Our Destiny (IV)

530 71 5
                                        

Sesuai dengan kesepakatan, hari ini Renjun dan Jeno akan mempertemukan Mark dengan Jaemin. Sebelumnya, Mark memang telah menghubungi Jeno untuk meminta bantuan agar bisa bertemu dengan Jaemin.

Alasan Mark ingin bertemu dengan Jaemin tak lain hanya karna sang putra yang terus saja merengek padanya. Merasa kesal dengan rengekan Jisung yang tentunya sangat berisik, pada akhirnya Mark pun memutuskan untuk menemui Jaemin.

Jujur saja, Mark sebenarnya belum siap jika harus bertemu dengan Jaemin lagi setelah sekian tahun keduanya tidak bertemu. Bahkan jika diingat lagi, pertemuan terakhir keduanya sungguh tidak memberikan kesan yang baik.

Disaat Mark sedang memikirkan tentang bagaimana ia harus bersikap pada saat bertemu dengan Jaemin nanti, Jisung dengan seenaknya menarik bajunya pelan.

"Appa~"

"Ada apa?" tanya Mark lembut.

"Kita akan bertemu dengan eomma kan?"

"Ichung-ah, berhenti memanggil Jaemin dengan sebutan eomma. Dia bukan eomma mu sayang," ujar Mark seraya menyentuh surai sang putra.

Mendengar ucapan Mark, Jisung sontak berteriak keras, "shireo!"

Mark hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. Ia benar-benar tidak tahu mengapa Jisung terus saja memanggil Jaemin dengan sebutan eomma. Padahal jika diingat-ingat, keduanya belum pernah sekalipun bertemu sebelumnya. Kecuali pada saat di Sungai Han tempo hari tentunya.

"Dengarkan appa. Jika Ichung masih saja memanggil eomma, kita tidak akan jadi bertemu dengan Jaemin."

Jisung langsung terdiam mendengar perkataan Mark yang memang terdengar begitu serius.

Melihat reaksi Jisung, Mark lantas tersenyum penuh kemenangan. Sebenarnya Mark melakukan hal ini karena ia sungguh merasa tidak enak pada Jaemin. Mark yakin jika Jaemin akan merasa tidak nyaman dengan panggilan yang diberikan Jisung.

"Baiklah, Ichung tidak akan memanggil eomma lagi. Tapi appa harus berjanji kalau kita pasti akan bertemu dengan noona cantik," cicit Jisung dengan wajah memelas.

"Jaemin itu namja, jangan panggil dia noona. Panggil dia hyung." Mark kembali mengoreksi panggilan Jisung untuk Jaemin.

"Ish, arraseo," pekik Jisung kesal.

Jisung benar-benar tidak mengerti dengan appa bulenya itu, kenapa hanya untuk panggilan saja harus seribet ini.

Baru saja Mark akan kembali menanggapi ucapan sang putra, ponselnya tiba-tiba berdering kencang.

Mark pun menerima panggilan yang ternyata berasal dari Jeno.

Yeobseoyo

Hyung? Hari ini jadi kan?

Ya, tentu

Hyung sudah bersiap-siap?

Sudah, aku benar-benar pusing mendengar rengekan Jisung

Haha aku yakin bukan hanya Jisung, tapi hyung juga sudah tidak sabar bukan bertemu dengan Nana

Nana?

Ah, maafkan aku hyung

Tidak, baiklah aku akan segera berangkat

Geurae, hati-hati hyung

Ne

Setelah mengakhiri obrolan dengan Jeno, Mark segera saja mengajak Jisung untuk segera berangkat menuju tempat yang sebelumnya sudah diberitahukan Jeno padanya.

Disepanjang perjalanan, Mark tidak dapat berbohong jika ia begitu gugup. Pasalnya, setelah ini ia akan bertemu dengan sosok namja yang sampai saat ini masih begitu ia cintai. Perasaan Mark pada Jaemin memang tidak pernah berubah sejak 6 tahun yang lalu.

Tak berapa lama kemudian, keduanya telah sampai di sebuah café yang sebelumnya sudah di-booking oleh Jeno. Café yang bisa dibilang menjadi tempat kenangan bagi Mark dan Jaemin di masa lalu.

Dengan langkah tergesa, Jisung menarik lengan Mark untuk segera memasuki café. Namja kecil itu benar-benar sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Jaemin. Begitupun dengan Mark.

Dengan suara khas anak kecil yang begitu melengking, Jisung sontak melepaskan tautan Mark dan langsung menerjang tubuh Jaemin yang hampir saja terjungkal. "Eomma~"

"Ichung?" tanya Jaemin dengan raut wajah bingung.

"Annyeong eomma. Nan neomu bogoshippo," balas Jisung sambil masih bertahan dalam pelukan Jaemin.

"Kenapa kau bisa ada disini?" tanya Jaemin kembali. Masih belum sadar akan kehadiran Mark yang kini tengah berdiri tepat dihadapannya.

"Maafkan aku, dia terus saja merengek meminta bertemu denganmu," sahut Mark yang seketika mendapat anggukan samar dari Jaemin.

"Santai saja hyung, duduk dulu," ujar Renjun sembari menarik pelan lengan Mark agar duduk disamping Jaemin.

Detik selanjutnya hanya diisi oleh ocehan Jisung yang terus menceritakan segala hal yang ia alami pada Jaemin.

Jaemin sendiri tengah menjadi pendengar yang begitu memperhatikan setiap kata yang terlontar dari mulut si kecil.

Mark sungguh merasa heran sekaligus tersentuh dengan interaksi yang terjadi antara Jisung dan Jaemin. Keduanya tampak begitu akrab dengan tawa yang tak pernah hilang dari wajah keduanya.

Mark tidak menyangka jika berkat Jisung, ia dapat kembali bertemu dengan Jaemin. Seseorang yang sejak dulu selalu ingin ia temui.

Sejalan dengan Mark, Renjun dan Jeno pun merasa ikut bahagia melihat interaksi Jaemin dan Jisung. Keduanya terlihat cocok satu sama lain. Jaemin sungguh tampak begitu dewasa.

"Eomma, aku ingin bermain dengan Nana noona, " rengek Chenle yang sedari tadi berada di pangkuan Renjun.

"Tunggu sebentar ya sayang, setelah ini kau bisa bermain dengan Nana noona."

Mark yang memang mendengar rengekan Chenle merasa menyesal karena sang putra telah 'merebut' Jaemin dari putra tercinta Jeno dan Renjun itu.

"Na, sini Ichung biar denganku saja. Chenle sepertinya ingin bermain denganmu," ujar Mark terlewat santai.

"Hyung, baru saja memanggilku?" tanya Jaemin tak percaya.

"Aku-"

TBC

Ya ampun, gimana dong?
Kok jadi keterusan ya?

Padahal kan niat awalnya ff ini bakalan cuma jadi 2 chapter :(((


Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang