71. Alasannya

110 11 2
                                    

-IM NOT FINE-



"Dia ternyata tidak seburuk apa yang kita fikirkan."- Alvino Abraham.

*************

"Ada apa? Kenapa kalian ingin bicara denganku?" Tanya Leon seraya melipatkan kedua tangannya didepan dada, ia seperti bisa menatap Devan dan Alvin dengan tatapan datar.

"Kenapa tadi kau keluar dari ruang penyiaran?" Tanya Alvin dengan tatapan tajam dan nada dingin.

"Karena aku ada urusan di ruang penyiaran." Ucap Leon dengan nada santai, punggungnya ia sandarkan di kursi. Alvin dan Devan semakin menatap Leon dengan tatapan curiga.

"Jangan-jangan. Kau yang menyuruh Nesya untuk mengatakan semua itu?" Devan kembali bertanya dengan nada yang sama seperti Alvin.

"Kau benar." Leon malah tersenyum lebar seraya mengacungkan ibu jarinya. Alvin dan Devan sontak membulatkan kedua matanya, mereka semakin menatap Leon dengan tatapan tajam.

"Karenamu, Syla jadi terluka!" Nadanya terdengar penuh penekanan, Devan benar-benar kesal.

"Apa bedanya? Sekarang atau nanti, dia pasti akan terluka." Leon tersenyum sinis kepada Devan yang terlihat mengepalkan kedua tangannya.

"Kenapa kau melakukan itu? Bukannya kau menyayangi Syla?" Tanya Alvin dengan raut wajah tidak mengerti.

"Karena aku ingin. Hm, ya. Aku sangat menyayanginya." Ujar Leon dengan nada santai, senyum sinisnya masih terlihat.

"Ingin? Kau bilang hanya ingin? Kau memang sudah gila." Devan semakin menatap Leon dengan tatapan tajam, nadanya terdengar sangat dingin.

"Kurasa hanya itu yang ingin kalian tanyakan. Kalo gitu, aku pergi dulu." Ucap Leon seraya berdiri dari duduknya, ia tersenyum tipis kepada Devan yang tengah menahan amarahnya.

Leon baru satu kali melangkah, tapi langkah kakinya harus terhenti lantaran Devan yang berdiri dari duduknya secara kasar langsung menarik kerah pakaiannya. Leon tersenyum sinis, ia membiarkan apa yang akan dilakukan oleh Pria yang sangat marah itu. Alvin berusaha untuk melepaskan tangan Devan yang menarik kerah pakaian Leon, ia tidak mau menjadi pusat perhatian.

"Apa yang kau lakukan? Ini Di Cafe. Bukan diluar. Cepat lepaskan!" Bisik Alvin kepada Devan yang sepertinya mengabaikan suruhannya.

"KATAKAN YANG SEBENARNYA ALASAN KAU MELAKUKAN SEMUA ITU!" Bentak Devan tidak peduli jika semua orang melihatnya.

"Tidak mau. Aku tidak mau mengatakannya." Nada dan raut wajah Leon berubah menjadi datar.

"KENAPA? KENAPA KAU TIDAK MAU MENGATAKANNYA?!" Devan kembali membentak Leon lantaran sudah tersulut emosi.

"Kenapa kau harus marah? Seolah-olah kau tidak pernah menyakiti hati Syla." Ucap Leon dengan santai seraya melepaskan secara kasar tangan Devan yang menarik kerah pakaiannya.

"Karena aku punya alasan." Devan berujar menatap Leon dengan tatapan datarnya.

"Aku juga punya alasan. Jadi, jangan bertingkah seolah kau tidak pernah melakukan kesalahan." Tegas Leon kepada Devan yang langsung diam. Leon pun tersenyum sinis lalu melangkahkan kakinya melewati Devan.

"Tunggu. Setidaknya kau harus mengatakan alasannya agar kita berdua tidak akan salah paham." Suruh Alvin dengan nada santai, ia sudah melupakan kejadian dua bulan yang lalu. Langkah kaki Leon kembali terhenti, ia membalikan badannya menatap Alvin dengan senyum sinisnya.

"Aku sama sekali tidak peduli jika kalian salah paham kepadaku." Nadanya terdengar dingin, ia sungguh tidak peduli.

"Kau tidak mau mengatakannya karena bersangkutan dengan hilangnya ibumu, iyakan?" Tanya Alvin menatap Leon dengan tatapan seriusnya. Leon seketika diam, raut wajahnya terlihat terkejut.

I'M NOT FINE (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang