Go On? (IV)

460 81 17
                                    

Di tengah hujan deras yang sedang mengguyur Kota Seoul, Jaemin tampak termenung di dalam kamarnya dengan ditemani boneka Ryan kesayangannya. Entah sudah berapa kali ia menghela napas. Merasa begitu lelah dengan kehidupannya.

"Nana? Bunda masuk, ya?" Terdengar suara Bunda Na dibalik pintu kamar Jaemin.

Tanpa menunggu jawaban dari Jaemin, Bunda Na memasuki kamar sang putra kesayangan.

Bunda Na memberikan senyum hangat pada Jaemin yang masih tampak termenung.

"Nana baik-baik saja kan?" tanya Bunda Na.

"Aku baik, Bunda. Memangnya kenapa?" Jaemin membalas dengan kerutan di dahinya. Pertanda jika ia sedang bingung.

"Tidak. Bunda kan hanya bertanya, sayang."

Jaemin memilih tidak lagi membalas perkataan Bunda Na.

"Na, Bunda boleh bertanya sesuatu tidak?"

"Tanya saja, Bunda. Ada apa?"

"Nana masih mencintai Mark hyung kan?"

Mendengar pertanyaan sang Bunda, Jaemin lantas terdiam kaku. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar menjawab pertanyaan Bundanya itu dengan jawaban 'tidak'. Jaemin benar-benar tidak kuasa membalas pertanyaan Bundanya itu.

Bunda Na ikut tersenyum saat menyadari sikap Jaemin yang tampak sekali sedang bimbang. Sejak awal memang wanita paruh baya itu sudah sangat yakin jika Jaemin masih memiliki perasaan yang sama untuk Mark, namja yang beberapa hari ini terus menerus berusaha menemui Jaemin. Meskipun pada akhirnya Jaemin tetap tidak mau menemuinya.

Bunda Na sendiri menyadari sikap Jaemin memang tidak salah mengingat putra semata wayangnya itu pasti masih menyimpan kekecewaan yang begitu besar pada Mark. Namun Bunda Na juga mengerti jika sudah seharusnya Jaemin mulai memaafkan Mark dan tidak membohongi perasaannya lagi.

"Nana tau tidak? Bunda sering kan mengatakan pada Nana, setiap orang itu punya hak untuk diberikan kesempatan kedua. Begitupun dengan Mark."

Jaemin kembali menghela napas pelan, "Bunda, aku masih tidak mau membahas apapun tentang Mark hyung."

"Tidak bisa, sayang. Nana tidak bisa jika terus menerus menghindari permasalahan ini. Nana harus segera menyelesaikannya dengan Mark."

"Tapi semuanya memang sudah selesai, Bunda."

Merasa gemas sendiri dengan Jaemin, Bunda Na sontak memegang bahu Jaemin dan memintanya untuk kembali berpikir dengan jernih. "Bukan itu yang Bunda maksud, Nana."

"Bunda, jangan paksa Nana."

"Bunda bukannya ingin memaksamu, Na. Tapi Bunda hanya tidak ingin anak kesayangan Bunda ini nantinya menyesal karena tidak mau mengikuti kata hatinya. Bunda tau jika Nana masih begitu mencintai Mark. Nana tidak boleh terus menerus membohongi perasaan Nana sendiri."

"Nana sudah tidak ada perasaan apapun pada Mark hyung," jelas Nana dingin.

Bunda Na merasa sudah kalah jika Jaemin menggunakan nada sedingin itu. Bunda Na akan membiarkan Mark dan Jaemin menyelesaikan kesalahpahaman diantara keduanya sendiri.

"Baiklah, Bunda minta maaf sayang jika Bunda sudah ikut campur. Bunda hanya ingin yang terbaik untuk Nana."

Nana menggelengkan kepalanya ribut mendengar penuturan sang Bunda. Merasa menyesal karena mungkin ucapannya sudah menyakiti perasaan sang Bunda.

Nana meminta maaf pada sang Bunda dan mulai mau menjelaskan apa alasan yang selama ini membuatnya masih begitu berat untuk memaafkan Mark. "Aku masih butuh waktu, Bunda."

"Bunda mengerti, sayang. Tapi Nana juga tahu bukan jika menunggu itu adalah hal yang paling membosankan? Kalau Nana memang masih berniat untuk memberikan kesempatan kedua pada Mark hyung, Nana juga harus mau mengesampingkan ego Nana dan mulai mau membuka hati Nana. Paling tidak Nana harus mau menemui Mark hyung. Apa Nana tidak kasian melihat Mark hyung berhari-hari selalu kesini dengan wajah cerah tapi selalu saja pulang dengan wajah lesu? Bunda saja yang melihatnya tak sampai hati. Masa Nana yang berhati lembut ini membiarkan Mark hyung begitu terus? Nana tega?"

Mendengar penuturan panjang Bunda Na membuat Nana seketika tertegun. Merasa begitu bersalah sudah mendiamkan Mark berhari-hari. Nana merasa jika mungkin ia sudah keterlaluan.

Tanpa Jaemin ketahui, Bunda Na kini tengah tersenyum penuh arti. Merasa begitu bangga telah berhasil mempengaruhi si manis untuk kembali membuka hatinya untuk Mark. Jaemin saat ini memang terlihat sedang berpikir keras.

"Semoga setelah ini Nana dan Mark bisa kembali bersama." -inner Bunda Na

Yuhuuuu gimana nih ceritanya? Kalian masih penasaran nggak sebenernya apa sih yang udah dilakuin Mark sampe bikin Nana segitu susahnya buat maafin?



" -inner Bunda NaYuhuuuu gimana nih ceritanya? Kalian masih penasaran nggak sebenernya apa sih yang udah dilakuin Mark sampe bikin Nana segitu susahnya buat maafin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang