Pagi ini udara terasa begitu menyegarkan bagi Jaemin yang tengah memandangi indahnya pepohonan meluruhkan setiap lembar daun yang mulai bertransformasi menjadi warna kuning, jingga, hingga merah.
Sungguh musim gugur merupakan musim yang mampu menyajikan pemandangan sangat istimewa dan mengagumkan.
Langkah kaki Jaemin terus membujuknya untuk menyusuri jalanan yang tak jauh dari rumahnya sambil sesekali berhenti sejenak untuk mengagumi karya seni sang pencipta, merasa seolah-olah semua pohon dan dedaunan sedang bertepuk tangan menyambut pertumbuhan baru pada musim semi.
Jaemin begitu menikmati suasana musim gugur yang sangat menenangkan ini, hingga ia lupa jika saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8, menandakan bahwa ia akan benar-benar terlambat masuk kelas.
.
.
Jaemin segera berlarian menuju kelasnya, ia yakin bahwa kali ini dia sudah benar-benar terlambat.
"Ah! Bagaimana ini? Kau memang benar-benar ceroboh, Nana!" gerutu Jaemin dalam hati merutuki kesalahan dirinya sendiri.
Tanpa sadar, sejak tadi ada seseorang yang tengah menatap Jaemin lekat-lekat. Tatapan dari seseorang yang memang sudah sejak lama menaruh hati pada Jaemin.
Bisa dibilang bahwa seseorang ini merupakan secret admirer dari Jaemin. Dia memang hanya mengagumi Jaemin secara diam-diam tanpa memiliki keberanian untuk mengungkapkan rasa kagumnya itu pada Jaemin.
"Dia sungguh manis saat bersikap seperti itu," lirih seseorang yang masih mengamati Jaemin dengan senyum tulus terlukis di wajahnya.
Beberapa menit kemudian Jaemin sudah sampai di depan kelasnya dan meminta maaf atas keterlambatannya hari ini. Jaemin sungguh beruntung karena dosen pengajarnya cukup baik dan masih mengizinkannya untuk tetap mengikuti perkuliahan.
.
.
"Hah! Akhirnya selesai juga," seru Jaemin riang seraya merapikan buku-bukunya.
"Hei!" sapa Renjun, sahabat Jaemin.
"Hei juga! Kau mau langsung pulang?"
"Tidak, aku masih ada urusan dengan seseorang," jawab Renjun dengan wajah berbinar-binar.
"Pasti dengan kekasihmu itu ya?" tanya Jaemin mencoba menerawang.
"Iya. Aku akan mengerjakan esai dengannya. Kau mau ikut?" ajak Renjun sembari melingkarkan lengannya di lengan kurus Jaemin dengan manja.
"Untuk apa aku ikut? Nanti aku hanya akan menjadi obat nyamuk disana. Lebih baik aku pulang dan mengerjakan esaiku di rumah," jelas Jaemin menolak ajakan sahabatnya itu.
"Ayolah, Na. Jeno juga tidak sendiri, dia bersama sepupunya." Renjun masih berusaha membujuk Jaemin untuk ikut bersamanya.
"Baiklah, aku ikut."
"Jeongmal gomayo, Na. Ya sudah kalau begitu, kita langsung ke café saja."
Setibanya di café outdoor yang terletak di Plaza Times Square, tepatnya di persimpangan jalan Broadway dan Seventh Avenue, terlihat Jeno yang sedang duduk di salah satu bangku disana dengan ditemani salah seorang sepupunya yang tak kalah tampan.
Jeno melambaikan tangannya pada Renjun dan Jaemin, mengisyaratkan mereka berdua untuk menghampirinya.
"Kau sudah lama?" tanya Renjun pada kekasihnya yang tengah mengeluarkan beberapa buku.
"Tidak. Aku juga baru saja sampai kok. Oh ya, perkenalkan ini sepupuku. Namanya Mark hyung."
"Hai, hyung! Aku Renjun dan ini temanku Nana," ucap Renjun memperkenalkan dirinya dan juga Jaemin.
Setelah hampir 1,5 jam mereka saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan esai masing-masing, mereka pun memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Jaemin yang masih sibuk meneguk minumannya melihat Renjun dan Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan.
Jaemin tau bahwa setelah ini dia akan pulang sendiri, karena Renjun pasti akan lebih memilih pulang bersama Jeno. Sementara itu, Mark hanya memandangi sikap Jaemin dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
"Na, kau bisa pulang sendiri kan?" tanya Renjun dengan polos.
"Iya, tenang saja. Aku sudah biasa sendiri."
"Memangnya rumahmu ke arah mana?" tanya Mark sambil memakai tas hitamnya.
"Ke sana," ucap Jaemin seraya menunjuk ke arah rumahnya.
"Baiklah kalau begitu, kau pulang denganku saja. Rumahku juga ke arah sana," jelas Mark menawarkan diri.
"Benarkah?" tanya Jaemin lembut.
"Iya. Rumahmu tidak jauh kan dari sini? Bagaimana kalau kita jalan kaki saja?" Mark mengucapkannya dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Ide bagus! Aku juga ingin lebih menikmati musim gugur di sepanjang jalan, rasanya lebih menyenangkan jika melihat daun-daun yang mulai berguguran dengan jalan kaki," ujar Jaemin mendeskripsikan kesenangannya pada musim gugur.
Pada akhirnya Mark dan Jaemin pun pulang bersama. Di sepanjang perjalanan, tak banyak pembicaraan yang mereka lakukan.
Jaemin terlalu sibuk untuk menikmati suasana musim gugur yang sangat ia sukai. Suasana yang selalu membuat hatinya merasa damai.
Sementara itu tanpa sepengetahuan Jaemin, seseorang yang tengah berada di sampingnya itu terus menatapnya dengan seulas senyum yang membuatnya semakin terlihat tampan.
"Nana-ya, apa kau sangat menyukai musim gugur?" tanya Mark membuka pembicaraan.
"Iya, aku sangat menyukainya hyung. Menurutku, musim gugur adalah musim yang terindah," balas Jaemin tanpa mengalihkan pandangannya dari setiap pepohonan yang ada di sekelilingnya.
"Bagaimana jika aku ingin membuatnya lebih indah?" tanya Mark kembali, membuat Jaemin menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Mark.
"Maksud hyung?" Jaemin mengerutkan keningnya. Jaemin benar-benar tak mengerti dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Mark.
"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan, Na. Aku tau mungkin kau akan merasa bingung dan kaget setelah ini," terang Mark diiringi tatapan heran dari Jaemin.
"Sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak lama. Tapi, aku tak pernah berani untuk mengungkapkan perasaanku ini. Bahkan untuk menatapmu saja aku tidak bisa. Mungkin saat ini aku terlihat aneh di matamu, tapi satu hal yang harus kau tau kalau aku benar-benar memiliki perasaan yang tulus," ungkap Mark melanjutkan ucapannya seraya menatap bola mata Jaemin dengan intens
Keduanya saling menatap untuk beberapa saat, mencoba untuk memahami perasaan masing-masing. Terutama untuk Jaemin yang masih shock dan tau tau harus seperti apa.
Pengakuan Mark sungguh membuatnya kaget dan bingung. Pasalnya Jaemin memang baru saja mengenal Mark beberapa jam yang lalu. Ia masih memerlukan waktu untuk mencerna dan memikirkan apa yang baru saja diungkapkan Mark padanya.
Dengan ditemani semilir angin yang masih menghiasi kawasan Manhattan kala itu, baik Mark maupun Jaemin hanya bisa terdiam dan membiarkan waktu berjalan seiring dengan dedaunan yang terus memancarakan aneka warna yang begitu cantik dan menakjubkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
NezařaditelnéJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08