Finally, I Meet You Again!

8.4K 416 19
                                    

Sore ini udara dingin terasa begitu menusuk kulit bagi Jaemin yang tengah merasakan titik-titik air hujan dibalik langit senja yang kini menerpa wajah manisnya. Perlahan ia melangkahkan kaki mungilnya menyusuri jalanan komplek yang cukup lengang, sambil mengagumi keindahan hujan yang masih membasahi sekelilingnya.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Jaemin memutuskan untuk menghentikan langkahnya sejenak di sebuah halte bus. Dilihatnya beberapa pasang mata yang sedang asyik bercengkrama satu sama lain.

Dan, tanpa sadar senyumnya mengembang begitu saja saat melihat sepasang remaja berseragam putih abu-abu yang sedang menepi di salah satu sisi halte bus. Sang pemuda tampak berusaha menyalurkan kehangatan pada kekasihnya dengan menggenggam jemari sang kekasih dengan lembut. Sungguh pemandangan yang mampu membuat seorang Jaemin mengembuskan napas berkali-kali.

Lima belas menit berlalu, hujan masih juga tak kunjung berhenti. Jaemin mengedarkan pandangannya sejenak untuk melihat beberapa orang yang juga masih berteduh di halte bus. Hingga tiba-tiba saja iris bulatnya terpaku pada satu sosok.

Entah mengapa jantungnya kini berdegup dengan begitu cepat. Pun dengan aliran darahnya yang berdesir hebat. Sesaat kemudian, Jaemin mencoba untuk mengalihkan pandangannya yang seolah terkunci itu sambil berusaha mengendalikan gemuruh di dalam hatinya.

"Ada apa denganku?" batin Jaemin dalam diam.

Jaemin terus saja berusaha untuk menepis segala perasaan yang mungkin saat ini tengah bersarang di dalam hatinya sambil memeluk tubuhnya sendiri yang mulai menggigil. Bahkan kepalanya pun kini terasa begitu pening dan penglihatannya mulai mengabur.

Hingga beberapa detik kemudian, samar-samar ia dengar seseorang menghampirinya dan berteriak tepat di hadapannya, "Hei, bangunlah!"

***

Merasa terusik dengan sinar sang mentari yang menyeruak ke dalam jendela kamar, perlahan kelopak mata Jaemin mulai terbuka dengan sendirinya. Untuk beberapa detik, ia hanya terdiam sambil membiasakan iris bulatnya dengan ruangan yang saat ini ia tempati.

"Ini bukan kamarku. Lalu ada dimana aku sekarang?" pikir Jaemin dalam hati.

"Kau ada di dalam kamarku," seru seseorang yang kini tengah menatap Jaemin dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kau, siapa?" tanya Jaemin dengan ramah.

"Perkenalkan, namaku Mark," jawab namja bermarga Lee itu dengan singkat.

"Hm, Mark, boleh aku tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

"Baiklah, akan kuberitahu. Tapi alangkah lebih baik jika kau makan terlebih dahulu. Kau belum makan apapun sejak kemarin sore." Dia menyerahkan sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan juga secangkir teh hangat.

"Terima kasih, tapi kurasa aku sudah cukup merepotkanmu," ujar Jaemin lembut.

"Tak apa. Kau sama sekali tak merepotkanku. Aku hanya berusaha menolongmu."

Mendengar ucapan Mark yang terkesan begitu tulus, Jaemin pun segera menerima nampan yang sejak tadi berada di tangan Mark.

Untuk beberapa detik, hanya keheningan yang menyelimuti. Hingga Mark memutuskan untuk memulai percakapan.

"Sebaiknya kau segera memeriksakan dirimu, karena demammu cukup tinggi dan tubuhmu terus saja menggigil."

"Ba-baik." Entah mengapa setiap kali manik bening Jaemin bertatapan langsung dengan namja asing di hadapannya itu, jantungnya seakan ingin meledak.

"Kau boleh istirahat disini jika kau mau, besok jika keadaanmu sudah membaik aku akan mengantarkanmu pulang. Sekarang kembalilah beristirahat terlebih dahulu, aku akan menjagamu disini," tutur Mark dengan senyum yang begitu tulus sembari meminta Jaemin untuk kembali berbaring.

***

Sore harinya Mark tampak membuka matanya terlebih dahulu. Ia regangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal mengingat posisi tidurnya yang bisa dikatakan tidak nyaman sama sekali. Seharian ini ia memang telah memutuskan untuk tidur di samping tempat tidur yang ditempati oleh Jaemin.

Untuk sejenak Mark memandangi wajah damai Jaemin yang begitu manis. Tanpa sadar, seulas senyum telah tercetak begitu saja dibalik bibirnya.

"Kau memang tidak pernah berubah. Bahkan saat ini kau telah tumbuh menjadi namja yang begitu manis," batin Mark tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Jaemin yang masih terlelap.

Tak lama, Jaemin terlihat menggeliat dibalik selimutnya pertanda bahwa ia sedikit terusik dengan suara tetesan air hujan yang saat ini tengah mengguyur dikala senja menampakkan wajahnya.

Menyadari ketidaknyamanan Jaemin, Mark pun segera beranjak dan menutup tirai jendela kamarnya agar Jaemin dapat kembali merasa nyaman.

Cukup lama Mark dalam posisinya, memandangi Jaemin yang masih terjebak dalam alam mimpi. Hingga beberapa menit kemudian Jaemin menyadari bahwa ada seseorang yang tengah menatapnya dengan intens. Perlahan ia pun mengerjapkan matanya. Ia hanya dapat membulatkan irisnya melihat Mark yang sedang memandanginya.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Jaemin seraya mendudukkan dirinya.

"Tidak ada. Aku hanya memandangimu saja, Nana," jawab Mark datar. Membuat Jaemin mengerutkan dahinya.

"Darimana kau tahu namaku? Seingatku, aku belum memperkenalkan diriku padamu. Dan lagi, itu adalah nama kecilku."

"Apa kau sungguh tidak mengenaliku?" tanya Mark yang hanya dibalas gelengan kepala dari Jaemin. Menyadari jawaban dari Jaemin itu membuat Mark seketika tertegun.

"Maafkan aku. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Jaemin bertanya dengan suara yang sangat lembut hingga mampu menyadarkan Mark yang masih tertunduk.

"Sepertinya kau memang sudah benar-benar melupakanku," lirih Mark.

Detik berikutnya, Mark bergegas membuka salah satu laci yang ada di kamarnya. Ia tampak mengambil secarik kertas yang terlihat sedikit usang. Sementara itu, Jaemin hanya bisa menatap Mark dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan oleh Mark.

"Ini," seru Mark seraya menyerahkan secarik kertas dengan sebuah gambar di dalamnya.

"K-Kau?!" pekik Jaemin sembari mendongakkan wajahnya menatap Mark.

"Apa kau sudah mengingatnya?" Mark kembali berujar dengan nada yang kini terkesan begitu hangat.

"Kau, sungguh Lee Minhyung?" tanya Jaemin seakan tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia alami. Ya, Minhyung atau Mark ini adalah teman masa kecil dan juga cinta pertamanya. Mark adalah seseorang yang selama hampir 15 tahun ini menghilang dari kehidupannya.

"Ya, aku Minhyung. Teman masa kecilmu, Nana."

Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Mark membuat dada Jaemin bergemuruh dengan hebat. Bahkan bulir-bulir air mata kini tengah membasahi wajah manisnya.

Jaemin sungguh bahagia dapat bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Selama ini ia memang selalu berharap bahwa ia dapat bertemu kembali dengan Mark. Hingga ada masa dimana ia ingin menyerah dan melupakan kenangannya dengan Mark. Namun tetap saja, ia tak akan sanggup melakukannnya.

"Aku berjanji, aku tak 'kan meninggalkanmu lagi. Untuk saat ini, esok, dan seterusnya," ungkap Mark sembari mendekap erat Jaemin ke dalam pelukannya.

THE END

Nggak pernah bisa move on dari moment MarkMin ini 😙😙😙

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang