Hari ini hari Sabtu. Dimana semua fans berat Uncuk merasa tersakiti karena Danny Uncuk Suhendar akan melangsungkan pertunangan dengan gadis cantik most wanted SMA Treasure.Dan salah satunya gadis ini yang merasa berkhianati.
Dia Anindira Clarissa Deolinda Sumanto.
Iya Mbak Dira.
"Kak Dira buruan!!"
Srett..
"Bangke."
Ya bukannya gimana, ia lagi buat alis, tiba-tiba suara toa adiknya itu menggema. Dan akhirnya hapus lagi dan lagi. Alhasil kini ia memutuskan untuk tidak melanjutkan ritual pembuatan alis palsu. Ya gini aja, natural.
Dress selutut berwarna putih, high heels pun berwarna putih. Dalam hati sih masih berharap kalau dia yang jadi mempelai wanita, tapi apalah daya jika rencana dipatahkan takdir. Ia sengaja memakai dress putih, siapa tau nanti namanya dipanggil sama Uncuk, tukeran posisi sama Nabila. Aw bisa jadi kan, siapa tau yekan. Udahlah Dira jangan ngarep.
"Dasar lelet, cepetan woi!!"
"Ck berisik, diem napa, iya-iya ini udah selesai."
"Patah hati kan lo?"
"Idih, ya sorry aja nih, gak ada istilahnya keturunan Sumanto itu patah hati."
"Kalian berdua kalau berantem nanti kita tinggal loh!"
Dan berlari itu yang dilakukan Haruto, meninggalkan kakaknya yang berjalan sok anggun. Padahal mah gak ada anggun-anggunnya tuh manusia.
"Kalian duluan aja, nanti Dira bareng sama Aruna, sama yang lain juga."
"Yakin? Tapi Aruna bukannya udah berangkat ya tadi? Soalnya tadi Mama lihat dia bareng sama Ajun sama Azwan juga."
"Kata siapa? Orang barusan Aruna habis chat Dira biar Dira nungguin dia."
"Yaudah kalau gitu, yuk Pa duluan. Tinggal aja dia." Dira menatap sinis Mamanya yang melengos begitu saja. Gak ada akhlak emang.
Dira duduk disofa, sebenarnya tadi ia berbohong. Bukan tanpa alasan, hatinya terlalu malas melihat Uncuk yang nanti menyematkan cincin dijari manis cewek dakjal itu.
"Ahhh jangan gini pliss, lo harus bisa Dir, pokoknya lo harus dateng."
Dan akhirnya, ia memilih untuk pergi ke pertunangan sepupunya yang tersayang itu.
Siap gak siap harus siap kan.
Menghembuskan nafas berkali-kali sebelum melangkah keluar rumah. Ia tadi sempat memesan taksi online, jadi ia menunggu sebentar.
Tak butuh waktu lama, taksi nya sampai. Ia pun masuk kedalamnya dan mengatakan tujuannya.
***
"Loh Aruna?" Merasa namanya disebut oleh seseorang, Aruna pun menoleh.
"Iya Tante kenapa?"
"Kok kamu udah disini? Bukannya Dira bareng ya sama kamu?"
"Tadi Aruna kesini sama Bang Ajun, Cla gak bilang kalau mau bareng."
"Perasaan Tante gak enak.."
"Bentar, Aruna telfon Cla dulu Tante." Aruna segera mencari nama Clarissa di daftar kontaknya. Ia lalu menelfon gadis itu dan tersambung.
"Lo dimana?"
"Otw."
"Otw kemana?"
"Ke rumah Sultan lah. Kemana lagi."
"Yaudah buruan, Nyokap lo nanyain lo bego. Pasti lo bohong pake nama gue kan?"
"Ehehe iya, makasih loh ya nama lo cukup berguna tadi."
"Lo naik taksi?"
"Iya, bentar lagi sampai nih."
"Oke gue tungg__"
"Pak awas!!"
"Cla?"
"Halo? Cla lo masih disana?"
"Aruna ada apa?"
Aruna masih diam, panggilan tiba-tiba terputus. Matanya menatap kosong layar ponselnya. Perasaannya tak enak, suara gubrakan tadi membuatnya berfikir negatif.
"Aruna kamu mau kemana?" Lisa mengejar Aruna yang tiba-tiba berlari keluar.
"Aruna!!"
"Ma ada apa?" Semua orang bingung, suara Lisa yang berteriak memanggil nama Aruna berhasil membuat semua orang memperhatikan wanita itu.
"Perasaan Mama gak enak Pa."
"Tante ada apa?" Uncuk datang dan bertanya pada Lisa yang tampak khawatir.
"Tante gak tau, tapi tadi Aruna habis telfonan sama Dira. Terus tiba-tiba dia lari."
"Dira dimana Tante?"
"Dia perjalanan kesini." Sama seperti Aruna, Uncuk juga tiba-tiba berlari meninggalkan acara nya yang sebentar lagi akan dimulai.
"Danny kamu mau kemana?" Nabila yang sudah tampak cantik kini seakan tak ada gunanya dimata Uncuk. Pria itu lebih khawatir pada Dira.
"Perasaan gue gak enak guys." Celetuk Miya.
"Gue juga."
Miya mengangguk seakan mengisyaratkan sesuatu. Setelahnya keempat gadis itu segera menuju mobil dan pergi kearah kemana Aruna dan Uncuk berlari tadi.
"Rada cepet Mi, gue khawatir nih sumpah." Somi yang memang sangat-sangat khawatir bingung harus melakukan apa, sedangkan Ame sibuk menelfon Aruna, dan Qiana mencoba menghubungi Dira. Dan parahnya, tak ada yang merespons telfon mereka.
"Bentar, itu ada apa?" Miya menghentikan mobilnya kala melihat keramaian di depan sana. Ia lalu turun dan berlari kesana.
"Permisi.." Miya menerobos kerumunan itu, ia ingin melihat apa yang terjadi. Namun apa yang ia lihat saat ini membuatnya terdiam.
"Dira.."
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉