Go On? (III)

496 87 4
                                        

Sial!

Jaemin hanya bisa mengumpat dalam hati saat mengetahui siapa yang tengah berada dihadapannya saat ini.

Perlahan, Jaemin memundurkan langkahnya. Berusaha agar menjauh dari seseorang yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang sendu.

Kau tidak boleh goyah, Na!

Jaemin kembali menggerutu dalam hati. Meyakinkan dirinya sendiri agar tak terpengaruh dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh orang dihadapannya.

"Na...." Orang itu mulai berucap dengan nada yang -ah sungguh membuat siapapun akan tersentuh. Namun entah mengapa, untuk kali ini Jaemin benar-benar seakan sudah mati rasa.

Melihat Jaemin yang berangsur semakin menjauhinya, orang itu yang tak lain adalah Mark, memutuskan untuk semakin mendekati Jaemin.

"J-jangan mendekat, hyung!"

"Dengarkan aku dulu, Na."

Jaemin semakin memundurkan langkahnya hingga hampir saja ia terjungkal. Namun dengan sigapnya, Mark berlari meraih lengan Jaemin hingga Jaemin pun berada didalam pelukan Mark.

"L-lepaskan aku, hyung."

Mark justru semakin mempererat pelukannya, "aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi, Na."

"Jebal, mengertilah. Lepaskan aku, hyung."

Merasa jika Jaemin memang tidak nyaman, Mark pun melonggarkan pelukannya pada Jaemin.

"Kau tidak lagi merasa nyaman ya, denganku?"

Jaemin tak menjawab apapun. Namja bermarga Na itu hanya bisa menunduk sembari menahan tangis. Benar-benar tak sanggup mengatakan apapun pada laki-laki dihadapannya itu.

Mark yang mengetahui tubuh Jaemin sedang bergetar hebat, sontak kembali memeluk Jaemin sembari mengucapkan beberapa kalimat penenang. Meskipun Mark sendiri tahu jika apapun yang ia lakukan saat ini tidak akan membuat Jaemin merasa lebih baik.

Cukup lama Mark memeluk dan menenangkan Jaemin. Hingga Jaemin lah yang lebih dulu memisahkan diri dari pelukan Mark.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Mark sembari memberikan tatapan hangat pada Jaemin.

Sang submissif seketika menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Baiklah, kalau begitu kau mau tetap disini atau ikut aku ke rumah? Mama daritadi sudah meneleponku menanyakan kau bagaimana."

Jaemin tersenyum tipis, "sampaikan maafku pada Mama Lee. Sepertinya aku akan tetap di rumah saja malam ini."

Mark kembali menghela napas kasar. "Oke, akan kusampaikan pada Mama. Maafkan aku, Na. Kedatanganku pasti membuatmu shock."

Jaemin hanya memberikan tatapan datar pada Mark. Tanpa berniat untuk kembali membalas ucapan namja Kanada itu.

Mark yang merasa begitu bersalah pun mempersilakan Jaemin untuk kembali ke dalam rumahnya.

Sementara Jaemin, ia hanya berjalan lurus masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh sedikitpun pada Mark yang masih tetap terdiam di tempatnya semula.

Setelah merasa Jaemin sudah benar-benar masuk ke dalam rumah dengan selamat, Mark pun memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya. Merenung sejenak dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kesalahanku memang benar-benar fatal, ya. Bahkan Nana seperti sudah trauma bertemu denganku." -batin Mark.

Jeno is calling....

Yak!!! Hyung ini kenapa lama sekali? Kita sudah kelaparan menunggumu, tau! Mama tidak memperbolehkan kita makan jika hyung dan Nana belum datang

Kalian makan duluan saja, bilang ke Mama

Wae? Hyung masih lama?

Ya. Bilang ke Mama, Nana tidak jadi menginap. Dan aku masih ingin berkeliling

Arraseo. Hati-hati hyung
Jangan berbuat yang nekat

Bodoh! Kau pikir hyungmu ini akan bunuh diri apa?!

Hehe siapa tau saja hyung sudah menyerah karena tidak bisa lagi mendapatkan Nana

Sudahlah, kau semakin memperburuk suasana hatiku saja

Jangan sensi dong, hyung
Makannya-

Sebelum Jeno menceramahinya, Mark sudah lebih dulu mematikan sambungan teleponnya.

Mark kembali menatap ke arah rumah Jaemin. Hembusan napas kembali terdengar dari bibirnya.

Bagaimana caraku agar bisa kau maafkan, Na? -inner Mark.

Mark memejamkan matanya, berusaha menenangkan pikirannya yang sungguh kalut. Semuanya terasa begitu berat bagi Mark.

Disisi lain....

Kini Jaemin tampak menunduk penuh. Berusaha menenangkan batinnya yang baru saja terkoyak lagi.

Kehadiran Mark sungguh membuat Jaemin merasa pedih. Ingatannya secara otomatis memutar ulang kejadian beberapa tahun silam. Kejadian yang telah membuatnya begitu terpuruk.

Apa Mark hyung sudah pulang, ya?

Untuk memastikan apa yang sedang mengganggu pikirannya, Jaemin memutuskan untuk melangkah menuju jendela kamarnya. Mengintip sedikit, apakah Mark sudah benar-benar pergi atau belum.

Setelahnya, Jaemin merasa menyesal. Tepat disaat dirinya membuka tirai jendela yang ada di kamarnya, saat itu pula Mark tengah memperhatikan ke arah kamarnya. Membuat dirinya kembali harus bertatapan dengan netra hangat milik Mark.

Kenapa Mark hyung harus kembali?

Jaemin hanya bisa terus menerus menyuarakan batinnya. Tidak bisa memahami apa alasan Mark kembali ke kehidupannya.

Apa yang harus kulakukan? -Jaemin Na

Maafkan aku -Mark Lee

Tbc again 😁
Jangan lupa voment ya manteman ehe

See you next chapter ~

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang