Tanggal Pertunangan

128 20 0
                                    

###
*

Gue up lgi krna ada masalah

Langkah Key memelan saat ia melihat mobil orang tuanya yang terparkir manis di halaman rumahnya. Masa bodoh, Key berjalan masuk ke rumahnya.

Hal pertama yang ia lihat adalah orang tuanya yang duduk di sofa ruang tamu dengan tenang.

"Mama sama Papa kenapa dirumah?" Tanya Key tanpa dosa.

Mama Juhyun menatap anaknya dengan senyuman manis, "Sini Key duduk, Mama sama Papa mau bicara serius sama kamu." Nurut, Key langsung duduk diantara Papa dan Mamanya.

"Mama udah tau tentang hubungan kamu, kemarin Papanya Cio ngabarin Papa soal itu." Key diam menunggu Mamanya kembali bicara.

"Jadi gimana sayang? Kamu mau tunangan bulan ini atau bulan depan?" Key hampir saja tersedak ludahnya sendiri.

"Key ikut Mama Papa aja.."

"Lah yang tunangan kan kamu, bukan Mama atau Papa."

"Yaudah kalau gitu Key ikut aja sama Cio, dia pasti udah nentuin tanggalnya."

"Oh ya, kalau Cio bilangnya minggu depan, gimana? Kamu mau?"

Dipikir-pikir, boleh juga, lebih cepat lebih baik kan? Ah Cio emang pinter.

"Cio bilang minggu depan tepat tanggal anniv kalian yang ke lima tahun."

"Iya Ma.."

"Nah kalau udah tunangan, tinggal nunggu nikahnya. Gimana kalau kalian nikah kalau kelas tiga?"

"Mama.." Mama Juhyun tertawa melihat Key yang merengek, padahal kan yang minta Cio bukan dia.

"Itu Cio loh yang minta.." ucap Papanya yang sedari tadi diam.

"Kalau Cio yang minta, masih bisa dipikirkan baik-baik."

"Uluh anak Mama bentar lagi mau tunangan, maafin Mama sama Papa ya yang jarang ada didekat kamu." Juhyun memeluk anaknya dari samping, mengusap surai panjang milik Key. Hati Key sedikit tersentil dengan penuturan Mamanya, ia membalas pelukan hangat Ibunya, mencium punggung tangan Mamanya yang putih pucat.

"Key udah biasa sendiri kok Ma, ada Cio sama sahabat-sahabat Key yang selalu ada buat Key, jadi Mama gak perlu khawatir."

"Iya sayang, Mama janji setelah proyek ini selesai, Mama sama Papa gak bakal biarin kamu tinggal dirumah sendiri."

"Pelukan tapi Papa gak diajak." Dan suara itu membuat Key tertawa ringan. Ia pun menarik lengan Papanya agar memeluknya juga.

"Key sayang sama Mama Papa, sesibuk apapun kalian, Key tau itu juga Kalian lakuin buat Key kan, Key gak marah atau benci sama Mama Papa, Key cuma butuh kalian disamping Key, udah itu aja."

"Maafin Papa Key, Papa ngerasa kurang ngasih perhatian ke kamu."

"Iya, Papa juga kurang ngasih uang jajan buat Key." Hal selanjutnya yang terjadi adalah aksi orang tua yang menggelitiki anak gadisnya. Diselingi tawa yang puas, tak ada kesedihan apalagi kesepian.

***

"Mau mampir gak?" Qiana menyerahkan helm yang tadi ia pakai kepada orang yang masih duduk diatas motor dengan tenang.

"Enggak, mau langsung pulang."

"Yaudah sana pulang aja lo."

"Ya biasa aja sih gak usah ngusir gitu," Haruto berdecak kesal, ia lalu meletakkan helm yang barusan Qiana serahkan di belakang motor.

"Hus hus sana..."

"Jijik Qi, jangan kayak Syahrini pliss.. cantikan lo sumpah."

"Oh jelas cantikan gue lah, Mbk Syahrini mah dibawah gue.."

"Iyain.." Qiana yang kesal menabok helm yang dikenakan Haruto hingga kepala pria itu maju kedepan.

"Qi, untung lo cewek kalau enggak udah gue ajak gelut."

"Udah sana lo pulang, hempas dari hadapan gue.. gue jadi gak jelas tiap bacot sama lo."

"Jangan kangen oke, gue pulang babayy.." senyum tertahan terlihat diwajah Qiana.

"Untung cakep.."

Gadis itupun melangkah masuk ke rumah, namun tubuhnya tiba-tiba kaku saat mendengar Mamanya tengah mengobrol dengan seseorang di ponsel.

"Iya Jeng, sekali lagi maaf ya atas sikap Ben sama Yola."

"..."

"Pasti Jeng, nanti kalau dia udah pulang, saya bakal bilang sama dia. Yola juga jangan lupa dibilangin ya Jeng, siapa tau mereka masih mau bersama."

"..."

"Tapi bukannya Yola udah punya pacar jeng?"

"..."

Dengan cepat Qiana melangkah menaiki tangga tak peduli dengan tatapan mamanya. Ia tak mengerti dengan obrolan tadi, yang ia pikirkan sekarang hanya Ben, kakaknya.

Ia baru saja dapat melihat senyum Kakaknya itu beberapa malam lalu, namun Mamanya akan mengambil senyum itu lagi. Bukan apa-apa ia tak mau kakaknya dijodohkan seperti ini. Dua pihak yang tertekan, Yola dan Ben. Mereka tak saling mencintai. Dan akhirnya apa? Tetap kan mereka berpisah padahal sudah bertunangan. Dan sekarang dengan begonya kedua orangtua bangka itu melakukan hal yang sama lagi.

"Gak, gue gak mau kalau nanti gue juga dijodohin kayak gitu, cuma karena perusahaan Mama Papa jual kak Ben? Hih amit-amit gue gak mau."

"Eh tapi kalau perusahaannya punya Papanya Haruto, bisa dibicarakan baik-baik :)"

###

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang