What Should I Do (Bonus)

659 81 10
                                        

"Kau benar-benar tampak manis dengan tuxedo putih itu."

"Benarkah?"

"Ya, aku serius."

Kedua namja yang sama-sama memiliki paras manis dan menawan itu tersenyum tulus. Memberikan dukungan satu sama lain. Sambil sesekali merapikan riasan masing-masing.

"Aku tidak menyangka hari ini kau akan menikah," tutur namja dengan surai brunette.

"Haha, aku sendiri pun masih tidak percaya kalau sebentar lagi aku akan menikah," kekeh namja lain dengan surai pink.

Keduanya kembali tertawa bersama. Menikmati waktu bercengkrama yang sebentar lagi dapat dipastikan akan berkurang.

"Sudah siap, sayang?" sapa seorang yeoja dengan senyum yang begitu menenangkan.

"Sudah, eomma."

"YAK! Yang akan menikah itu aku, bukannya kau. Kenapa jadi kau yang membalas pertanyaan eomma."

Jaemin. Namja yang sedari tadi bersama Renjun hanya terkikik pelan. Sahabat mungilnya itu lucu sekali jika sedang marah.

Ya. Saat ini Jaemin tengah menemani Renjun yang akan menikah dengan Jeno. Renjun sampai harus meneror Jaemin agar sahabat manisnya itu mau pulang ke Korea dan menghadiri pernikahannya. Bukan tanpa alasan, karena memang pada awalnya Jaemin menolak dengan tegas undangan yang diberikan oleh Renjun.

Selama hampir 3 tahun ini, Jaemin memang tak pernah sekalipun kembali ke Korea. Namja bermarga Na ini benar-benar ingin memulai hidup yang baru di Amerika tanpa harus ada lagi kenangan buruk yang ia ingat.

Namun, pada akhirnya Renjun berhasil membujuk Jaemin untuk kembali ke Korea dengan dalih bahwa ia tidak akan menikah jika Jaemin tidak hadir. Tentu saja, Jaemin pun akhirnya luluh. Ia hanya tidak mau dipenggal oleh Jeno karena dianggap penyebab kegagalan pernikahannya dengan Renjun.

"Nana juga sudah siap kan?"

"Aku?" balas Jaemin sembari menunjuk dirinya sendiri.

Nyonya Huang mengangguk sebagai jawaban. Sementara Jaemin hanya menggedikkan bahunya.

Renjun yang merasa gemas sendiri, sontak mencubit pipi Jaemin dengan cukup keras. Membuat Jaemin berteriak dengan suara yang bisa dibilang tidak pelan.

"Apa-apaan sih, Njun? Sakit tau!"

"Sudahlah, ayo kalian cepat keluar. Jeno sudah menunggu di altar, sayang."

Mendengar perkataan sang eomma, Renjun menjadi semakin gugup.

"Tenanglah, Njun. Semua pasti akan berjalan dengan lancar," ujar Jaemin dengan pelukan hangat pada Renjun yang memang kentara sekali sedang gugup.

"Terimakasih banyak, Na. Kau memang sahabat terbaikku."

Tak lama, Jaemin pun mendampingi Renjun untuk menuju altar yang kemudian disambut oleh appa dari Renjun.

Pemberkatan pun berlangsung dengan khidmat. Jeno bahkan sampai menangis saking terharunya.

Setelah acara pemberkatan selesai, semua tamu undangan pun menikmati hidangan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Jaemin tampak menikmati acara sambil berbincang-bincang dengam beberapa teman sekolahnya dulu.

Hingga dua orang yang baru saja memasuki ruangan tempat pernikahan Jeno dan Renjun mengalihkan atensi Jaemin.

"Bukankah itu Mark hyung dan Haechan? Mereka memang tidak terpisahkan ya," celetuk salah satu teman Jaemin.

"Aku ini kenapa? Ada apa dengan perasaanku? Kenapa aku masih saja merasa sakit saat melihat mereka?" - batin Jaemin.

"Nana!!" teriak Renjun dengan lambaian tangan yang begitu semangat.

Jaemin hanya memaksakan senyumnya, berjalan menghampiri Renjun yang baru saja memanggilnya. "Ada apa, Njun?"

"Oh?! Nana?!" Dengan tidak tahu dirinya, Haechan memeluk Jaemin erat. Hingga membuat Jaemin sedikit sesak.

Renjun memperingati tindakan Haechan, "Heh?! Kau membuat Nana sesak napas, Chan!"

"Hehe, maafkan aku. Habisnya aku rindu sekali dengan Nana," ujar Haechan dengan cengiran khasnya.

Jaemin tak tahu harus bersikap seperti apa.

"Bagaimana kabarmu, Na?" tanya Mark. Namja bermarga Lee ini sejak tadi hanya diam memperhatikan.

"Aku baik," jawab Jaemin seadanya.

Setelahnya, tak ada lagi yang memulai obrolan.

"Sayang, kau ini kenapa meninggalkanku sih?!" seseorang dengan tinggi menjulang, menghampiri Haechan dengan raut kesal.

"Mian, hyung."

"Ya ya terserah kau saja."

"Hyung, dia ini Nana. Temanku yang sering kuceritakan."

"Nana? Are you really Nana?"

"Ya, aku Nana. Dia siapa, Chan?"

"Makhluk tiang ini namanya Lucas hyung. Dia tunanganku, Na."

"Tu-tunangan? Lalu Mark hyung?"

Sadar dengan yang baru saja ia ucapkan, Jaemin dengan cekatan menutup mulutnya dan berlari meninggalkan yang lainnya.

Kelimanya masih terdiam.

"Hyung, kau tidak ingin kehilangan Nana lagi kan? Kejar dia, hyung. Aku pastikan kalau Nana masih begitu mencintaimu, hyung."

"Nana bahkan tidak mau menatapku, Njun, Chan," lirih Mark pasrah.

"Bro, jangan lembek seperti itu. Kau harus memperjuangkan cintamu. Jangan sampai kehilangan cinta yang selama ini selalu kau nantikan."

"Cih, tumben sekali," decih Haechan membuat Jeno dan Renjun tertawa.

"Lucas hyung benar. Mark hyung harus berjuang sekali lagi untuk mendapatkan Jaemin." Jeno turut menyemangati Mark yang kini tampak berfikir.

"Baiklah, aku akan mendapatkan hati Nana kembali. Doakan aku ya." Mark berujar dengan semangat yang menggebu. Berlarian mengejar langkah Jaemin.

"Kali ini, biarkan aku yang harus memperjuangkanmu, Na Jaemin." - Mark Lee.

Huwaaaa gimana gimana? Jelek ya?

Btw, kapalkuuuuu akhirnya huhuMenangeeesss di pojokan 😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw, kapalkuuuuu akhirnya huhu
Menangeeesss di pojokan 😭😭😭

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang