimu dan tentunya Mark hyung."

"T-tapi apa Mark hyung masih mau menemuiku setelah berkali-kali aku menolaknya beberapa hari yang lalu?" lirih Jaemin dengan sendu. Kentara sekali jika Jaemin sebenarnya juga merasa putus asa.

"Mark hyung pasti akan sangat senang jika kau mau menemuinya, Na. Aku yakin itu." Jeno yang sedari tadi diam pun pada akhirnya ikut mendorong Jaemin.

"Arraseo. Nanti sore aku akan menemui Mark hyung."

Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Jaemin, ketiga namja lainnya pun tak bisa untuk menahan senyum mereka.

Sore harinya, Jaemin benar-benar akan menemui Mark. Disinilah Jaemin. Saat ini ia sudah berdiri tepat di depan pintu rumah keluarga Lee. Dengan jemari yang tak bisa berhenti untuk gemetar.

"Eottokhae?"

Tbc lagi yaaaa 😁

Gimana nih? Jaemin bakal beneran ketemu sama Mark nggak ya kira-kira?

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang