"Dia sungguh manis," lirih Mark, seorang namja berperawakan cukup tinggi dengan pelan.
"Ah! Mungkin aku memang sudah benar-benar menyukainya," lanjut Mark seraya masih memfokuskan pandangannya pada seorang namja manis dengan pakaian serba biru yang tengah sibuk menunggu temannya.
"Sungguh dia namja paling sempurna yang pernah aku temui," kata Mark kembali dengan senyum kecil yang sudah terukir jelas di wajahnya.
***
Di pagi hari yang cukup cerah ini, Mark sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi salah satu pembicara pada seminar rutin yang diadakan oleh fakultasnya. Mark memang sudah dikenal sebagai seorang mahasiswa yang sangat cerdas dan inspiratif.
Selain itu, Mark juga dikenal sangat ramah dan hangat pada orang-orang yang berada disekelilingnya. Tak heran jika dia bisa menjadi idola bagi beberapa mahasiswa yeoja yang berada di kampusnya.
Hingga detik ini mungkin sudah ada sekitar puluhan mahasiswa yang telah mengungkapkan perasaan mereka pada Mark, namun sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa menarik perhatian seorang Mark.
Satu-satunya alasan kuat yang mendorong Mark untuk tidak membuka hatinya pada mereka adalah karena ia telah memiliki seseorang yang sangat spesial di hatinya. Seseorang yang sejak pertama kali mereka bertemu sudah membuat jantungnya berdetak begitu cepat dan deru napasnya terasa tercekat.
Sungguh baru kali ini Mark merasakan hal-hal yang sebenarnya bisa dikatakan sangat normal bagi siapa saja yang sedang jatuh cinta.
Selama hampir 3 tahun terakhir, Mark tak pernah mengalihkan pandangannya sedikitpun dari seorang namja yang terkenal sangat lembut dan manis. Dia adalah Na Jaemin. Seorang mahasiswa yang juga sedang menempuh pendidikan di jurusan yang sama dengan Mark.
Meskipun Mark cukup terkenal di kampusnya, namun untuk masalah perasaannya pada Jaemin ini dia merasa belum cukup berani untuk mengakuinya dihadapan Jaemin secara langsung. Ia masih merasa belum pantas untuk seseorang yang sungguh sempurna seperti Jaemin.
Ketidakberaniannya itu membuat Mark hanya bisa mengagumi sosok Jaemin secara diam-diam. Bahkan sudah tak terhitung lagi berapa banyak foto Jaemin yang diambil oleh Mark selama ini. Dimanapun dan kapanpun Mark bertemu dengan Jaemin, dia akan dengan segera mengeluarkan kameranya dan memotret setiap pergerakan Jaemin.
Hal ini mungkin terdengar sedikit berlebihan, namun hanya hal ini yang sanggup dilakukan Mark untuk saat ini. Ia masih benar-benar belum berani untuk menemui dan mengungkapkan perasaannya secara langsung pada namja bermarga Na itu.
Sampai pada suatu siang dimana mentari sedang asyik menampakkan kilaunya, Mark kembali bertemu dengan sosok yang begitu dikaguminya. Sejenak ia berhenti dan memandangi keindahan yang terpancar dari salah satu ciptaan-Nya.
Mark memang tak pernah merasa bosan sedikitpun untuk memandangi wajah manis Jaemin. Bagi Mark, wajah dan senyuman Jaemin mampu membuatnya lebih damai.
"Hei! Sedang apa kau disini?" tanya Lucas, salah seorang sahabat baik Mark.
"Hei, Lee Mark!" sapa Lucas sambil tak sengaja mengikuti arah pandangan Mark. Kini Lucas sudah mengetahui sebenarnya apa yang sedang dilakukan Mark.
"Jadi dia ya?" tanya Lucas memecah lamunan Mark.
"Eh? Sejak kapan kau ada disini?" Mark baru sadar jika Lucas tengah berdiri disampingnya.
"Jadi dia ya namja yang kau suka? Cie cie," ledek Lucas membuat Mark seketika menampakkan mata lebarnya.
"A-apa yang kau bicarakan?" Mark tiba-tiba menjadi gugup. Ia benar-benar tak mau jika sahabatnya itu sampai mengetahui perasaannya pada Jaemin. Pasalnya meskipun Mark memang sangat dekat dengan Lucas, namun ada satu hal yang membuat Mark sedikit kesal dengan sahabatnya satu ini. Lucas hampir tak pernah bisa menyimpan rahasianya. Ia takut jika Lucas akan membocorkan perasaannya ini pada orang lain. Dasar ember emang ini si Lucas!
"Jadi kau menyukai Jaemin, ya?" selidik Lucas seraya menatap tajam pada Mark. Sementara Mark hanya bisa terdiam dan tak menjawab pertanyaan Lucas itu. Ia benar-benar tak ingin sahabatnya itu mengetahui perasaannya pada Jaemin.
"Tidak! Aku bahkan tidak mengenalnya!" sergah Mark mencoba mengelak.
"Benarkah? Lalu mengapa tadi kau memandanginya seakan takut jika kau berkedip sedikit saja dia akan hilang begitu, heh?" tanya Lucas kembali membuat keringat Mark mengalir sedikit demi sedikit.
"A-aku tidak memandanginya! Kau ini jangan asal bicara!" Mark masih tetap mencoba untuk mengelak.
"Jinjjayo?" tanya Lucas memastikan.
"I-iya. Tentu saja," jawab Mark masih dengan gugup.
"Baiklah kalau begitu," balas Lucas sambil berlalu dari hadapan Mark.
Setelah Lucas berlalu, Mark memutuskan untuk menuju ke kantin sekedar mengisi perutnya yang masih kosong. Mark melangkahkan kakinya dengan kepala tertunduk. Dia merasa sangat lemas dan tak bersemangat.
Dia sungguh khawatir jika Lucas akan mengetahui perasaannya pada Jaemin. Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa sebaik apapun dia berusaha menyembunyikan perasaannya itu, lambat laun pasti akan terungkap juga.
Brukkk....!!!
Tanpa sadar Mark menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Ia segera meminta maaf pada seseorang itu. Betapa terkejutnya Mark bahwa Jaemin telah berada dihadapannya. Dia bisa memandangi wajah Jaemin dari jarak yang sangat dekat.
"Sungguh manis dan menenangkan," gumam Mark masih memandangi wajah damai Jaemin.
"Aku minta maaf, aku tidak sengaja," kata Mark seraya membantu Jaemin untuk mengambil buku-bukunya yang jatuh berserakan di lantai.
"Tidak apa-apa." Jaemin menjawab dengan sangat lembut, membuat Mark semakin tak bisa berkutik.
"Ini bukumu! Sekali lagi aku minta maaf ya. Aku benar-benar tidak sengaja," ucap Mark kembali meminta maaf pada Jaemin.
"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah membantuku." Jaemin kembali membalas ucapan Mark dengan suara lembutnya.
"Iya, sama-sama. Apa kau akan masuk kelas?" tanya Mark basa-basi.
"Tidak, aku baru saja selesai kuliah. Aku akan ke perpustakaan," kata Jaemin pelan.
"Apa aku boleh menemanimu?" tanya Mark dengan tiba-tiba. Sungguh kali ini Mark sudah tak bisa lagi mengendalikan perasaannya.
"Boleh, silakan saja."
"Benarkah? Baik kalau begitu." Mark kini menampakkan wajah yang begitu cerah.
"Maaf sebelumnya, tapi apakah aku boleh memegang lenganmu?" tanya Jaemin membuat langkah Mark terhenti.
"Boleh. Kau boleh memegang lenganku, Jaemin," jawab Mark dengan senang hati.
"Terima kasih," sahut Jaemin sambil melingkarkan lengannya pada lengan Mark.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
DiversosJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08