60. Mimpi, Janjian

84 6 0
                                    

-IM NOT FINE-



"Maaf."- Devan Pratama.



***********

"Devan! Bangun." Syla mengguncang-guncang tubuh kekasihnya yang beberapa menit yang lalu tertidur pulas. Pria itu terbangun dan menatap Syla yang berdiri dihadapannya dengan kedua mata menyipit.

"Kenapa kamu kembali lagi? Bukannya kamu pergi dan ingin sendiri?" Tanya Devan dengan nada pelan, raut wajahnya terlihat bingung.

"Maksud kamu apa? Dari tadi aku bersamamu. Aku tidak pergi kemana-mana." Ucap Syla sama halnya menatap bingung mendengar pertanyaan dari kekasihnya.

"Apa? Tapi, aku melihatnya dengan jelas kamu pergi, kamu bilang ingin sendiri." Devan merasa tidak mengerti dengan ucapan Syla barusan.

Syla menghela nafas pelan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya duduk kembali dihadapan Devan.

"Sadarlah. Sepertinya kamu masih bermimpi." Ujar Syla seraya meminum es susunya. Devan masih terlihat bingung, ia pun mengucek-ngucek kedua matanya.

"Mimpi?" Tanya Devan menatap Syla yang melanjutkan menulis materi untuk ujian bulan depan.

"Hm. Tadi kamu tertidur. Aku bangunin kamu karena sepuluh menit lagi bel masuk bunyi." Jelas Syla tanpa menatap wajah Devan sedikitpun, ia fokus menulis.

Devan sontak membulatkan kedua matanya. Ternyata itu semua cuma mimpi, tapi terasa nyata. Devan menghela nafas lega, untung saja hanya mimpi. Pria berwajah tampan itu memang merasa menyesal mengatakannya. Mulai sekarang Devan akan memutuskan untuk menutupi rahasia yang sangat besar dari kekasihnya. Ia sungguh tidak mau Syla merasakan luka sebesar itu.

"Bagaimana bisa aku tertidur? Bukannya aku lagi ngobrol sama kamu?" Tanya Devan mengerutkan keningnya.

"Mungkin kamu kelelahan karena belajar buat ujian bulan depan. Iya, kita lagi ngobrol. Kamu tiba-tiba bilang Maaf. Aku tanya buat apa minta maaf, tapi kamu malah tidur. Aku biarin lima menit, terus bangunin kamu deh." Syla menjelaskan dengan senyum manisnya. Devan terlihat tersenyum lebar seraya mengangguk pelan.

"Maaf." Ucap Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Syla malah memanyunkan bibirnya, membuat Devan bingung.

"Maaf lagi? Buat apa? Yang tadi aja belum dijawab, sekarang malah minta maaf lagi." Kesal Syla menatap kekasihnya yang malah tersenyum manis.

"Tadi aku minta maaf karena besok kita gak bisa jalan-jalan. Dan untuk barusan, aku minta maaf karena malah tidur bukannya temenin kamu belajar." Tentunya itu hanya kebohongan semata. Tidak mungkin Devan mengatakan yang sebenarnya.

"Oh, gitu. Yaudah. Gakpapa." Ucap Syla merasa Devan tidak berbohong. Ia menganggukan kepalanya dengan senyum manisnya. Sejujurnya, Syla sedikit kecewa karena seharusnya besok mereka memfreshkan otak lantaran terlalu sibuk belajar.

"Maaf, ya. Kamu gak nanya kenapa besok kita gak jadi jalan-jalan?" Tanya Devan kepada Syla yang kembali menulis.

"Itu Privasi kamu. Aku nggak perlu tau, kalo gak dikasih tau." Syla tertawa kecil menatap Devan yang semakin merasa sedih jika Syla mengetahui rahasia Nesya membenci gadis cantik itu.

"Besok aku ketemu sama temen. Katanya dia mau bilang sesuatu. Dia cowok kok. Kalo pulangnya nggak terlalu sore, aku akan mampir kerumah kamu." Ujar Devan menjelaskan, meski ia tau Syla tidak akan salah paham.

"Oh, gitu. Oke. Hm? Kenapa kamu mampir ke rumah aku? Mau ngapain?" Tanya Syla merasa tidak mengerti kalimat terakhir yang diucapkan oleh Devan.

"Pengen ketemu aja sama orang tua kamu. Aku belum pernah ngobrol lama sama mereka." Ujar Devan dengan senyumnya, Syla sedikit membulatkan kedua matanya.

I'M NOT FINE (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang