On the Third Rains (II)

962 106 14
                                    

Hari ini adalah hari ketiga sekaligus hari terakhir Mark berada di wilayah Chuncheon-si. Mark menghembuskan napasnya pelan. Ia merasa bahwa hatinya tidak tenang dan sedikit gusar, bagai ada sesuatu hal yang mengganjal dan membuatnya sedih.

Tiba-tiba pandangannya beralih ke arah sebuah jam dinding yang masih menunjukkan pukul 5 sore. Itu artinya masih tersisa 2 jam lagi untuk waktu perjanjiannya dengan Jaemin. Sebelumnya mereka memang telah berjanji untuk menyambut malam tahun baru bersama di Pulau Nami.

Mark kembali berpikir apa yang sebaiknya ia lakukan dan ia pun berinisiatif untuk mencari kado yang bisa ia berikan pada Jaemin.

Tak lama kemudian, Mark telah memasuki sebuah toko dan mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi toko untuk mencari sesuatu yang cocok bagi Jaemin. Pada akhirnya, matanya tertuju pada sebuah boneka mungil dengan mata sipit dan senyum yang begitu lebar. Tanpa ragu, Mark segera mengambil boneka itu dan membawanya ke kasir.

Setelah itu, dengan semangat yang begitu menggebu, Mark pun segera menuju ke Pulau Nami dengan senyum yang terus ia ukir disepanjang perjalanan. Ia sungguh tak sabar untuk bertemu dengan Jaemin. Mungkin ini sedikit gila, namun saat ini ia merasa bahwa ia benar-benar telah jatuh hati pada Jaemin yang baru dikenalnya dua hari yang lalu.

Mark mendudukkan dirinya di sebuah bangku panjang, tempat pertama kali ia bertemu dengan Jaemin. Memorinya kembali terpanggil saat ia bertemu dengan Jaemin untuk pertama kalinya. Di tengah hujan yang sedang mengguyur, dia dan Jaemin bertemu.

Mengingat hal itu membuat hati Mark seketika menghangat. Ia pun semakin larut akan angannya. Hingga ia tak menyadari bahwa Jaemin kini telah berada disampingnya. Tanpa ia sadari, saat ini Jaemin tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Bahkan sesekali Jaemin tampak menitikkan air mata.

Beberapa saat kemudian, Mark merasa jemarinya basah. Sontak ia pun memandang ke arah langit yang tampak begitu gelap. Dan benar saja, rintik hujan kembali menyerang Mark untuk ketiga kalinya. Ia pun beranjak dari tempat duduknya.

Namun, disaat yang bersamaan ia melihat Jaemin telah berada di hadapannya. Perlahan Mark mulai meneliti wajah Jaemin yang tampak begitu pucat. Bahkan surai lembutnya pun tampak berjatuhan di sisi pakaiannya. Mark hanya terdiam dan tak berani untuk menanyakan hal itu pada Jaemin.

Tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Letusan kembang api di langit menemani pertemuan terakhir Mark dengan Jaemin.

“Jaemin-ah, aku memiliki sesuatu untukmu. Tapi bisakah kau membukanya saat kau sudah berada di rumah?” pinta Mark. Jaemin sempat terdiam, namun setelah itu ia mengangguk.

“Jaemin-ah, ada yang ingin ku bicarakan padamu,” ucap Mark pelan. Dan Jaemin membalas ucapan Mark dengan tatapan bingungnya.

“Mungkin ini sedikit gila. Tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, Jaemin-ah.” Mark mengungkapkan perasaannya dengan hati-hati. Ia tak ingin membuat Jaemin tersinggung. Mark memandang Jaemin lekat-lekat, mencoba mencari jawaban darinya.

Perlahan Jaemin mulai mendekatkan tubuhnya pada Mark. Kini Mark telah merasakan deruan napas hangat dari Jaemin yang terasa dikulitnya. Mark kembali menatap dalam mata Jaemin. Tak lama, Jaemin berhambur memeluk erat tubuh Mark yang baru saja mengakui perasaan cintanya.

Mark dapat merasakan bahwa sebuah tetesan air mata sedang membasahi pakaiannya. Dia mencoba untuk mengangkat wajah Jaemin, namun Jaemin menahan kepalanya agar tetap berada dibalik dada Mark. Mark pun semakin mengeratkan dekapannya pada Jaemin.

Detik berikutnya, Mark kembali menatap langit malam sambil bergumam “Terimakasih Tuhan, Kau telah mengirimkanku sebuah kado terindah yang sungguh luar biasa. Aku akan berusaha untuk selalu menjaga malaikat-Mu ini dengan sepenuh hatiku. Pintaku, jagalah perasaan yang kami miliki ini. Mulai detik ini, akan kupercayakan apapun takdir yang telah Kau gariskan untuk ku dan namja spesial-ku ini. Na Jaemin.”

Tanpa Mark sadari, saat ini Jaemin tengah menahan rasa sakit yang luar biasa ia rasakan. Seperti yang telah dirasakan oleh Mark sebelumnya mengenai surai lembut Jaemin yang tampak berjatuhan di sisi pakaiannya. Hal itu tak lain karna selain seorang tunawicara, Jaemin juga merupakan seorang pengidap kanker darah.

Jaemin begitu bersyukur karena disaat-saat terberatnya seperti sekarang ini, Tuhan telah mengirimkannya seseorang yang mampu membuat hatinya tenang. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa Jaemin sebenarnya juga masih tidak begitu yakin dengan perasaannya sendiri.

Hanya saja untuk sementara ini, ia ingin benar-benar menikmati sisa hidupnya dengan didampingi oleh Mark. Seseorang yang baru dikenalnya tiga hari yang lalu. Ia hanya ingin merasakan bagaimana bahagianya ada seseorang yang begitu menyayanginya tanpa memandang kekurangan yang ia miliki.

The End 😭

Agak maksa nggak sih ini ceritanya? 😢

Agak maksa nggak sih ini ceritanya? 😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang