Miracles in August (I)

700 68 2
                                    

"Hei! Kau sudah dengar berita belum?" seru seorang namja berwajah mungil pada sahabatnya.

"Berita apa?" tanya Jaemin dengan rasa penasaran yang sudah bersarang di dalam tubuhnya.

"Aku dengar kampus kita akan mengadakan beberapa event untuk menyambut hari ulang tahun kampus kita 3 bulan lagi," jelas namja berwajah mungil yang kerap disapa Renjun itu.

"Benarkah? 3 bulan lagi berarti bulan Agustus ya? Hm, memangnya event apa saja?" tanya Jaemin menghentikan acara membaca bukunya.

“Iya, bulan Agustus. Seingatku ada menyanyi, bermain alat musik, berakting, dan masih banyak lagi." Renjun menjelaskan pada Jaemin seraya meletakkan jemarinya di dagu.

"Hei! Ini kesempatan bagus buatmu! Siapa tahu ini bisa menjadi salah satu batu loncatan buatmu!" lanjut Renjun menggoyang-goyangkan tubuh Jaemin yang kembali fokus pada buku bacaannya.

“Maksudmu apa?" tanya Jaemin dengan wajah polosnya.

"Bukankah suaramu bagus? Dan lagi kau juga bisa memainkan alat musik, kan? Jadi mengapa kau tidak mencoba untuk mengikuti event yang diadakan kampus kita ini?" usul Renjun begitu semangat.

"Tidak mau. Aku belum pernah menyanyi ataupun bermain musik didepan orang lain selain kedua orang tuaku dan kau. Aku tidak berani!" ujar Jaemin seraya menundukkan wajahnya.

“Maka dari itu kau harus mencobanya sekarang! Bukankah menjadi musisi profesional adalah mimpi terbesarmu?" tanya Renjun masih mencoba untuk membujuk sahabatnya yang sedikit keras kepala itu.

Seuntai kalimat yang baru saja diucapkan Renjun seketika membuat Jaemin berpikir keras. Benar kata Renjun bahwa ia sangat ingin menjadi musisi profesional.

Namun hingga saat ini Jaemin masih belum memiliki cukup keberanian untuk menunjukkan kemampuannya itu pada orang lain. Jaemin masih merasa tidak yakin dengan kemampuan yang ia miliki.

Namun setelah cukup lama berpikir, akhirnya Jaemin angkat bicara dan mengungkapkan keputusannya untuk mengikuti event yang diadakan oleh kampusnya.

Jaemin akan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Ia akan berlatih dengan disiplin agar kemampuannya bisa lebih meningkat lagi.

"Oke, aku akan ikut." Jaemin menatap wajah Renjun senang dengan senyum yang sudah mengembang diwajah manisnya.

"Sungguh? Wah, baguslah kalau begitu! Aku senang akhirnya kau mau memberanikan diri untuk mengikuti event ini,"seru Renjun tak kalah senang.

***

Sudah hampir seminggu ini Jaemin berlatih dengan cukup keras untuk meningkatkan kemampuannya. Tak lupa Renjun yang selalu setia menemaninya dengan sabar dan senantiasa memberikan masukan pada Jaemin atas kemampuannya.

"Nana-ya, apa kau tidak lapar?" tanya Renjun seraya menyentuh perutnya yang terasa sangat lapar.

"Ah! Apa kau lapar?" tanya Jaemin diikuti anggukan imut dari Renjun.

"Aku minta maaf ya. Aku terlalu fokus berlatih hingga tak memperhatikanmu. Kalau begitu aku akan membeli makanan dipertigaan jalan dulu ya. Kau tunggu disini," lanjut Jaemin sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Oke," sahut Renjun mengulum senyum.

Jaemin segera melangkahkan kakinya menuju rumah makan yang berada di ujung pertigaan jalan, tak jauh dari rumahnya.

Raut bahagia masih senantiasa terpancar di wajah manis Jaemin. Dia sungguh tak sabar untuk menunjukkan kemampuan yang dia miliki dihadapan orang banyak, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa rasa gugup selalu hadir di dalam hatinya.

Jaemin masih merasa sedikit kurang percaya diri. Namun, untuk kali ini Jaemin sudah bertekad bahwa dia harus berani dan menunjukkan kemampuan terbaiknya.

Setelah membeli makanan di rumah makan yang terkesan minimalis tapi tetap menarik itu, Jaemin pun melanjutkan perjalanannya untuk segera pulang dan makan bersama sahabatnya yang sejak tadi memang sudah terlihat kelaparan karena lelah menunggunya berlatih.

Disaat Jaemin masih berjalan dengan raut ceria yang tak bisa tersembunyi dari wajahnya, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju begitu cepat didepannya.

Karena panik, akhirnya Jaemin hanya bisa terpaku dan tubuhnya terpental cukup jauh dari tempatnya semula berdiri.
Tanpa pikir panjang, seseorang yang ternyata seorang namja itu langsung menghampiri Jaemin yang saat ini tengah tak sadarkan diri.

Mengetahui hal itu, namja asing itu pun dengan segera membawa Jaemin ke dalam mobilnya untuk menuju rumah sakit yang berada disekitar daerah itu. Namja itu sekarang benar-benar merasa kalut dan frustasi.

Ia juga merasa takut dan khawatir jika namja yang baru saja ia tabrak tidak bisa diselamatkan.

Tak lama kemudian, namja itu membawa Jaemin ke dalam rumah sakit dan meminta para dokter untuk segera menanganinya. Sembari menunggu Jaemin, namja itu tak henti-hentinya berdoa dan berharap semoga tidak ada sesuatu buruk yang terjadi pada seseorang yang tengah terbaring di ruang UGD itu.

"Permisi, apakah Anda keluarga dari namja ini?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD kepada namja bersurai pekat yang kini hanya bisa diam dan tak tahu harus menjawab apa.

"Maaf, apakah Anda keluarga dari namja ini?" tanya dokter itu kembali mengulang ucapannya.

Tbc

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang