“Pagelaran musik? Baiklah, aku ikut!” See?. Jaemin seketika begitu bersemangat setelah mendengar kata ‘musik’.
*** Setibanya di tempat pagelaran musik, Jaemin dan Renjun segera bergabung dengan beberapa orang yang juga sedang menanti dimulainya acara. Tak lama, acarapun dimulai. Mereka berdua benar-benar menikmati pagelaran musik favorit mereka itu.
Sejak dulu, baik Jaemin maupun Renjun memang memiliki ketertarikan yang begitu besar pada musik. Dan mungkin itulah salah satu alasan mengapa mereka bisa bersahabat baik hingga saat ini.
Tepat pukul 8 malam acara usai. Jaemin sungguh merasa segala beban yang selama satu minggu ini bersarang di dalam tubuhnya seketika menghilang hanya dengan menikmati acara pagelaran musik bersama sahabat baiknya.
“Acaranya bagus! Jeongmal gomawo. Kau memang sahabat terbaikku,” ucap Jaemin seraya meraih lengan Renjun manja.
"Ish! Minggir sana! Geli tau nggak!” Renjun seketika melepas pegangan Jaemin bermaksud untuk menggoda sahabat manisnya itu.
“Jaemin! Renjun!” sapa seseorang dengan suara bass-nya, membuat Jaemin dan Renjun tiba-tiba berhenti.
“Jaehyun hyung?” gumam Jaemin.
“Hai! Kalian ada disini juga?”
“I-Iya, hyung,” jawab Renjun dengan canggung.
“Injun-ah, aku mau ke toilet sebentar,” ujar Jaemin tanpa menoleh ke arah Jaehyun.
“Renjun, sebenarnya ada apa dengan Jaemin? Kenapa akhir-akhir ini dia seperti menghindar dariku?” tanya Jaehyun dengan wajah malaikatnya.
“Dia sudah lama menyukaimu, hyung! Tapi semenjak dia tau kalau hyung sudah memiliki namjachingu, dia berubah. Dia lebih sering berdiam diri di kamar.”
“Apa kau bilang? Jaemin menyukaiku? Sejak kapan?”
“Sejak hyung menyelamatkannya,” terang Renjun hati-hati. Dia sungguh tak enak mengatakan hal seperti ini di depan Doyoung.
“Aku? Menyelamatkannya? Kapan?”
“Saat orientasi. Bukankah hyung yang menyelamatkan Nana?”
“Apakah yang kau maksud saat Jaemin hampir saja terkena pohon yang tumbang itu?” tanya Jaehyun yang kemudian diikuti anggukan lemah dari Renjun.
“Astaga! Jaemin pasti salah paham. Saat itu bukan aku yang menyelamatkannya. Aku hanya menungguinya saja.”
“Apa?! Lalu jika bukan hyung, siapa?” tanya Renjun dengan garis-garis kerutan di keningnya.
“Mark, dia yang menyelamatkan Jaemin. Bukankah dia juga sangat menyukai Jaemin? Apa jangan-jangan dia belum mengungkapkannya ya,” lirih Jaehyun seketika membuat Renjun shock.
***
Hari ini Jaemin tampak sedang berada di taman kampus dengan setumpuk buku di hadapannya. Rupanya ia sedang sibuk mengerjakan beberapa tugas yang sempat ia lewatkan beberapa hari yang lalu. Tentu saja dengan ditemani alunan musik yang ia dengarkan melalui earphone.
“Kenapa tugas ini banyak sekali sih?! Arrggghhh!!!” erang Jaemin tertahan.
“Jaemin? Sedang apa kau disini?” tanya seseorang dengan suara yang begitu lembut.
“Mark hyung?”
“Ya. Ini aku. Em, apa ada yang bisa kubantu?” tawar Mark seraya mendudukkan dirinya disamping Keisha.
“A-aniya!” jawab Jaemin tegas sambil berusaha membereskan buku-bukunya.
“Lho mau kemana?”
“A-aku mau ke kelas. Permisi, hyung.” Bukan tanpa alasan Jaemin yang biasanya selalu bersikap angkuh dan masa bodoh pada Mark, kali ini ia justru terlihat menghindari Mark. Sebenarnya ia sudah tahu tentang kebenaran bahwa seseorang yang menyelamatkannya beberapa waktu lalu adalah Mark, bukan Jaehyun.
Ia benar-benar merasa malu dan menyesal, selama ini telah bersikap tak baik pada seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya. Itulah alasan mengapa Jaemin lebih memilih untuk menghindari Mark.
Lain halnya dengan Jaemin, Mark seakan paham dengan perubahan sikap Jaemin. Ia juga sudah tahu bahwa Jaemin telah mengetahui segalanya.
“Jaemin-ah! Ponselmu tertinggal!” seru Mark cukup keras.
“Ah, iya. Terima kasih, hyung.” Baru satu langkah Jaemin hendak beranjak, ia merasakan sebuah lengan mencegahnya yang tak lain adalah Mark. Entah mengapa, Jaemin tiba-tiba saja merasa jantungnya seakan berpacu lebih cepat dari biasanya.
“A-ada apa, hyung?” tanya Jaemin gugup.
“Coba dengarkan ini,” pinta Mark seraya menyerahkan earphone-nya pada Jaemin.
Detik berikutnya, Jaemin hanya bisa terpaku mendengarkan musik yang sedang diperdengarkan Mark padanya. Itu adalah musik kesukaannya. Musik yang selama ini selalu menjadi moodbooster terampuh bagi Jaemin.
“Pasti kau penasaran darimana aku bisa tahu tentang musik ini, bukan? Jawabannya hanya satu, aku juga jatuh cinta pada musik ini sejak lama, sama sepertimu.”
“A-apa?!”
“Musik inilah yang membuatku jatuh hati padamu, Jaemin. Musik inilah yang mempertemukanku denganmu untuk pertama kalinya. Musik ini juga yang telah mampu membuka pintu hatiku setelah sekian lama kututup dengan begitu rapat. Dan, kaulah satu-satunya orang yang mampu membukanya, Jaemin-ah.”
“Ma-maksud hyung apa?” tanya Jaemin dengan raut wajah yang sudah berubah menjadi merah padam. Entahlah, ia sendiri juga tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Mengapa jantungnya tiba-tiba saja berdetak melebihi batas normal.
“Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin mengungkapkan semuanya padamu. Hanya saja, kupikir kau begitu menyukai Jaehyun hyung. Jadi, aku-“
“Stop! Jangan berkata apapun lagi! Kumohon, hyung.” Jaemin perlahan menjauh dari Mark. Dia benar-benar semakin merasa bersalah pada Mark.
“Tak apa, Jaemin-ah. Semua ini bukan salahmu. Aku tak akan menuntut apapun darimu. Aku sangat tahu, kau pasti masih memerlukan cukup waktu untuk melupakan Jaehyun hyung.”
Mendengar penuturan yang baru saja Mark ucapkan semakin membuat hati Jaemin bergemuruh. Ia benar-benar tak menyangka jika selama ini ada seseorang yang menyayanginya dengan begitu tulus, bahkan tanpa mengharapkan balasan apapun.
The End 😊
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.