Sella lagi

86 14 23
                                    


Aruna dan Qiana sibuk memakan rotinya dengab tatapan yang fokus pada satu objek yang sama.

Yaitu pria dengan kalung tengkorak berwarna perak.

Yozi.

"Gak ada yang aneh." Aruna mulai lelah, bagaimana tidak? Ia lelah harus memperhatikan Yozi yang sedari tadi hanya sibuk tertawa dengan para temannya.

"Sabar dulu dong, gimana kalau kita samperin."

"Dih ogah." Jelas Aruna menolak, pria itu tak sendiri, ada Jihoon juga disana. Bukan apa-apa, ia hanya malas bertemu pria itu sejak kejadian di rumah sakit saat itu.

"Profesional pliss.."

"Apaan njir, gak kerja kok profesional."

"Hilih. Yaudah gue samperin sendiri." Qiana lalu berdiri dan melangkah ke arah meja yang ditempati oleh Yozi dkk.

"Hai kakak cogan-cogan, Qiana yang cantik apa boleh join?" Mereka menatap Qiana aneh, kelas 10 ngapain join tempat duduk sama kelas 12 coba.

"Ya duduk aja kali Qi." Ucap Ajun santai.

"Hehe makasih Bang Ajun." Qiana duduk tepat disamping Yozi. Ia tersenyum simpul ke arah pria itu yang tak dibalas apapun oleh pria itu.

"Lo gak makan?"

"Aaa, itu.. emm, lagi diet. Cuma minum susu pisang nih.." Qiana menunjukkan susu pisang yang ia bawa.

"Ohh.."

Qiana tertawa canggung diantara mereka, ya cukup aneh sih. Ngapain dia kesini tadi, harusnya ada Aruna juga. Qiana melirik Aruna yang masih fokus memperhatikan Yozi, dia lalu mengode Aruna agar melihat ke arahnya.

"Gimana?" Ucapnya tanpa suara, ia yakin Aruna paham.

Aruna lalu membalas dengan gerak tubuh. Gadis itu mencium bau bagian ketiaknya lalu menunjuk Yozi yang disamping Qiana.

Qiana membentuk tanda ok dengan jarinya. Ia lalu bersandar pada kursi dan memperhatikan leher Yozi yang tampak putih. Qiana menggeleng, ngapain juga dia muji leher putih Yozi?

Gadis itu meletakkan susu pisangnya diatas meja, ia meraih tisu yang berada ditengah meja. Dan dengan sengaja ia menjatuhkan gelas minum Yozi.

"Aduh maaf Bang, gak sengaja." Qiana mengambil tisu dan mengelap bagian yang terkena tumpahan air minum.

"Gak papa." Seolah terbius, Qiana terdiam dengan posisi masih mengelap seragam Yozi. Ia menelan salivanya kasar, matanya memerah kala bayangan minggu kemarin terulang lagi diingatannya.

"Qiana lo kenapa?" Dengan cepat Qiana tersadar, ia lalu kembali ke posisi semula.

"Kayaknya gue harus balik ke kelas kak, mau belajar. Bye-bye semuanya. Buat Bang Yozi maaf ya." Ucap Qiana dengan senyum samar, ia lalu beranjak dan berjalan kearah keluar kantin dengan pandangan yang sulit diartikan.

Namun belum sempat ia sampai dipintu kantin, sesuatu yang cukup bau hinggap di tubuhnya.

Aruna terkejut, ia melihat Sella yang dengan sengaja menyiram Qiana dengan air yang Aruna yakin adalah air bekas cucian piring. Dengan langkah cepat ia menuju kearah mereka.

Dan..

Brukkk..

Tubuh Sella terpental menabrak meja kantin karena dorongan dari belakang. Dan Aruna adalah pelakunya.

Aruna lalu menjambak rambut gadis itu, "Maksud lo apa?!" Sella malah tertawa tanpa dosa, yang membuat Aruna semakin geram. Ia semakin kuat menjambak rambut kusut itu.

"Akhirnya lo marah, haha.. hebat ya gue bisa buat lo main fisik kayak gini.." sadar, Aruna segera melepas jambakan tangannya pada rambut Sella. Ia mundur dan menatap tangannya sendiri.

Plakkk..

Bukan, bukan Aruna ataupun Qiana kali ini.

Melainkan Miya.

"Bitch! Mau lo apa sih?!"

Sella menatap Miya, "Mau gue? Simple, gue cuma mau kalian ngerasain apa yang gue rasain selama 2 tahun ini."

"Itu salah lo sendiri, jadi jangan bawa-bawa kita dan jadiin kita pelampiasan amarah lo."

"Arghhh.." semua murid terkejut, awalnya mereka diam melihat perseturuan itu, namun saat melihat Sella yang berteriak layaknya orang gila, mereka mulai ricuh.

"Ini semua salah lo.." Sella menujuk Aruna, "Kalau lo gak jemput Ajun waktu itu, mungkin gue udah bahagia. Kenapa harus kalian? Karena kalian yang udah rebut kebahagiaan gue!!"

Ajun yang namanya disebut merasa emosi di hatinya yang ia pendam selama ini bangkit lagi. Melihat adiknya yang hanya diam seolah membenarkan semua itu cukup membuatnya geram.

"Gak ada yang pernah rebut kebahagiaan lo!"

"Lo gak tau apa-apa Miya! Arghh!!"

Pyarr..

Brukk

"ARUNA!"

Aruna kenapa?

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang