"Alex?"Mata Dira meredup, ia menatap sendu pria yang ia rindukan.
"Kita cari tempat buat ngobrol ya, jangan disini."
Dira mengangguk tanpa beban, tanpa ingat pada seseorang yang tadi mengantarnya ke tempat itu.
Dan disinilah mereka, di sebuah caffe dekat perpustakaan kota. Setelah memesan makanan, mereka masih diam, menunggu waktu yang tepat untuk berucap.
"Kamu kemana aja?" Alex mengernyit heran, kenapa Dira bertanya jika gadis itu tau jawabannya.
"Aku__"
Belum sempat Alex melanjutkan ucapannya, Dira lebih dulu menyela.
"Aku nungguin kamu, aku sakit, kemarin aku habis kecelakaan."
"Kecelakaan?" Alex cukup terkejut, ia tak tau jika Dira mengalami kecelakaan. Ingatannya kembali teringat saat ia bertemu Aruna di rumah sakit pada hari itu.
"Tapi kamu baik-baik aja?" Alex pikir, Dira sudah lupa tentang masalah mereka dua tahun lalu, jadi ia cukup lega.
"Kayaknya enggak, kepala aku selalu pusing, kayak tadi, kepala aku pusing cuma karena tau nama cewek tadi."
"Cewek?" Dira mengangguk, sedangkan Alex kembali mengingat wajah gadis yang tak sempat ia lihat tadi. Ia hanya melihat gadis itu berlari.
Alex menatap dalam Dira yang tengah meminum minumannya dengan tatapan kosong.
"Aku kangen sama kamu, jangan tinggalin aku ya Alex.." Alex tak bisa melihat tatapan memohon gadis itu, tatapan yang dulu sering Dira perlihatkan kala meminta sesuatu padanya.
Tunggu, ada yang aneh.
"Dira.."
"Hm?"
"Apa kata Dokter?"
"Dokter bilang aku harus istirahat, gak boleh banyak pikiran, terus kalau aku pusing harus minum obat yang dikasih."
Alex mengernyit, "selain itu?"
"Gak ada lagi, cuma bilang itu aja. Oh ya, aku gak lihat Max, dia dimana?"
Dan kali ini, Alex benar-benar merasa aneh dengan Dira. Tebakannya mungkin benar jika gadis itu lupa ingatan, tapi Dira tidak tau tentang kondisinya sendiri?
Apa orang tuanya menyembunyikan hal sepenting itu?
"Kamu lupa? Max udah pergi jauh."
"Ha?" Dira menatap kosong objek di depannya, ingatannya kembali pada saat ia menemukan surat dari Max.
"Akhh.."
"Dira?"
Aku minta maaf, aku salah
Dira maafin aku, aku terpaksa lakuin ini.
Max kenapa kamu jahat sama aku?
Aku cinta sama Aruna, aku gak mau lihat dia sedih
Aku gak mau Aruna sedih karena lihat kamu sama Alex
Kalau Aruna gak bisa dapetin Alex, jadi kamu juga gak boleh dapetin Alex
Max, aku udah maafin kamu, jangan pergi
"ARGHHH MAX!!"
"Dira?" Alex meraih tangan Dira, melakukan hal yang sama seperti saat mereka berada di perpustakaan kota tadi.
"Dira tenang.."
"Anterin aku pulang Lex.."
***
Uncuk sibuk mencari Dira di perpustakaan kota, namun ia tak kunjung melihat gadis itu, hingga karyawan disana menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu Kak?"
Uncuk menoleh, ia tersenyum kikuk, "Emm saya lagi cari sepupu saya Mbak. Apa tadi dia disini?"
"Cewek atau cowok?"
"Cewek."
"Ciri-cirinya?"
"Dia lumayan tinggi, rambutnya hitam panjang, pake hoodie putih sama celana jeans."
Wanita dengan seragam putih hitam itu tampak berpikir sejenak, "Ohh ya tadi saya lihat, tapi dia sudah pergi bersama seorang pria."
"Hah? Mbak gak salah lihat kan?"
"Saya yakin kalau itu sepupu anda, tadi dia kelihatan sakit."
"Baik terima kasih kak." Uncuk segera berlari keluar dan menuju tempat parkir. Ia lalu melajukan mobilnya ke rumah Dira.
***
Dira segera keluar dari mobil Alex tanpa mengatakan sepatah kata pun pada pria tersebut, gadis itu berlari menuju kamarnya.
"Dira udah pulang?" Tanya Mama Lisa yang tak digubris Dira, gadis itu melewatinya begitu saja.
Brakk..
Pintu kamarnya terbuka kasar, ia mulai mencari album foto yang kemarin ia lihat.
Matanya memerah menahan tangis, dadanya terasa sesak, tangannya terus mencari dimana surat dari Max.
Dira kesal, ia pasrah, menyerah karena tak kunjung menemukan surat itu. Padahal sangat jelas jika kemarin ia meletakkan surat itu diantara foto di album ini. Tapi sekarang surat itu menghilang.
Ngingg..
Bukan suara nyamuk.
"Akhhh.."
Max!!
Aruna tenang!
Max, jangan tinggalin Aruna!
Dira, ke rumah sakit sekarang, Max kritis
Iya, aku yang udah buat Alex mutusin kamu.
Aku gak bakal maafin kamu Max.
Maaf, Tuhan berkehendak lain.
Dira menangis, rasa sesak didadanya bertambah. Kepalanya masih terasa pening, kini ia sudah ingat.
Ia ingat memori itu.
Dan kini ia sadar apa yang telah terjadi padanya.
Double up loh
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉