Boyfriend? (I)

1K 82 2
                                    

Na Jaemin. Namja dengan paras yang begitu manis. Tengah meringkuk dibalik selimut tebalnya. Tak berniat sedikitpun untuk bangun dan memulai harinya.

Nana. Itulah sapaan khas yang diberikan oleh teman-teman terdekatnya. Manis, sama seperti karakter yang dimilikinya.

"Huahhhhh, malas sekali," gerutu Jaemin sambil menguap lebar.

Selanjutnya, ia kembali hanya berguling-guling tidak jelas di tempat tidur. Kembali membungkus tubuhnya kedalam selimut.

Baru saja ia akan memejamkan mata, sebuah dering dari ponselnya terdengar dengan begitu nyaring.

Yeobseoyeo

YAK! Kau masih belum bangun juga ya?!

Aku masih mengantuk

Cepatlah, bodoh! Kau kira ini jam berapa hah?!

Berisik!!!

Na, hari ini kita ada kuis

Aku tau

Kalau sudah tahu, cepatlah bersiap astaga

Iya-iya, cerewet sekali sih

Mwo?! Apa kau bilang?!

Ini masih pagi, Njun
Jangan marah-marah seperti itu

Sudahlah, terserah kau saja

Hehe, baiklah
Aku bersiap

Yasudah, cepat sana!
Kutunggu didepan lobi apartemenmu

Arraseo
Tunggu aku ya, Injunieeeee

Dasar bodoh!

Pada akhirnya, setelah mendapat ocehan pagi dari sang sahabat, Jaemin pun bergegas menuju kamar mandi dan segera bersiap untuk menuju kampusnya. Tentu saja dengan gerutuan yang tak pernah hilang dari bibir ranumnya.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Jaemin untuk bersiap. Ia kini telah selesai dan langsung bercermin dengan begitu bangganya.

"Hai, Njun!" sapa Jaemin dengan riang saat sudah bertatap muka dengan Renjun, sahabatnya.

"Tidak usah basa-basi. Ayo cepat, kita berangkat. Kita sudah hampir telat."

Renjun berjalan mendahului Jaemin yang masih terkekeh di belakangnya. Memang, Jaemin suka sekali menggoda sahabat mungilnya itu.

Setelah sampai di area kampus, Jaemin dan Renjun segera memasuki kelas mereka dengan napas yang cukup tersengal. Ya, mereka baru saja berlari.

Setibanya di dalam kelas, alangkah terkejutnya Jaemin saat melihat Mark tengah bercengkrama dengan Haechan. Keduanya tampak begitu bahagia.

Jaemin hanya bisa menghela napas dalam. Tak berniat untuk menyapa keduanya. Ini masih pagi dan hatinya sudah dibuat remuk untuk kesekian kalinya.

Renjun yang menyadari perubahan raut wajah Jaemin sontak menepuk pelan lengan sang sahabat. "Kau baik-baik saja kan, Na?"

"Seperti biasa. Kau juga pasti sudah hapal, Njun," balas Jaemin lirih.

"Lagipula, ini juga salahmu. Kenapa kau tak meminta Mark hyung untuk memberikan kepastian? Jika kau terus menerus seperti ini, bukankah kau sendiri yang akan sakit?"

Jaemin mendesah pasrah. Perkataan Renjun memang selalu benar. Jujur saja, ia sendiri juga merass sudah tidak sanggup dengan semuanya. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan. Tidak ada sebab lain. Hanya satu. Karena Jaemin begitu mencintai Lee Mark.

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang