"Maaf sebelumnya, tapi apakah aku boleh memegang lenganmu?" tanya Jaemin membuat langkah Mark terhenti.
"Boleh. Kau boleh memegang lenganku, Jaemin," jawab Mark dengan senang hati.
"Terima kasih," sahut Jaemin sambil melingkarkan lengannya pada lengan Mark.
Mark dan Jaemin pun berjalan menuju perpustakaan dengan lengan keduanya yang tengah bertautan sungguh erat. Bukan tanpa alasan Jaemin meminta izin pada Mark untuk memegang lengannya.
Jaemin memang seorang namja dengan kekurangan penglihatan dan Mark juga sudah mengetahuinya. Ia sudah tahu bahwa Jaemin adalah seorang tunanetra. Namun hal itu tak mampu membuatnya berhenti menyukai Jaemin.
Mark menyukai Jaemin dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Bahkan ia lebih mengagumi sosok Jaemin yang begitu bersemangat dan mampu menularkan hal positif pada orang lain. Bagi Mark, Jaemin benar-benar seorang namja yang luar biasa.
***
Semenjak kejadian tempo hari, hubungan Mark dan Jaemin semakin dekat dan bahkan keduanya juga cukup sering bertemu di luar kampus. Semakin lama Mark mengenal Jaemin, semakin dia mengagumi sosok Jaemin yang sungguh spesial dan berbeda dari namja -uke lainnya.
Dengan keterbatasan yang Jaemin miliki, ia masih bisa memberikan semangat yang tinggi pada anak-anak diluar sana yang kehidupannya sedikit kurang beruntung dari anak-anak pada umumnya. Disela-sela kuliah, Jaemin menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak di kawasan yang cukup tertinggal disekitar kampusnya.
Hari ini Mark kembali menemani Jaemin untuk mengajar. Beberapa pekan terakhir, Mark memang selalu menemani Jaemin untuk mengajar anak-anak. Mark hanya ingin sedikit mendekatkan dirinya pada Jaemin.
Ia hanya ingin mengenal sosok Jaemin lebih dalam lagi. Mark juga sudah bertekad untuk mengungkapkan perasaannya pada Jaemin. Ia tak peduli dengan bagaimana tanggapan Jaemin nantinya, ia hanya ingin melepaskan perasaan yang selama ini bersarang didalam hatinya.
"Apa hari ini kau akan langsung pulang?" tanya Jaemin dengan senyuman manis yang sudah terlukis di wajah polosnya.
"Tentu saja. Aku sudah tidak ada kuliah lagi hari ini." Mark membalas dengan singkat.
"Begitu ya," kata Jaemin sembari memegang lengan Mark.
Tak lama kemudian Mark dan Jaemin sudah pergi meninggalkan kawasan yang terlihat sangat memprihatinkan dan jauh dari kesan bersih itu. Meskipun dengan keadaan yang seperti itu, tidak akan mampu menghalangi keduanya untuk kembali mengajar anak-anak di kawasan itu.
Seraya berjalan menyusuri jalan raya, Mark masih terus berada disisi Jaemin dengan setia. Ia masih bertahan untuk membantu langkah Jaemin agar bisa sampai di rumah Jaemin dengan selamat. Mark benar-benar mengeratkan lengannya pada lengan Jaemin, berusaha untuk membuat Jaemin merasa senyaman mungkin.
"Jaemin-ah..." seru Mark dengan pelan.
"Iya. Ada apa?" tanyaJaemin masih melingkarkan lengannya pada lengan Mark.
"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan." Mark mencoba mengatur deru napasnya yang terasa sesak.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Mark hyung?" tanya Jaemin dengan wajah bingung.
"Sebenarnya-" kata Mark menggantungkan ucapannya.
"Apa?" tanya Jaemin kembali.
"Sebenarnya aku sudah lama menyukaimu. Sebenarnya sudah sejak lama aku memperhatikanmu secara diam-diam. Dan-" ucapan Mark seketika terhenti saat Jaemin tiba-tiba saja melepaskan lengannya dari lengan Mark.
"Maafkan aku, Mark hyung," ujar Jaemin seraya menundukkan wajahnya.
"Mengapa kau minta maaf? Seharusnya aku yang patut meminta maaf padamu, aku tahu aku sudah sangat lancang memiliki perasaan ini. Aku tahu bahwa aku tak akan pernah pantas untukmu, Jaemin-ah," ucap Mark diiringi tetesan air mata yang sudah membasahi pipi Jaemin. Entah sudah sejak kapan Jaemin menangis.
"Maafkan aku. Bukan itu maksudku. Justru aku yang merasa tak akan pantas untuk berada di sisimu, hyung. Aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seorang tunanetra. Sementara hyung ini kan normal. Aku tak mempunyai cukup keberanian untuk berada disisi Mark hyung." Jaemin hanya tertunduk dengan buliran air mata yang masih setia menghiasi wajah manisnya.
"Jaemin-ah, aku mohon jangan pernah memiliki pemikiran seperti itu. Kau adalah seorang namja yang luar biasa dimataku. Tidak ada yang sebaik dan sesempurna dirimu. Aku sungguh tulus memiliki perasaan ini tanpa melihat kekurangan yang ada di dirimu. Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu 3 tahun yang lalu di perpustakaan. Sejak saat itu pula jantungku tak bisa berdetak dengan normal setiap kali aku bertemu denganmu."
"Tapi tetap saja, aku-" jawab Jaemin dengan suara paraunya.
"Dengarkan aku, Jaemin-ah. Aku tidak peduli apapun kekuranganmu. Aku sungguh-sungguh menyukaimu dengan tulus. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya orang yang selalu berada di sisimu. Aku ingin selalu berjalan beriringan denganmu. Aku ingin kau selalu memegang lenganku dengan erat," jelas Mark seraya menyentuh wajah Jaemin.
"Apa hyung sungguh serius dengan perasaan ini?" tanya Jaemin yang nampak masih tidak percaya dengan pengakuan Mark.
"Aku sungguh-sungguh serius, Jaemin. Aku mohon, tetaplah berpegangan pada lenganku saja. Aku berjanji aku akan selalu menemanimu kemanapun kau pergi. Aku akan berusaha untuk selalu menjaga dan melindungimu," terang Mark mencoba meyakinkan Jaemin.
"Terima kasih, Mark hyung." Jaemin mencoba untuk meraba wajah Mark dan berusaha untuk memeluknya dengan begitu erat.
Keduanya pun kini telah larut dalam perasaan masing-masing. Mark sungguh bahagia memiliki seorang namja luar biasa yang kini tengah berada dipelukannya. Begitu pula dengan Jaemin, ia merasa bersyukur dan sangat beruntung atas rasa cinta yang begitu tulus dari seorang Lee Mark.
End
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.