33. Uang?

91 10 0
                                    

-IM NOT FINE-

"Aku mengatakan sebenarnya. Kenapa Papa tidak pernah mempercayai ucapanku?"- Leon Jonnathan.







********

Leon baru pulang bermain dengan teman-temannya, hari sudah terlihat bulan yang bersinar terang. Ia melangkahkan kakinya dengan langkah kaki santai memasuki rumahnya yang luas dan mewah. Seperti biasa diruang tamu ada Ayahnya, ibu tirinya, dan juga adik tirinya. Seperti biasa juga, Leon mengabaikan mereka. Leon hendak melangkahkan kakinya menuju kamarnya, tapi Ayahnya memanggilnya.

"Leon. Kemarilah." Suruh Gio kepada putranya itu.

"Untuk apa?" Tanya Leon dengan nada dingin, ia benci melihat adik tirinya tertawa ceria.

"Ajari adik kamu membaca. Katanya dia pengen diajari sama kamu." Ucap Gio dengan senyumnya, ia lega masalahnya selesai. Lantaran Leon sudah meminta maaf, dan orang tua Alvin sudah memaafkannya.

"Tidak mau. Dan tidak akan pernah." Ujar Leon menatap datar seorang gadis kecil yang terlihat sedih mendengar ucapannya.

"Leon, Papa mohon. Sekali aja kamu bahagiain adik kamu, apa susahnya sih?" Tanya Gio yang terlihat menahan kekesalannya kepada putra pertamanya itu.

Leon berdecak malas, lalu berjalan mendekati adik tirinya yang sekarang tersenyum senang ke arahnya. Tapi, tetap saja tatapannya datar seolah enggan untuk tersenyum sedikitpun. Gio tersenyum tipis, Sarah sama halnya tersenyum seolah bahagia.

"Oh, iya. Kenapa kamu membuat Alvin kecelakaan?" Tanya Gio yang penasaran kenapa putranya melakukannya.

"Disuruh orang." Leon menjawab dengan nada cuek. Ia tengah membuka buku milik adik tirinya yang mempunyai nama Kanaya. Usianya baru enam tahun.

"Kenapa kamu malah menuruti suruhan orang itu? Seharusnya kamu menolak." Gio tidak habis fikir kenapa putranya malah menuruti perintah orang dan tidak memikirkan penyebabnya.

"Karena aku butuh uang." Jawab Leon menatap ayahnya dengan tatapan datar namun terlihat kejujuran.

"Uang? Papa kan selalu mengirimmu uang setiap akhir bulan? Apa uangnya tidak cukup?" Tanya Gio menatap heran kepada putranya itu.

"Bukan tidak cukup. Semua uangnya diambil oleh orang lain." Ujar Leon mengalihkan tatapannya kearah Sarah dengan tatapan tajamnya. Sarah yang ditatap seperti itu malah tersenyum licik.

"Diambil? Siapa orangnya? Kenapa mengambil semua uangmu?" Tanya Gio benar-benar terkejut mendengar ucapan Leon yang terdengar dingin namun tanpa kebohongan.

"Ibu tiriku." Leon berucap dengan senyum sinisnya, tatapannya benar-benar datar menatap Sarah yang langsung berpura-pura terkejut.

"Apa katamu?! Jangan mengatakan omong kosong, Leon!" Teriak Gio tidak terima dengan ucapan putranya dari istri pertamanya yang saat ini menghilang entah kemana.

"Percaya atau tidak, itu terserah Papa." Ujar Leon masih dengan senyum sinisnya, ia mengatakan yang sebenarnya. Sejak sekolah menengah pertama, uang yang selalu dikirim oleh Papanya semuanya diambil oleh ibu tirinya.

"Leon. Kenapa kamu nuduh Mama ambil semua uang kamu?" Tanya Sarah dengan raut wajah sedihnya, membuat Leon memutar kedua bola matanya malas.

"Dasar bermuka dua." Gumam Leon dengan nada malasnya, ia pun berdiri dari duduknya.

"Minta maaf." Suruh Gio menatap putranya dengan tatapan tajamnya, nadanya penuh penegesan. Leon mengeryitkan alisnya tidak mengerti dengan suruhan Papanya.

I'M NOT FINE (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang