"Dengarkan penjelasanku dulu, Na." Mark terus membujuk kekasih manisnya yang saat ini tengah dalam mode 'ngambek'.
Jaemin tak menggubris sedikitpun ucapan Mark. Namja penyuka minuman ber-caffeine itu justru berdiri dari tempat duduknya. Tentu saja dengan raut wajah yang masih begitu masam.
Melihat sang kekasih ingin 'kabur', Mark lantas mencekal lengan Jaemin pelan. "Kau mau kemana, Na?"
"Kemana saja terserah aku, hyung," balas Jaemin. "Ah, lebih baik hyung menemani Haechan saja seperti biasa. Justru aneh kalau hyung memperhatikanku seperti ini," lanjut Jaemin sarkas.
Mendengar Jaemin menyebut nama Haechan membuat Mark seketika tertunduk. Ia benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran Jaemin. Mengapa kekasihnya itu selalu saja berprasangka buruk tentang kedekatannya dengan Haechan.
Bahkan sudah tak terhitung lagi berapa kali Mark selalu menjelaskan pada Jaemin jika kedekatannya dengan Haechan hanya sebatas teman saja, tidak lebih. Namun, entahlah hingga saat ini pun Jaemin masih tak mempercayainya.
"Kenapa kau selalu saja seperti ini, Na? Harus kujelaskan berapa kali lagi jika aku dan Haechan hanyalah teman. Dan lagi, Haechan itu juga temanmu kan?" Mark kembali berujar yang mana justru membuat Jaemin berdecih pelan. "Sudahlah! Aku lelah hyung. Lebih baik kita sudahi saja hubungan ini. Kesabaranku sudah benar-benar habis."
Tepat setelah mengucapkan deretan kalimat yang membuat Mark terkejut itu, Jaemin segera meninggalkan Mark yang masih terdiam. Benar-benar pergi meninggalkan Mark yang tak bergeming sedikitpun.
"Lihat! Bahkan Mark hyung tidak mengejarku! Hyung bahkan tidak mencoba untuk mencegahku." -lirih Jaemin pelan.
Disepanjang perjalanan menuju rumahnya, Jaemin terus saja menangis. Ia sungguh tak dapat lagi menahan kekecewaan yang ia rasakan. Masih tak menyangka jika hubungannya dengan Mark akan berakhir seperti ini.
Jika boleh jujur, Jaemin sebenarnya tak ada niat untuk melakukan hal ini sekalipun. Namun, ia juga masih memiliki hati yang tentunya bukan terbuat dari batu. Ia tidak tahan jika setiap hari harus melihat kedekatan Mark dengan Haechan yang menurutnya sungguh tidak wajar.
Merasa lelah berjalan sambil menangis, Jaemin memutuskan untuk berhenti sejenak di halte terdekat. Jaemin tidak lagi mempedulikan tatapan aneh yang diberikan orang-orang disekitarnya. Masa bodoh dengan penampilannya yang mungkin saat ini tampak sangat kacau.
Cukup lama Jaemin duduk diam sambil mencoba untuk menenangkan hatinya. Hingga tak sadar jika sedari tadi ada seseorang yang tengah memperhatikannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Jaemin lantas tersenyum kikuk, "mianhae, aku pasti mengganggumu."
Seseorang itu justru mendekati Jaemin perlahan, "tidak kok."
"Kau sudah sejak tadi ada disini?" tanya Jaemin masih sesenggukan.
"Ya. Aku disini sejak tadi. Ini, pakailah," ujar seseorang itu seraya menyerahkan sehelai sapu tangan pada Jaemin.
"Ini apa?"
Dengan kekehan pelan, seseorang itu kembali membalas, "kau tidak tahu jika itu sapu tangan?"
"Ish, maksudku untuk apa?" gerutu Jaemin sebal.
"Untuk menghapus air matamu," ujar seseorang itu dengan nada yang begitu lembut. Membuat Jaemin terpaku untuk sepersekian detik.
"Te-terimakasih."
Tak ada percakapan lagi setelahnya. Jaemin masih sibuk untuk mengusap air matanya yang entah kenapa tidak bisa berhenti. Jaemin sangat menyesal dengan keputusannya.
Sementara seseorang lainnya tengah sibuk mendengarkan musik menggunakan headphone.
Jaemin yang sudah merasa sedikit lebih baik memutuskan untuk menghubungi kakaknya. Tidak mungkin jika ia harus meminta sang appa karena Tuan Na pasti akan sangat mengkhawatirkannya nanti.
Halo? Ada apa, Na?
Hyung? Kau sedang ada dimana?
Aku masih di kampus
Wae?Hyung masih lama?
Jemput aku di halte dekat sekolah~Tidak bisa, Na
Aku sudah ada janji dengan calon kakak iparmuDasar menyebalkan!
Ya sudah, aku pulang sendiri saja!YAK! JANGAN PULANG SENDIRI!
NA JAEMIN!Tanpa mempedulikan ocehan sang kakak, Jaemin segera memutus sambungan telepon dengan wajah kesal.
"Bagaimana ini? Aku tidak berani meminta appa untuk menjemputku," cicit Jaemin dengan suara parau.
"Aku akan mengantarmu," seru seseorang yang ternyata sejak tadi masih belum beranjak dari halte.
"E-eh? Tidak usah. A-aku bisa pulang sendiri kok," balas Jaemin gugup. Jujur saja, selama ini ia belum pernah sekalipun pulang sendiri. Jika tidak dengan appa atau hyungnya, Jaemin akan pulang bersama Mark.
"Kau yakin?"
"I-iya."
"Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu."
Belum sempat seseorang itu melangkah, Jaemin lebih dulu menarik ujung baju seseorang itu. Membuat sang empunya seketika berhenti dan menatap Jaemin bingung.
Menyadari tatapan heran dari seseorang dihadapannya, Jaemin lantas memberanikan diri untuk berujar, "a-antarkan aku pulang."
Seseorang dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya itu sontak tersenyum hangat pada Jaemin. "Kajja! Tunjukkan dimana rumahmu."
Nah lho, markmin putus dong :v
Ada yang penasaran nggak itu siapa yang mau nganterin Nana pulang?Btw, Kita kasih bonus video markmin juga nih
Semoga bisa jadi pengobat rindu buat kalian para markmin shipper yaaa
Enjoy it 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
De TodoJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08