"Kau sungguh jahat! Kau jahat, Mark Hyung! Aku membencimu! Hiks hiks hiks..." teriak Jaemin diiringi isak tangis yang terus menghiasi wajah manisnya.
"Jaemin-ah, tenanglah! Kumohon, jangan seperti ini!" sahut Renjun pelan.
"Tidak! Bagaimana bisa aku tenang dalam keadaan seperti ini? Kau tidak akan pernah memahaminya, Njun." Jaemin secara perlahan menghampiri Renjun yang masih setia berada di sampingnya.
"Nana, dengarkan aku dulu-" belum sempat Renjun melanjutkan ucapannya, Jaemin sudah terlebih dahulu terduduk lemas di hadapannya. Bahkan keadaannya pun kini sudah benar-benar tak karuan lagi.
"A-aku sa-sangat mencintainya! A-aku sa-sangat mencintai Mark hyung, Njun. Tapi mengapa dia justru melakukan ini padaku? Mengapa dia harus meninggalkanku seperti ini? Dia jahat! Di-dia," lirih Jaemin.
Renjun hanya bisa terpaku melihat keadaan Jaemin yang tampak sangat memprihatinkan. Sungguh, ia ingin sekali membantu sahabatnya itu. Namun apa boleh buat, ia sendiri juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar sahabatnya itu tidak semakin terpuruk seperti saat ini. Ia sudah lebih dahulu berjanji pada Mark untuk menyimpan semuanya.
***
Flashback
Di sudut ruangan serba putih tempat dimana Jaemin masih tergeletak lemas di tempat tidur, Mark tampak begitu setia menemani kekasih tercintanya itu. Ya, Jaemin baru saja mengalami kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawanya. Mark hanya mampu melihat kekasihnya itu dengan tatapan kosong.
Ia benar-benar merasa bersalah dan menyesal. Ia merasa begitu bodoh karena tak bisa menjaga Jaemin dengan baik. Dan tanpa terasa setetes air mata telah keluar begitu saja dari kelopak matanya. Ia sungguh tak tahu harus berbuat apa.
"Permisi! Maaf, bisakah Anda keluar sebentar? Saya akan memeriksa pasien ini," ucap seorang dokter dengan tampilan yang begitu rapi dan menawan.
"Ba-baik, Uisa-nim." Mark pun segera melangkahkan kakinya menuju pintu yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
Ketika berada diluar ruangan, Mark tak henti-hentinya menundukkan kepalanya dengan wajah cemas yang luar biasa. Ia begitu khawatir dengan keadaan Jaemin yang masih saja belum sadarkan diri.
Jemarinya terlihat gemetar dan setetes air mata kembali lolos dari indera penglihatannya. Sungguh, ia merasa bersalah pada Jaemin. Meskipun pada kenyataannya ini semua bukanlah kesalahannya.
Tak lama kemudian, sang dokter telah keluar dari ruangan Jaemin.
"Bagaimana keadaan Jaemin, Uisa-nim?" tanya Mark dengan pelan seraya menghampiri dokter yang ternyata bernama Jung Jaehyun itu.
"Dia sudah melewati masa kritisnya, hanya saja untuk saat ini dia masih belum bisa sadarkan diri. Saya mohon Anda bersabar dan senantiasa menjaga serta mendoakannya," jawab Jaehyun uisa-nim dengan ramah sambil sesekali mengusap punggung Mark yang memang terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Jaemin.
"Jadi sampai saat ini Jaemin masih koma, Uisa-nim?" tanya Mark kembali dengan raut wajah yang menyiratkan kecemasan.
"Bisa dibilang seperti itu. Tapi Anda tenang saja, dia baik-baik saja. Kita tunggu saja perkembangannya hingga beberapa hari ke depan. Semoga tubuhnya segera bereaksi dan kembali dari komanya," jelas Jaehyun uisa-nim berusaha menguatkan Mark.
"Terima kasih banyak, Uisa-nim. Saya mohon selamatkan Jaemin, Uisa-nim. Dia orang yang sangat baik. Saya tidak mau dia seperti ini terus." Mark kembali menundukkan kepalanya dihadapan Jaehyun uisa-nim. Terlihat jelas raut kesedihan dibalik mata indahnya.
"Kami semua akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan orang yang sangat Anda sayangi ini. Namun kami juga memohon agar Anda terus memberikan kekuatan padanya. Kami yakin tidak ada yang lebih kuat dari dukungan dan kasih sayang dari orang-orang seperti Anda yang begitu mencintai Jaemin." Jaehyun uisa-nim mengulas sebuah senyum pada Mark dengan harapan bahwa Mark akan selalu setia menjaga dan memberikan semangat pada salah satu pasiennya itu -Na Jaemin.
"Baiklah, Uisa-nim. Saya akan menjaga Jaemin kembali sampai kedua orang tuanya datang. Sekali lagi terima kasih banyak, Uisa-nim," kata Mark sangat lirih.
"Ini sudah menjadi tugas kami untuk membantu setiap pasien yang ada disini. Baiklah kalau begitu, kami permisi dulu," kata Jaehyun uisa-nim diikuti kedua perawat yang sedari tadi berada disampingnya.
Sang dokter pun berlalu. Sementara Mark tampak masih terdiam sejenak di depan pintu ruangan Jaemin dirawat. Batinnya benar-benar tersiksa harus kembali melihat orang yang begitu dicintainya terbaring lemas dengan berbagai peralatan yang terpasang di tubuhnya.
Dengan langkah yang begitu berat, Mark kembali memasuki ruangan dan menghampiri Jaemin yang masih dalam keadaan koma. Ditatapnya setiap lekuk wajah sang kekasih yang sudah hampir 3 tahun ini mengisi hari-harinya dengan canda tawa yang tak jarang membuatnya sangat bahagia.
Jauh di dalam lubuk hatinya ia benar-benar tak ingin kehilangan sosok Jaemin yang sudah begitu melekat dalam hati dan hidupnya. Namun perkataan Jaehyun uisa-nim tempo hari membuatnya harus menelan kekecewaan.
Tbc ~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.