###
Bosan dan bosan. Sedari tadi tv itu selalu berpindah-pindah tayangan, kalau tv bisa ngomong mungkin dia bakal bilang fucek ke yang punya tv. Gimana gak bosen kalau tayangan tv tiap malam malah makin unfaedah, ini nih yang bikin rakyat miskin semakin miskin, yang rakyat kaya malah makin kaya. Udah tampil di yutub dapet uang milyaran, udah gitu ditampilin lagi di tv, eh dapat uang dari iklan juga lagi. Yakan kasian para kaum missqueen yang kerjaannya cuma rebahan, mereka enak, rebahan sama pamer rumah aja dapet uang.
Baik lupakanlah.
"Gak ada apa orang yang niatan ngajak gue jalan. Malam Jumat yang kelabu sekali."
Ia benar-benar kesal dirumah sendiri, gak tau kemana Abangnya pergi, orang tuanya juga tiba-tiba ngilang, tapi sama aja juga kalau mereka di rumah, berasa satu rumah sama patung Pancoran.
"Fiks lah, semisal nanti ada orang yang tiba-tiba dateng ke rumah gue bawain makanan, kalau cowok gue jadiin pacar, kalau cewek gue jadiin mainan. Hahahaa.."
"Aduhhh, gila gue lama-lama kalau hidup kayak gini, ngomong sendiri, udah gitu ngomongnya gak jelas lagi."
"Huaaaa Kakek, mau sama Kakek aja udah."
"Sumpah ya, gue laper tapi males gerak. Kaki gue serasa kek gak ada tulang, lunak bener kek kaki Squidward, ini beneran dah kalau ada yang dateng sambil bawain makanan gue jadiin suami langsung___"
Ting tong...
Celotehan Qiana seketika terhenti, ia menatap pintu utama yang tak jauh dari ruangan ia berada. Dengan cepat ia berlari untuk membuka pintu. Matanya membulat saat seorang pria tinggi berdiri tegap menghadap kearahnya.
"Nih.." Qiana sontak menangkap sesuatu yang dilempar oleh manusia tampan ini. Aroma pizza yang begitu harum langsung masuk ke dua lubang hidungnya. Ia mengerjap, apa-apaan ini, ini kebetulan apa gimana?
"Lo ngapain kesini?"
"Gak usah geer, itu titipan Abang lo, dia ada urusan jadi gue yang nganter."
"Abang gue? Si Bensu maksud lo?"
"Ya abang lo kan cuma satu."
"Oh iya bener juga."
"Numpang toilet dong," Belum sempar Qiana membalas, Haruto sudah masuk kerumahnya dan menuju toilet. Qiana menatapnya dari belakang, Ya Tuhan... Walaupun Qiana tipe orang yang kalau sholat suka mikir kesegala arah, tapi untuk urusan doa menjadikan Haruto jodohnya ia selalu khusuk kok :)
Dengan senyum yang masih mengembang, Qiana menuju dapur dan menyiapkan pizza yang sudah ingin disantap itu. Membuat dua minuman untuknya dan untuk Haruto.
"Kadang gue harus berterima kasih sama Kak Ben, gitu-gitu dia perhatian sama gue.."
Selang beberapa menit, Haruto muncul didepannya, "Buat apa?"
"Minuman.."
"Sini gue bantu bawa.." dengan sigap Haruto mengambil nampan yang berisi dua gelas minuman dan satu piring pizza.
Qiana sontak tersenyum, gadis mungil itu segera menyusul Haruto yang sudah berjalan ke ruang tv.
Duduk bersila di depan meja itulah yang mereka lakukan. Haruto mengambil segelas jus jeruk yang Qiana buat tadi, meminum hingga tinggal setengah gelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
Fiksi PenggemarJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉