"Ada yang bisa aku bantu, Mark hyung?" Suara itu. Suara yang benar-benar tak asing di indera pendengaran Mark. Suara yang begitu familiar dan bahkan sudah melekat dihati Mark.
"Nana?" seru Mark seraya menghadapkan dirinya ke arah seseorang yang kini tengah menatapnya dengan sebuah senyum yang begitu khas.
"Ne, hyung. Sedang apa Mark hyung disini? Hyung sedang berbelanja juga?" tanya Jaemin dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
"I-iya. Aku diminta eomma untuk membeli beberapa bahan makanan. Kau sendiri?" tanya Mark dengan degupan jantung yang seakan ingin meledak. Dia sendiri tak tahu mengapa setiap kali berdekatan dengan Jaemin, jantungnya akan berdetak dengan sangat cepat dan darahnya mampu berdesir hebat.
"Aku juga ingin membeli beberapa keperluan di rumah, hyung," jawab Jaemin sangat lembut.
"Oh ya, apa hyung sedang kesulitan mencari bahan-bahan yang harus hyung beli? Apa ada yang bisa aku bantu? Aku lumayan sering juga kesini, jadi aku sedikit hafal dengan letak beberapa bahan makanan yang ada disini," terang Jaemin.
Tanpa sengaja tatapan Jaemin bertemu dengan Mark. Dan entah mengapa Mark merasakan tubuhnya semakin terasa kaku.
Ia merasa benar-benar sudah jatuh ke dalam pesona seorang Jaemin.
"Mark hyung! Apa hyung baik-baik saja?" tanya Jaemin seraya melambaikan tangannya didepan wajah Mark.
Pasalnya Mark kini benar-benar terlihat seperti orang yang tak bernyawa.
"Mark hyung!" pekik Jaemin cukup keras hingga mampu mengembalikan nyawa Mark yang sempat melayang.
"Eh? Iya, ada apa?" tanya Mark dengan wajah polosnya.
"Jadi daritadi hyung tidak mendengarkan aku bicara ya?" dengus Jaemin dengan bibir yang mengerucut sebal. Sungguh ia merasa kesal pada Mark.
"Ma-maaf, bukan seperti itu. Hanya saja aku-," jawab Mark sengaja menggantungkan ucapannya.
"Hanya saja apa?" Jaemin kembali memandang Mark lekat-lekat.
"Ah! Tidak apa-apa, lupakan saja hehe," balas Mark dengan senyuman yang mungkin sedikit dipaksakan.
"Baiklah." Jaemin pun membalikkan tubuhnya berniat untuk kembali menyusuri supermarket. Namun, baru tiga langkah ia berjalan, ia merasakan sebuah lengan tengah mencegahnya. Ya, siapa lagi jika bukan Mark. Entah mendapat keberanian darimana sehingga Mark begitu berani melakukan skinship dengan Jaemin.
"Ada apa lagi, hyung?" tanya Jaemin dengan suara yang sangat lembut di telinga Mark. Membuat Mark semakin tak bisa mengontrol perasaannya.
"Hm, itu-." Mark benar-benar bingung dengan sikapnya sendiri.
"Apa, hyung?" tanya Jaemin masih dengan suara yang sangat lembut.
"Bi-bisakah kau membantuku mencari bahan-bahan makanan ini?" ujar Mark sedikit gugup sambil menyerahkan daftar belanjaan yang telah dicatatkan oleh eomma-nya.
"Oh, baiklah akan aku bantu, hyung." Jaemin hanya tersenyum sambil berjalan beriringan dengan Mark yang masih saja terdiam atas sikap Jaemin yang menurutnya sangat manis.
"Hah! Bagaimana ini? Jantungku benar-benar ingin meledak rasanya!" lirih Mark begitu pelan.
***
Beberapa bulan kemudian...Mentari pagi ini benar-benar sedang tersenyum senang diatas peraduannya. Ia sungguh menampakkan cahaya yang begitu terang hingga mampu mengusik seorang namja yang tampak masih berguling kesana kemari dibalik selimut bergambar tokoh kartun favoritnya Spongebob Squarepants.
Setelah merasa bahwa sang surya perlahan memasuki celah kamarnya dengan begitu lancang, ia pun segera membiasakan indera penglihatannya seraya mengerjap-ngerjapkan matanya itu dengan imut.
"Jam berapa ini?" gumam seorang namja manis sambil mencari ponselnya yang tergeletak diatas meja belajarnya.
"Mwo? Jam setengah 7? Ish, aku bisa terlambat lagi! Huh!" seru Jaemin kesal.
Tanpa berlama-lama lagi, Jaemin pun melangkahkan kaki kecilnya ke dalam kamar mandi dan segera bersiap-siap menuju ke sekolahnya. Tak ada yang tahu pasti penyebab namja bersurai hitam pekat ini menjadi seseorang yang berbeda dari sebelumnya.
Jaemin yang sekarang terlihat begitu ceroboh dan berantakan. Bahkan tak jarang ia tertidur di kelas. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan namja manis ini.
Setelah merasa sudah siap, Jaemin pun segera berangkat menuju sekolahnya dengan wajah yang masih saja ditekuk.
Setibanya di sekolah.
"Halo, Nana!" sapa Renjun, sahabat baiknya.
"Hm." Jaemin hanya menjawabnya dengan gumaman.
"Hei! Jangan seperti ini! Kau benar-benar berubah! Lihat saja penampilanmu, benar-benar berantakan!" teriak Renjun dengan suaranya yang begitu memekakkan telinga.
"Hm." Jaemin kembali membalas pernyataan sahabatnya itu dengan gumaman yang terdengar begitu lirih.
"Berhentilah bersikap seperti ini, Nana! Wajahmu benar-benar tidak sedap dipandang! Tersenyumlah, Na! Kau benar-benar menakutkan!" seru Renjun sambil mengguncangkan tubuh Jaemin yang hanya menatapnya dengan tatapan kosong.
"Life must go on, you know?" Renjun memandang sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Renjun sungguh merasa iba pada sahabatnya yang satu itu. Ia benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan Jaemin seperti dulu lagi.
"I know. Tapi-," ujar Jaemin lirih.
"Sudahlah, jangan membicarakan masalah itu lagi! Aku tidak ingin melihatmu semakin terpuruk! Kumohon, lupakan masalah itu!" cicit Renjun.
"Tidak bisa. Aku tidak akan mungkin bisa melupakan masalah itu, Njun," jawab Jaemin lemah.
"Kau pasti bisa! Lagipula itu bukan sepenuhnya salahmu, Na. Jadi, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri dan jalani kehidupanmu seperti dulu. Lupakan masalah itu!" pinta Renjun dengan suara yang kini terdengar lebih lembut dari sebelumnya.
Jaemin segera mendudukkan dirinya dengan wajah yang masih saja tampak sendu. Pandangannya menerawang jauh pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Perlahan ia memejamkan matanya.
Tanpa sadar, butir-butir kristal itu telah lolos begitu saja dari kelopak matanya. Ya, Jaemin menangis. Hatinya kembali terasa sakit bagai dihujami beribu tombak yang tepat menusuk ke dalam jantungnya.
Tbc ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
De TodoJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08