Jaemin merasa sudah benar-benar buntu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk bisa menghubungi Mark. Ia tidak kenal siapapun orang yang sekiranya tahu tentang Mark.
"Kau sedang ada masalah? Kenapa wajahmu murung sekali seperti itu, Na?" tanya Renjun yang kini sudah berada disamping Jaemin yang memang sedari tadi hanya melamun.
"Aku bingung, Njun."
Alis Renjun sontak menukik, "bingung tentang apa?"
"Mark hyung."
"Kau sedang tidak enak badan ya? Kenapa tiba-tiba membicarakan Mark hyung?" tanya Renjun kembali dengan raut wajah yang menyiratkan rasa heran.
"Aku ingin bertemu dengannya dan menyelesaikan apa yang seharusnya kita selesaikan sejak dulu. Tapi-" ujar Jaemin menggantungkan ucapannya.
"Tapi apalagi?"
"Aku tidak tahu bagaimana harus menghubungi Mark hyung," lirih Jaemin seketika mendapat geplakan dari sahabatnya, Renjun.
"Awww sakit, Njun! Astaga! Kenapa malah memukulku sih!" lanjut Jaemin mengerang kesakitan. Percayalah, meskipun Renjun memiliki postur tubuh yang kecil tetap saja ia adalah seorang namja yang memiliki tenaga cukup besar.
Renjun hanya mendengus dengan jeritan Jaemin. Benar-benar berlebihan sahabatnya yang satu itu.
"Tidak usah berlebihan, Na. Lagipula kau memang pantas dipukul. Otakmu itu masih berfungsi tidak sih sebenarnya?!"
Jaemin seketika merengut kesal karena dikatai seperti itu oleh Renjun, "kenapa malah bicara seperti itu sih, Njun?"
"Habisnya aku kesal sekali denganmu. Sepertinya memang otakmu sudah mati, Na," ujar Renjun dengan nada tinggi.
Jaemin semakin tak mengerti apa yang sebenarnya dibicarakan oleh Renjun. Dia kan tadi membahas tentang Mark. Kenapa sekarang justru beralih membahas otaknya sih.
"Jeno punya nomor ponsel Mark hyung."
Mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Renjun membuat Jaemin seketika mendelik tajam. "MWO?! KENAPA KAU TIDAK BILANG SIH, NJUN?!"
"Salah sendiri. Kau kan tidak bertanya padaku. Mana aku tahu jika kau sedang berusaha menghubungi Mark hyung," balas Renjun santai.
"Iya juga sih. Ya sudah, sekarang cepat hubungi suamimu itu dan mintakan nomor ponsel Mark hyung." Sungguh, enteng sekali ya mulut Na Jaemin ini. Dengan seenaknya menyuruh sahabat mungilnya itu untuk meminta nomor Mark pada Jeno.
"Shireo! Hubungi saja Jeno sendiri!" tolak Renjun cukup keras.
Jaemin pun mengalah dan lebih memilih untuk menghubungi Jeno sendiri.
Yeobseoyeo
Aku minta nomor Mark hyung
Kau ini tidak sopan sekali sih, Na
Sudahlah, jangan banyak omong
Setelah ini kirimkan nomor Mark hyung
Kalau aku tidak mau bagaimana?
YAK LEE JENO! JANGAN BERCANDA!
CEPATLAH ISH!
Memangnya untuk apa sih kau tiba-tiba meminta nomor Mark hyung?
Jangan banyak bertanya, sipit!
Cepat, kirimkan saja padaku nomornya!
Galak sekali sih
Ya sudah, setelah ini kukirimkan nomornya padamu
Sambungan terputus sepihak. Jaemin buru-buru memutuskan telepon dengan Jeno. Meninggalkan berbagai umpatan dari sisi Jeno.
Tak sampai satu menit, Jeno telah mengirimkan nomor Mark pada Jaemin.
Jaemin bahkan berteriak saking senangnya. Sudah seperti menang lotre saja. Dasar!
"Jangan berteriak seperti itu, Na! Suaramu mengganggu, tau!" protes Renjun yang justru mendapat ejekan dari Jaemin.
Sedetik kemudian, Jaemin kembali tenang. Ah, tidak juga! Namja itu kini justru terlihat resah.
"Kau ini kenapa lagi sih, Na?"
"Bagaimana caranya aku menghubungi Mark hyung?"
"Kau ini benar-benar sudah bodoh atau bagaimana sih, Na? Tinggal men-dial nomor ponselnya saja kenapa masih bingung begitu. Aneh sekali."
Dengan gugup, Jaemin mulai men-dial nomor ponsel Mark yang sebelumnya ia dapat dari Jeno.
Halo
Ha-halo, ini benar Mark hyung?
Ya, maaf ini siapa?
A-aku Jaemin, hyung
Jaemin? Darimana kau tau nomorku?
Ah, itu. Maafkan aku, hyung
Tidak-tidak, bukan seperti itu
Hanya saja aku kaget karena kau tiba-tiba menghubungiku seperti ini
Jadi, ada apa?
Hyung ada waktu tidak? Ada yang ingin kubicarakan
Hari ini? Sepertinya ada
Oke, kita bertemu di café biasa jam 4 sore
Kututup dulu ya, aku harus bekerja lagi
Sampai ketemu nanti
.
.
.
Tepat pukul 4 sore, Jaemin sudah berada di dalam café yang sebelumnya disebutkan oleh Mark di telpon.
"Eomma!" teriak seorang anak kecil yang langsung bisa dikenali oleh Jaemin.
"Maafkan aku. Aku harus membawa Jisung karena eomma sedang tidak ada di rumah," jelas Mark merasa tak enak pada Jaemin.
"Gwaenchana, hyung. Aku justru senang Jisung ada disini."
"Kau sudah memesan makanan?" tanya Mark dengan nada yang terlampau lembut.
Jaemin hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"
"A-aku, begini hyung. Sebenarnya. Aduh, bagaimana ya?" balas Jaemin dengan suara yang terdengar begitu gugup hingga mampu membuat lawan bicaranya terkekeh pelan.
"Santai saja. Bicaralah pelan-pelan."
"Tidak bisakah kita memulai semuanya dari awal lagi, hyung?" Jaemin benar-benar tidak suka berbasa-basi.
"Maksudmu?" tanya Mark tidak mengerti.
"Aku ingin memulai semuanya dari awal lagi bersamamu, hyung. Itupun jika kau masih memiliki perasaan yang sama denganku."
Mark sungguh tak bisa mencerna perkataan yang baru saja diucapkan oleh Jaemin. Ini terkesan begitu tiba-tiba.
"Kau tidak sedang melakukan prank kan?"
"Tidak," balas Jaemin datar. Benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa Mark memiliki asumsi jika saat ini dia sedang melakukan prank. Konyol sekali.
"Kau dalam keadaan sadar kan? Tidak sedang berhalusinasi?" tanya Mark lagi yang mana mampu mengundang emosi Jaemin untuk siap meledak kapan saja.
"Jangan banyak bertanya hyung! Jawab saja!"
"O-oke, maafkan aku. Aku hanya merasa shock saja."
"Lantas?"
"Kau pasti sudah tahu bagaimana perasaanku, Jaemin-ah."
"Aku bukan peramal. Aku tidak tahu jika hyung tidak mengatakannya," balas Jaemin dengan dengusan pertanda bahwa ia sedang kesal.
"Baiklah, kita mulai semuanya dari awal. Bersama Jisung tentunya."
END
Huahhhh akhirnya end juga kkkkk
Maaf ya kalau endingnya nggak sesuai ekspektasi :(((
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
RandomJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08
![Drabble Stories [MarkMin]](https://img.wattpad.com/cover/194525304-64-k577988.jpg)