What Should I Do? (III)

525 77 10
                                    

Haloooo semuanya
Masih inget nggak nih sama akun botolcouple ini?
Huhu, maafin kita ya yang udah berabad-abad nggak bisa ngelanjutin ff yang kita tulis karena emang kita bener-bener lagi ada kesibukan di real life yang nggak bisa ditinggalin :((((

Makasih yaaa buat semua readers yang selama ini masih setia baca dan nungguin kelanjutan ff kita
Abis ini kita usahain deh biar bisa ngelanjutin ff kita

***
Semenjak kejadian tempo hari, Jaemin benar-benar sudah tidak peduli lagi pada Mark dan apapun yang namja bermarga Lee itu lakukan. Jaemin sudah merasa cukup sabar dan menahan segala amarah yang selama ini ia pendam. Tentu saja, tidak ada hal lain yang bisa membuat Jaemin kesal selain kedekatan Mark dan Haechan.

Terkadang Jaemin sempat berpikir, apakah selama ini memang sikapnya seperti anak kecil karena menyimpan rasa cemburu pada Haechan, temannya sendiri. Namun, apa boleh buat, Jaemin juga merasa memiliki hak untuk cemburu pada kedekatan teman gembulnya itu dengan Mark.

"Na? Aku boleh tanya, tidak?" Renjun yang sedari tadi duduk disamping Jaemin, akhirnya buka suara.

Jaemin hanya berdehem pelan sebagai jawaban.

Merasa mendapat persetujuan dari Jaemin, Renjun lantas melanjutkan ucapannya. "Kau sedang ada masalah ya dengan Mark hyung?"

"Tidak," jawab Jaemin cepat.

"Jangan berbohong, Na. Aku ini sahabatmu, bukan?" tanya Renjun dengan wajah dibuat semelas mungkin. Mencoba merayu Jaemin agar mau bercerita dengannya. Meskipun Renjun sebenarnya sudah tahu, permasalahan apa yang sedang dihadapi oleh Jaemin.

"Aku yakin kau sebenarnya juga sudah tau, Njun."

"Baiklah. Mark hyung dan Haechan lagi?"

Jaemin membalas dengan anggukan samar. Membuat Renjun seketika menghela napas pelan. Merasa pusing sendiri dengan permasalahan kedua sahabatnya itu.

"Lalu sekarang kau ingin bagaimana, Na?"

"Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Mark hyung." Jaemin megatakan hal itu dengan wajah lesu tanpa semangat sedikitpun. Masih kentara sekali jika Jaemin menyesali keputusannya untuk berpisah dengan Mark.

"Tanggapan Mark hyung, bagaimana?"

"Molla! Dia tak mengucapkan apapun. Bahkan saat aku berlari meninggalkannya, Mark hyung juga tak bergerak selangkah pun untuk mengejarku. Memang sudah seharusnya kita berakhir. Aku akan mencoba ikhlas, Njun. Aku juga kasian dengan diriku sendiri jika terus menerus memendam rasa cemburu," jelas Jaemin.

"Ya sudah, Na. Aku tidak bisa memberikan saran apapun padamu. Aku yakin kau pasti tau apa yang terbaik untuk dirimu sendiri." Renjun berujar dengan pelan sembari memeluk Jaemin dengan erat. Mencoba memberikan kekuatan pada sahabat manisnya itu.

Disaat Renjun dan Jaemin sedang berpelukan, datang seseorang yang dengan seenaknya memisahkan keduanya. "Heh! Kalian ini kenapa peluk-pelukan seperti itu?"

"Apa-apaan sih, Jen?! Kau ini, mengganggu tau!" teriak Renjun dengan tatapan mengerikan.

Jeno seketika menyengir lebar mendapat tatapan dari sang kekasih, "mian, Njun."

"Sudahlah! Apa yang kau lakukan di kelasku?" tanya Renjun heran. Pasalnya memang Jeno ini tidak berada di kelas yang sama dengan Renjun dan Jaemin.

"Aku kan ingin bertemu denganmu, Njun. Tapi sepertinya waktunya tidak tepat ya hehe."

"Ya. Karena hyung mu yang sialan itu!"

"Wow! Kasar sekali sih, Njun," seru Jeno shock. Kekasih mungilnya itu seram juga jika sudah marah.

"Aku ke kamar mandi dulu." Jaemin berpamitan dengan tubuh lemas yang benar-benar sudah seperti zombie. Suram sekali.

Sepeninggal Jaemin, Jeno menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Jaemin. Mengapa sahabat dari kekasihnya itu bisa terlihat begitu frustasi.

Renjun awalnya menolak, karena dia sendiri sudah merasa kesal dan muak jika harus menceritakan kesalahan yang diperbuat oleh calon kakak iparnya itu -ehm.

Berkat desakan Jeno, Renjun pun menceritakan semuanya. Permasalahan yang terjadi diantara hubungan Jaemin dan Mark. Semua berawal dari kedekatan Mark dan Haechan yang sebenarnya untuk Renjun sendiri rada berlebihan, meskipun ia juga tahu jika Mark dan Haechan teman sejak kecil. Namun, terkadang Renjun juga tidak habis pikir dengan sikap Mark yang terlampau perhatian pada Haechan.

"Aku tidak menyangka jika hubungan mereka akan berakhir karena masalah ini," sahut Jeno setelah Renjun menyelesaikan kalimatnya.

Renjun hanya menggedikkan bahu. Ia sendiri tak bisa terlalu ikut campur.

"Pagi, Njun! Oh, ada Jeno juga!" sapa Haechan secerah matahari.

Jujur saja, Haechan ini memang memiliki wajah yang menyenangkan. Senyumnya bisa membuat hati seketika menghangat.

"Pagi juga, Enchan!" balas Renjun dan Jeno.

Tak lama, seseorang juga memasuki kelas. Tepat berada di belakang Haechan.

Dengan gurat wajah khawatir, seseorang itu lantas bertanya pada Renjun. "Njun, Nana dimana?"

Renjun hanya diam saja. Tak ada niat sedikitpun untuk memberikan jawaban atas pertanyaan seseorang yang bukan lain adalah Mark.

"Njun, Mark hyung bertanya padamu. Dimana Nana?" bisik Jeno menyadarkan Renjun agar segera membalas pertanyaan Mark.

"Memangnya untuk apa hyung mencari Nana? Masih ingat dengan Nana?" tanya Renjun sarkas.

"Njun, kenapa kau berkata seperti itu pada Mark hyung?" Haechan menimpali, merasa tidak terima dengan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Renjun.

"Kau tau-"

Belum sempat Renjun membalas perkataan Haechan, Jaemin datang dengan wajah yang sungguh kacau. Mata sembab, hidung memerah, dan surai yang sedikit basah. Sontak saja membuat seisi kelas menatapnya khawatir. Terlebih lagi Mark, dia segera menghampiri Jaemin dan menerjangnya dengan pelukan.

"Na, kenapa kau seperti ini?" lirih Mark masih dengan memeluk Jaemin.

"Aku lelah, hyung. Sudah cukup. Lebih baik hyung tidak usah muncul dihadapanku lagi," ucap Jaemin final.

Mark melonggarkan pelukannya, menatap netra Jaemin dalam. "Apa maksudmu, Na? Aku tidak akan mungkin sanggup tidak melihatmu lagi."

"A-aku...."

TBC ~

Hehe, ditunggu kelanjutannya ya readers tercinta
Semoga masih ada yang nungguin ff ini :')

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang