36. Janji, Luka

100 10 2
                                    

-IM NOT FINE-

"Berhenti berbohong, berhenti bersandiwara. Aku sudah bosan melihatmu selalu baik-baik saja, padahal kamu terluka dan menderita." -Devan Pratama.


*********

Syla sudah memakai seragam Smanya, seperti biasa selalu rapi dan sopan. Ia menuruni anak tangga dengan langkah kaki santai hendak keluar rumah menunggu pacarnya menjemputnya. Namun, saat ia baru didekat meja makan. Nesya memanggilnya dan berjalan mendekatinya. Syla mengerutkan alisnya heran, ia selalu sarapan pagi sebelum dua kakakknya.

"Tolong buatkan aku susu hangat. Kumohon." Pinta Nesya tersenyum tipis dengan nada memohonnya.

Syla mengangguk dengan senyum hangatnya.

"Baiklah. Kalo kak Algi mau?" Tanya Syla menatap Algi dengan tatapan bingungnya.

"Tidak perlu." Balas Algi dengan nada dinginnya, ia bahkan tidak menatap adik terakhirnya sedikitpun.

Syla mengangguk paham lalu melangkahkan kakinya menuju dapur. Nesya tersenyum sinis lalu berjalan membuntuti Syla. Algi tidak tau apa yang akan dilakukan oleh adik keduanya itu. Ia pun menatap dua gadis berwajah cantik itu dengan tatapan datarnya.

Syla pun memanaskan air, lalu memasukan beberapa sendok susu kedalam gelas kaca berukuran panjang. Kakaknya itu menyukai susu rasa cokelat, ia berharap setelah ini kebencian kakaknya terhadapnya sedikit demi sedikit berkurang. Nesya berdiri di sampingnya. Syla mematikan kompornya lantaran airnya sudah panas.

"Biar aku saja." Ujar Nesya seraya memegang gagang panci itu. Syla mengangguk mempersilahkan.

Bukannya menuangkan air itu kedalam gelas yang sudah diisi susu, gadis itu malah menuangkan air panas itu ke telapak tangan Syla yang diletakan dimeja. Tentunya Syla sangat terkejut dan segera memegang tangannya. Rasanya sangat sakit, telapak tangannya memerah dan sedikit melepuh. Algi langsung berjalan mendekati Syla dengan raut wajah khawatir.

"Ups. Sorry. Aku gak sengaja." Ucap Nesya seraya menyimpan panci itu dikompor. Raut wajahnya terlihat terkejut, tentunya sangat jelas hanya pura-pura.

Syla mengangguk dengan senyum hangatnya seolah mengatakan 'Tidak apa-apa'.

"Nesya. Kamu apa-apaan sih. Kenapa melakukannya?" Tanya Algi dengan nada dan raut wajah kesal.

Nesya terkejut melihat kakaknya yang terlihat kesal kepadanya. Biasanya, Algi tidak pernah marah jika ia melakukan hal buruk kepada Syla. Menurutnya ini masalah kecil, tapi kenapa Algi terlihat sangat kesal? Seolah mengkhawatirkan Syla.

"Kak. Kakak kenapa kesal? Ini masalah kecil, tangan Syla hanya melepuh. Beberapa hari pasti akan sembuh. Kakak terlihat seperti mengkhawatirkannya." Ucap Nesya dengan raut wajah bingung menatap kakaknya itu, lalu nadanya berubah menjadi kesal.

Algi menghela nafas kasar seraya berdecak. Raut wajahnya masih terlihat kesal. Lalu menatap Adiknya dengan tatapan datar.

"Pergilah dari hadapanku." Suruh Algi dengan nada penuh penekanan.

Syla menatap kedua mata kakaknya dengan tatapan menutupi kesedihannya. Ia mengangguk pelan tanpa mengatakan sepatah katapun lagi. Syla segera pergi dari hadapan dua kakaknya seraya memegang tangannya yang sangat sakit. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sesak, Syla harus terlihat baik-baik saja, sebentar lagi ia akan bertemu dengan pacarnya dan semua orang.

"Aku merasa kesal karena kamu melakukannya bukan karena aku mengkhawatirkannya. Aku mengkhawatirkanmu. Jangan salah paham, Nesya." Ujar Algi seraya memegang bahu adiknya dengan senyum hangatnya.

I'M NOT FINE (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang