Halooo halooo
Masih pada nungguin kan? HeheFlashback
"Menikahlah denganku, Na."
"Mwo?!"
"Kenapa kau kaget sekali, aku hanya bercanda. Astaga, lucu sekali," ujar Mark dengan cubitan pelan di pipi Jaemin.
Jaemin hanya merengut kesal mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Mark.
"Jadi hyung hanya main-main, ya?"
"Bukan seperti itu, Na. Aku hanya ingin memberimu waktu lebih lama untuk benar-benar bisa menerimaku lagi."
"Kenapa hyung berkata seperti itu?"
"Bukankah sudah jelas? Hyung tau, Na. Kau belum bisa sepenuhnya memaafkan hyung kan."
"Nah, itu tau!"
"Jeongmal mianhae, Na."
"Sekarang coba jelaskan dulu dengan rinci alasan hyung yang sebenarnya itu apa."
"Maafkan aku, Na. Saat itu aku memang sempat bimbang. Mina, cinta pertama yang selama ini selalu kunantikan tiba-tiba datang dan memintaku untuk bisa kembali dengannya. Tapi disisi lain, aku juga sudah memiliku, Na. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus kulakukan. Saat itu aku memang sudah akan menerima permintaan Mina. Namun, sebelum itu aku kembali menyadarkan diriku sendiri kalau aku sudah memiliki seseorang yang begitu berharga sepertimu, Na."
"Lalu? Alasan hyung tidak menghubungiku apa?"
"Kalau untuk itu, aku tidak bisa menceritakannya padamu, Na."
"Huh, apa sih yang sebenarnya hyung coba sembunyikan dariku? Kalau hyung seperti ini terus, bagaimana bisa aku menerima hyung lagi?"
"Maafkan aku, Na. Aku benar-benar tidak bisa."
"Oke, fine. Itu hak hyung. Kalau begitu lebih baik kita berhenti bertemu saja mulai dari sekarang. Aku sudah muak dengan hyung. Aku lelah, hyung."
Setelah mengatakan itu, Jaemin lantas pergi meninggalkan Mark yang hanya terdiam kaku ditempatnya.
Jaemin pergi dengan perasaan kesal yang sudah memenuhi kepalanya. Tidak habis pikir dengan kelakuan Mark. Mengapa laki-laki yang selama ini ia cintai itu justru tak bisa terbuka dengannya.
Sementara Mark sendiri hanya bisa menghela napas pasrah, hatinya benar-benar ingin mengejar dan meraih Jaemin kembali. Namun otaknya tak bisa diajak kerjasama. Dan pada akhirnya ia pun hanya terdiam tanpa melakukan apapun. Hanya bisa menyesali apa yang terjadi.
Keesokan harinya dan beberapa minggu setelahnya, Mark masih tak berniat untuk menghubungi Jaemin dengan alasan ia tak lagi punya nyali. Mark menyadari apa yang sudah ia lakukan terakhir kali pasti membuat Jaemin sakit hati.
"Hyung, kau yakin tidak akan menghubungi Nana?" Jeno yang sedang sibuk bermain game menanyai sang kakak yang tengah duduk dihadapannya dengan wajah muram.
"Entahlah, Jen."
Jeno kembali membalas dengan jengah, "hyung ini kenapa pengecut sekali?"
"Kau tidak mengerti, Jen."
"Ya ya ya. Terserah hyung saja kalau begitu. Jangan sampai menyesal jika setelah ini Nana benar-benar meninggalkan hyung."
Benar saja apa yang dikatakan oleh adiknya itu. Dua hari setelah mendapat ceramah dari sang Mama tentang betapa bodohnya ia karena telah menyia-nyiakan seseorang seperti Jaemin, Mark memberanikan diri untuk menemui Jaemin di rumahnya.
Dengan pakaian yang super simple, Mark bergegas menuju rumah Jaemin. Dengan dada yang bergemuruh hebat, Mark mulai mengetuk pintu. Namun sudah ketiga kalinya ia mengetuk pintu bercat putih itu belum juga ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu.
"Kau mencari siapa, Nak?" tanya seorang yeoja paruh baya. Mark kira yeoja itu seumuran dengan Mamanya.
"Saya ingin bertemu dengan Jaemin, ahjumma."
"Oh, mencari Nak Jaemin ya? Apa kau tidak tahu jika Nak Jaemin dan keluarganya pindah ke Jepang?" ujar ahjumma berperawakan sedikit berisi itu.
Seketika Mark membulatkan matanya, bahkan napasnya serasa benar-benar berat. "Jaemin dan keluarganya pindah ke Jepang? Sejak kapan, ahjumma?"
"Ahjumma rasa sekitar tiga hari yang lalu, Nak. Kenapa tidak kau hubungi saja, Nak Jaemin? Kau ini pasti temannya kan?"
Mark hanya menganggukkan kepalanya pelan. "Ne, ahjumma. Terimakasih banyak atas informasinya."
Setelah memberikan senyum hangat pada Mark, ahjumma itu pergi meninggalkan Mark yang kini tengah terduduk lesu di depan pintu rumah Jaemin.
Andaikan aku lebih cepat untuk bergerak, Na. Aku tidak akan kehilanganmu dengan cara seperti ini -sesal Mark.
Sejak saat itu, Mark benar-benar kehilangan sosok Jaemin. Namja manis itu menghilang begitu saja dari kehidupannya. Bahkan nomor ponsel Jaemin pun sudah tak bisa ia hubungi.
Mark bukannya tidak berusaha untuk mencari tahu nomor ponsel baru Jaemin, dia bahkan sudah berkali-kali menanyakannya pada Ayah dan Bunda Na. Namun tetap saja hasilnya nihil. Kedua orang tua Jaemin itu juga tampak sudah memiliki janji pada Jaemin untuk tidak memberitahukan apa-apa perihal Jaemin.
Begitupun dengan Renjun dan Haechan. Bahkan adiknya, Jeno. Mereka semua justru hanya mengumpat jika Mark menanyai mereka tentang Jaemin.
Apa yang harus kulakukan, Na? Aku sungguh merindukanmu
Flashback End
Gimana gimana? Udah jelas belum permasalahannya kenapa Jaemin masih aja nggak bisa nerima Mark lagi? 😂
Btw pada liat AAA kemarin kan?
Gila sih bujang² nya SM ini pada cakep² banget astagaaaaaTerharu juga mereka bisa dapet daesang 😭😭😭
![](https://img.wattpad.com/cover/194525304-288-k577988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
RandomJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08