Bip

146 22 20
                                    


Hari berlalu seolah tak terjadi apapun. Tragedi demi tragedi mulai terjadi secara berurutan. Tak jelas siapa pelaku dibalik semua ini, namun saat ini hanya satu orang yang tengah menjadi incaran.

"Gila guys, pacarannya sama sepupu tunangannya sama mantan.."

"Wah parah, gak nyangka kalau bentar lagi Uncuk bakal tunangan sama Nabila."

"Patah hati gue.."

"Hancur lebur hati ini Mas.."

Dimeja kantin paling pojok, gadis yang sedari tadi menahan panas ditelinga akhirnya beranjak dan menuju suatu tempat. Dira melangkah menuju gudang sekolah, yang mana tempat itu sering menjadi tempat Uncuk bersemedi.

Brakk..

Bahkan pintu tak berdosa pun menjadi korban.

"Gue rela kalau lo tunangan sama Nabila, tapi seenggaknya lo putus dari gue dulu, jangan main tunangan aja. Gue gak papa kok kalau lo sama dia, capek gue ngadepin sikap lo yang kelewat cuek ke gue."

Pria yang awalnya tidur diatas sofa usang itu segera duduk, menatap kekasihnya yang menampilkan wajah emosi. Hanya diam, namun selanjutnya ia beranjak dan melangkah mendekat kearah Dira.

"Salah gak sih kalau gue suka sama lo disaat kayak gini?" Dira terkesiap, tenggorokannya terasa kering.

"Maksud lo?"

"Kurang jelas gue ngomongnya? Gue suka sama lo Dir, gak tau sejak kapan."

"Kenapa? Kenapa lo harus bilang gini saat hubungan gak jelas ini bakal bubar?"

"Sorry, tapi gue janji sama lo, gue janji pertunangan itu gak akan pernah terjadi. Dan hubungan kita gak bakal bubar gitu aja, gue serius.

"Terserah lo, muak gue." Dira, gadis itu memutuskan untuk pergi dari hadapan Uncuk, menatap wajah Uncuk lama-lama tak baik untuk kesehatan jantung.

***

Kalau couple lain sedang panas-panasnya, maka berbeda dengan couple yang satu ini. Enggak romantis sih, tapi cukup kok buat kaum hawa jejeritan.

"Hah gue capek, haus.." Qiana mengusap keringatnya yang terus mengalir bak air terjun. Gadis itu duduk ditepi lapangan, suasana sekolah sudah sepi mengingat sudah satu jam yang lalu bel pulang berbunyi. Dan dia memilih menemani pria jangkung itu daripada pulang dan melihat keadaan rumah yang seakan tak ingin ia lihat.

"Ayo Qi, masak gitu aja capek.." ucap Haruto dengan tangan yang masih sibuk mendribble bola basket.

"Gue haus.." rengek Qiana, Haruto terkekeh, ia melangkah menuju kantin dan segera kembali dengan satu botol berisi air tanpa rasa. Iya Aqua maksudnya :)

"Nih," Qiana menerima minuman itu, lalu dengan cepat menegak sampai tersisa setengah botol. Masih dengan posisi yang sama, Haruto berdiri menunduk menatap Qiana, sedangkan gadis itu duduk mendongak menatap Haruto setelah menutup botol minumannya.

"Apa?" Tanya Qiana saat Haruto hanya diam menatapnya.

Cup

Secepat kilat, tak ada dua detik lah. Haruto mampu membuat tubuh Qiana kaku serta pipi chubby yang berubah memerah.

"Ahahaha..." Baik, suara tawa Haruto mampu membuat Qiana sadar.

"Baper ya Qi?"

Bukk..

Botol air yang tinggal setengah kini terlempar mengenai kepala Haruto, sedangkan Qiana sudah mencak-mencak macam orang gila. Ya siapa coba yang gak gila kalau tiba-tiba dicium dikening, udah gitu diusap lagi kepalanya. Kan auto baper jadinya.

"Tante Lilis, Haruto buat anak perawan jedug jedug..."

Qiana berbalik menatap Haruto yang kembali memainkan bola basket, setelah berhasil mencetak gol, Haruto melirik sekilas Qiana. "Sekarang lo percaya sama pernyataan gue kemarin?" Ucapnya.

Qiana mengerjap, kemarin, iya kemarin Qiana hampir jantungan setelah Haruto dengan gamblangnya bilang 'I Livy Yii Qiini' di depan gerbang sekolah. Gak elegan banget, nembak digerbang sekolah.

"Em, gue percaya." Haruto tersenyum, dengan langkah lebar ia menghampiri Qiana. Dan__ "Aaa Hartono..!! Wahahaha.. gue takut njerr.." teriakan Qiana menambah semangat Haruto untuk terus memutar tubuhnya yang tengah menggendong Qiana. *Kayak di MV WYD punya Babang iKON scene Bapak Bobby sama author :)

"Sekarang kita pacaran?" Raut wajah bahagia yang entah kenapa Qiana senang melihatnya, jarang lihat Haruto senyum selebar Joker.

"Enaknya gimana? Pacaran apa langsung nikah?"

"Kawin dulu gimana?"

Pletak..

"Aaw, jangan kasar dong sayang.."

"Lo kira kambing, kawin.."

"Gue mau nanya, bahasa Inggrisnya ganteng apa?"

Qiana mengernyit heran, "Ngapain nanya gitu sih?"

"Jawab aja udah."

"Handsome kan.."

"Salah.."

"Kok salah.. terus apa?"

"Look at me.."

"Haaa? Uwahahahaaa bengek lu.."

"Bersyukur Qi, punya cowok seganteng gue.. banyak cewek yang ngejar-ngejar gue lho.."

"Iyain.."

"Iya, Love you too.."

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang