Minuman

79 14 16
                                    


Semuanya terdiam. Entah sudah berapa kali mereka datang ke tempat sialan ini?

Kenapa mereka selalu berurusan dengan rumah sakit?

Suara langkah kaki terdengar mendekat kearah mereka.

"Dimana Ame?" Suara itu, Aruna tau, Jihoon begitu peduli pada Ame, jelas, Ame kekasihnya.

"Masih di dalam."

"Kalian bolos?" Tanya Yozi.

"Iya."

"Kalian kenapa bisa tau?" Tanya Somi.

"Dari Cio." Jawab Yozi, yah hanya Yozi dan Jihoon yang datang.

Somi lalu menatap Key, Cio pasti tau dari Key.

"Na, ayo pulang.." Dira menarik tangan Aruna, mengajak Aruna untuk pergi dari sana.

"Gue ikut." Sahut Key, kini hanya tersisa Somi, Yozi dan Jihoon.

"Gue mau ke kamar mandi bentar." Ucap Yozi, meninggalkan dua manusia yang sama-sama terdiam.

***

Pukul 15.00, Aruna datang ke rumah sakit, ia ingin melihat kondisi Ame dan yang pasti ada sesuatu yang ingin ia lakukan disana.

Tangannya hendak meraih knop pintu, namun tiba-tiba pintu terbuka dari dalam.

Mereka diam untuk beberapa saat, saling menatap dengan tatapan yang berbeda.

"Ngapain lo kesini?" Dingin, bukan seperti Jihoon yang ia kenal.

"Mau jenguk Ame."

Jihoon tiba-tiba tertawa sinis, "lo ada masalah apa sama Ame Na? Lo dendam sama dia?"

"Maksud lo?"

"Gak usah pura-pura bego, gue tau siapa yang udah buat Ame kesakitan kayak gini."

"Siapa?"

"Lo."

Nafas Aruna tercekat, "Gue?"

"Kenapa gak sekalian asam klorida aja sih? Berapa tetes yang lo kasih?"

Sungguh Aruna benar-benar bingung, "Siapa yang bilang sama lo?"

"Sahabat lo sendiri.." Jihoon maju satu langkah, ia lalu mendekatkan bibirnya di depan telinga Aruna, "Somi."

Aruna mendorong tubuh Jihoon, seakan tak terima dengan apa yang ia dengar barusan.

"Gue nyesel pernah suka sama lo."

Jihoon menatap punggung Aruna yang mulai menjauh.

"Gue gak nyangka Aruna lakuin ini." Jihoon menoleh, menatap Somi yang ada disampingnya.

"Dia kayaknya bener-bener benci sama Ame."

"Apa maksud lo?"

Somi berdiri, "Ini semua karena Aruna." Ucapnya lalu pergi dari hadapan Jihoon.

"Arghh.." Jihoon menarik rambutnya kesal, padahal ia sudah berencana untuk memperbaiki hubungannya dengan Aruna. Tapi kenapa semua ini tiba-tiba terjadi?

Ingin percaya pada Somi, tapi hatinya melarang. Tapi jika tak percaya, rasanya apa yang dikatakan Somi adalah sebuah kebenaran.

"Sorry Na."

***

Tok tok tok

Ceklek.

"Aruna?"

"Tujuan lo apa lakuin itu?" Somi mengeryitkan dahinya heran.

"Apa?"

"Soal Ame."

"Gue gak tau apa-apa Na."

"Pliss jawab jujur!"

Somi diam tak bergeming, ia menatap Aruna yang menahan airmatanya.

"Gue mau buat lo sadar." Ucap Somi dingin.

"Sadar?"

"Lo bego Na, bego.. kenapa lo bisa sebego ini hah? Udah berapa kali gue bilang sama lo, love yourself Aruna. Tapi nyatanya lo malah terlalu peduli sama orang, sampai lo lupa sama diri lo sendiri!"

Aruna diam.

"Selama ini gue tahan, lo dengan mudah maafin Yola yang jelas-jelas udah buat hubungan lo sama Abang lo sendiri hancur, lo juga terima Ben gitu aja, dan Ame? Lo sama Ame sahabat gue, tapi gue gak bisa lihat lo luka Na. Apalagi itu karena Ame."

"__ kita udah kenal dari kecil Na, gue tau apapun tentang lo, bahkan yang lo pendam sendiri pun gue tau." Aruna terkejut, ia menatap Somi.

"Lo tau semuanya?"

"Iya gue tau, gue tau apa yang orang lain gak tau."

"Apa yang lo tau?"

"Sesuatu yang lo sembunyiin." Somi melangkah mendekat kearah Aruna yang tampak gelisah. "Hal yang harusnya gue tau dan semua orang berhak tau, termasuk orang tua lo."

Aruna mundur, matanya masih menatap Somi yang terus mendekat.

"Apa?"

***

Dira mengacak rambutnya kasar, ia kesal dan cukup marah dengan kejadian tadi siang.

"Arghhh!!" Tangannya terus memukul kepalanya sendiri, tak peduli rasa sakit yang sedari tadi menjalar disana.

Dira diam, ia mengingat kejadian tadi siang, dimana saat dia berada di rumah sakit tadi ia tak sengaja melihat seorang pria yang sangat ia rindukan, Alex.

Dan yang sangat menyakitkan baginya adalah saat matanya bukan hanya melihat Alex, namun juga melihat gadis cantik disamping pria itu.

"Gue kenapa?"

Matanya beralih menatap obat-obatan yang terdapat di atas nakas. Setiap hari ia terus meminum obat itu tanpa tau apa yang terjadi padanya.

Tadi siang ia berniat untuk bertanya pada sahabatnya, namun melihat kondisi Ame, rasanya ia harus tahan puluhan pertanyaan dikepalanya.

Ia mendongak, menahan airmatanya yang hampir menetes.

"Max, lo dimana?"


Hai

Percayalah, masalah persahabatan lebih rumit dr pada masalah percintaan 🐽

Bye

Gaje

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang