Our Destiny (III)

562 75 6
                                        

Previous Chapter

"Eomma~" sahut Jisung seraya berlari memeluk Jaemin yang juga dengan refleks memeluk Jisung.

"Kenapa dia memanggil Nana dengan sebutan eomma?" heran Haechan. Begitupun dengan Renjun.

Jaemin sendiri hanya menggedikkan bahunya pelan. Ia sendiri juga tidak mengerti kenapa Jisung terus saja memanggilnya eomma.

***

Semenjak pertemuan Jaemin dengan Jisung tempo hari, si kecil bermata sipit itu terus saja merengek pada sang appa untuk meminta bertemu dengan Jaemin.

Mark sendiri sampai dibuat pusing dengan rengekan putra kecilnya itu. Namja yang kini bekerja sebagai Direktur di sebuah perusahaan besar yang ada di Seoul itu benar-benar tidak habis pikir mengapa sang putra terus saja meminta dipertemukan dengan Jaemin.

"Appa~" rengek Jisung sembari melompat ke dalam pelukan Mark yang tengah sibuk memeriksa tumpukan berkas didepannya.

Mark tidak menanggapi rengekan sang putra dan hanya melihat kearah si kecil dengan sekilas.

Merasa kesal dengan perlakuan Mark, pada akhirnya Jisung memukuli tubuh Mark bertubi-tubi.

"Aku ingin bertemu dengan eomma!" tegas Jisung.

"Siapa yang kau sebut eomma, Ichung-ah?"

"Noona cantik," balas Jisung dengan wajah bersinar. Seperti sedang membayangkan sosok Jaemin yang disebutnya eomma.

"Ichung-ah, dengarkan appa. Dia adalah namja, kau tidak boleh memanggilnya noona. Apalagi eomma. Dia bukan eomma mu." Mark mencoba untuk menjelaskan selembut mungkin pada Jisung mengenai Jaemin.

Jisung yang memang pada dasarnya masih kecil hanya menggelengkan kepalanya ribut tanpa mengerti perkataan Mark sedikitpun.

Namja kecil itu tetap saja membujuk sang appa untuk mempertemukannya dengan Jaemin.

"Appa tidak tahu dia sedang ada dimana, sayang," gumam Mark pelan.

Jelas saja, dia tidak akan tahu dimana Jaemin berada. Karena memang dia tidak berniat dan berusaha untuk mencari keberadaan Jaemin.

"Ini sudah sangat lama. Aku masih tidak menyangka dapat bertemu denganmu lagi, Nana." -batin Mark.

Sementara itu, Jaemin saat ini sedang bersantai di dalam rumahnya bersama dengan Renjun dan Haechan. Tentu saja dengan Chenle yang memang selalu mengekori Renjun.

Ketiganya sedang menghabiskan waktu bersama dengan sekedar mengobrol atau menggoda Chenle yang memang begitu aktif. Membuat baik Jaemin maupun Haechan merasa gemas dengannya.

Sepulang dari Sungai Han tempo hari tak ada satupun yang membahas mengenai Mark dan Jisung. Jaemin hanya diam, begitupun dengan Renjun dan Haechan. Keduanya juga tak memiliki keberanian untuk membicarakan pertemuan mereka dengan Mark pada Jaemin.

Mark dan Jaemin merupakan sepasang kekasih semasa SMA. Keduanya benar-benar sepasang kekasih yang selalu diliputi keceriaan. Hubungan mereka begitu lekat hingga pada suatu hari terjadi sebuah masalah yang mengharuskan Mark dan Jaemin untuk berpisah.

Tepat di hari kelulusan keduanya, Mark memperkenalkan Jaemin pada kedua orang tuanya. Dengan bangga, Mark memperkenalkan Jaemin sebagai kekasihnya dihadapan Tuan dan Nyonya Lee yang memang pada saat itu menghadiri acara kelulusan keduanya.

Awalnya Mark berpikir jika kedua orang tuanya pasti akan sangat menyukai Jaemin dan menyetujui hubungannya dengan Jaemin. Namun siapa sangka jika sang appa begitu murka dengan pengakuan Mark. Hingga dengan teganya Tuan Lee menyeret Mark untuk pulang dan mengirimnya ke luar negeri detik itu juga.

Jaemin yang menyaksikan hal itu secara langsung hanya bisa terpaku dan menangis. Dia sungguh tak menyangka jika dia akan dipisahkan dengan Mark begitu cepatnya. Kala itu, Jaemin hanya mampu bersimpuh di halaman sekolahnya. Meratapi kepergian Mark yang begitu tiba-tiba.

Semenjak kepergian Mark, Jaemin menjadi namja pendiam yang sudah seperti tak memiliki semangat hidup sama sekali. Tentu saja, karena semangat hidupnya tak lain adalah sosok Lee Mark.

Renjun dan Haechan yang sudah bersahabat lama dengan Jaemin pun sangat tahu dengan keadaan Jaemin yang begitu menyedihkan. Keduanya tak pernah lelah untuk memberikan semangat pada Jaemin untuk bangkit dan kembali melanjutkan hidupnya. Hingga saat ini Jaemin mampu berdiri kuat tanpa memikirkan tentang Mark.

Disaat Jaemin telah mampu menghapus segala kenangan tentang Mark, dengan kejamnya Dia kembali mempertemukan Jaemin dengan Mark. Membuat hati Jaemin kembali berkecamuk dan rapuh.

"Nana-ya, kita tahu jika saat ini kau pasti sedang memikirkan Mark hyung." Renjun berujar pelan seraya menatap Jaemin yang tengah bermain bersama Chenle.

Mendengar perkataan Renjun, Jaemin sontak menghentikan kegiatannya, "tidak."

"Kau tidak akan bisa membohongi kita, Na," sahut Haechan.

"Kumohon, kalian pasti sudah mengerti jika aku tidak suka kalian membahas tentangnya."

"Tapi, kurasa kalian harus bicara. Aku yakin jika kalian pasti memiliki banyak hal yang harus diselesaikan." Renjun kembali berujar dengan Chenle yang kini telah terlelap di dalam pangkuannya.

"Tidak ada lagi yang perlu kubicarakan dengannya. Lagipula sepertinya dia sekarang sudah memiliki kehidupan yang begitu baik. Aku tidak akan mengganggunya," balas Jaemin datar.

Merasa tidak akan menang jika berdebat dengan Jaemin, pada akhirnya Renjun dan Haechan memilih diam.

Hingga sebuah pesan dari Jeno membuat Renjun seketika membulatkan matanya.

Hingga sebuah pesan dari Jeno membuat Renjun seketika membulatkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Maaf banget yaaa kita updatenya lama huhu
Kita bener bener lagi sibuk soalnya :(

Hope you can enjoy it 😘

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang