09. Pertengkaran

209 14 0
                                    

-I'M NOT FINE-

"Tidak bisakah Papa mengerti akan kebahagiaanku? Kenapa papa selalu menghancurkannya?"- Devan Pratama.

***********




"Pa, kumohon stop. Stop nyalahin teman-teman aku. Stop nyalahin siapapun lagi. Aku sudah bilang, ini salah Papa. Bukan salah orang lain." Tegas Devan dengan nada penuh penekanan, tapi dirinya tidak meninggikan suaranya.

'Plak!'

Adit menampar sebelah pipi putranya sangat keras, membuat bibir Devan berdarah. Hana yang baru mendekati suami dan anaknya, ia membulatkan kedua matanya sampai sebelah tangannya menutup mulutnya saking terkejutnya.

"KAMU BERANI NYALAHIN PAPA?! KAMU LEBIH MEMILIH DUA TEMANMU ITU YANG MEMBUATMU TIDAK SOPAN SEPERTI INI DIBANDINGKAN DENGAN PAPA YANG SUDAH MEMBESARKANMU?!" Bentak Adit dengan aura marahnya, ia benar-benar sangat marah karena putranya sendiri.

Devan berdecak kesal dengan senyum smirknya. Hancur sudah. Harapannya membuat hatinya semakin lebih baik hari ini, sudah dihancurkan apalagi masih pagi. Ia pun merongoh ponsel yang berada di saku celananya, lalu membuka aplikasi chat.

'Maaf, kurasa aku tidak bisa pergi ke warnet. Ada urusan mendesak.'

Setelah mengirim pesan ke Bobby, Devan pun memati dayakan ponselnya lalu kembali memasukannya ke dalam saku celana. Devan menghela nafas pelan, lalu menatap Papanya yang masih terlihat marah kepadanya.

"PA! AKU SUDAH BILANG. JANGAN MENYALAHKAN TEMAN-TEMANKU LAGI! TAPI PAPA MALAH TERUS MENYALAHKAN MEREKA YANG PAPA ANGGAP SUDAH MEMBUATKU TIDAK SOPAN SEPERTI INI." Emosinya sudah tidak bisa tertahankan lagi. Padahal ia sudah berusaha untuk menahannya.

"TAPI, PAPA TIDAK TAU. MEREKALAH YANG MEMBUATKU TAU APA ITU KEBAHAGIAAN, MEREKALAH JUGA YANG SUDAH MEMBUATKU MELUPAKAN PENDERITAAN YANG SUDAH PAPA LAKUKAN." Lanjut Devan dengan raut wajah kesal, nafasnya juga terdengar tidak teratur. Ia benar-benar kesal sekaligus marah kepada Ayahnya itu.

Adit dan juga Hana terkejut mendengar bentakan Devan untuk pertama kalinya. Raut wajah putra mereka terlihat sangat marah, terlihat kedua tangan Devan mengepal kuat. Hana sampai meneteskan air matanya, ia benar-benar terkejut sekaligus sedih dengan ucapan putra semata wayangnya.

"KEBAHAGIAAN? PENDERITAAN? KAMU BELUM BISA MEMBEDAKAN KEDUANYA. JELAS-JELAS MERELAKAH YANG MEMBUATMU MASUK KEDALAM PERGAULAN BEBAS. JIKA KAMU TIDAK BERTEMAN DENGAN MEREKA, KAMU TIDAK AKAN BALAPAN, DAN TIDAK AKAN BERSIKAP TIDAK SOPAN." Adit meninggikan suaranya, ia benar-benar kesal terhadap Devan.

Devan mendengus kesal dengan senyum sinisnya.

"Kurasa Papa harus intropeksi diri sebelum menyalahkan orang lain." Ujar Devan menatap Papanya dengan tatapan tajam, nadanya penuh ketegasan.

"DEVAN! SETELAH PAPA FIKIRKAN, KAMU MEMANG TIDAK COCOK TINGGAL DIINDONESIA, APALAGI BERTEMAN DENGAN MEREKA BERDUA. JADI, PAPA AKAN MEMBUATMU MENETAP DI AMERIKA." Bentakan Adit kali ini sukses membuat Devan terkejut. Namun, Hana tidak terlihat terkejut sama sekali. Lantaran semalam mereka berdua sudah memikirkannya.

"Apa?! Aku tidak mau, dan tidak akan pernah tinggal disana." Ujar Devan seraya menggelengkan kepalanya, raut wajahnya terlihat datar, nadanya terdengar kasar.

"DEVAN PRATAMA! PAPA MOHON SATU KALI SAJA KAMU MENURUTI PERINTAH PAPA! LAGIPULA ITU JUGA UNTUK KEBAHAGIAANMU SENDIRI. KAMU PASTI AKAN BAHAGIA DISANA, DAN MEMPUNYAI TEMAN-TEMAN LEBIH BAIK DARIPADA MEREKA BERDUA." Adit masih meninggikan suaranya, raut wajahnya berubah menjadi serius.

"SAMPAI KAPANPUN, AKU TIDAK AKAN PERNAH MAU TINGGAL DISANA." Devan kembali meninggikan suaranya, ia hendak melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang di anggap Neraka baginya.

I'M NOT FINE (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang