###
Ame berjalan penuh emosi setelah melihat Yola yang tengah mengobrol dengan Ajun, ia benar-benar tak paham lagi dengan jalan pikiran pria itu. Ia bimbang, apa ia harus menyerah atau lanjut?
Ah bodo amat, iya lelah jika harus seperti ini. Tapi mau gimana? Ia mencintai Ajun, masak mau nyerah gitu aja.
"Gimana caranya supaya Ajun mau lihat gue? Gue kurang cantik apa?" Ame mengacak rambutnya kesal. Bisa-bisanya ia begitu bucin pada pria itu
Hari ini Key tampak berbeda, ia memotong rambutnya hingga sebahu, lalu mewarnai rambutnya seperti Nyonya Kim Dami :)
Tujuannya sih cuma satu, cuma pengen buktiin ke Cio kalau dia gak sedih diputusin gitu aja sama dia."Rambut baru Key?" Tanya Dobby, gadis itu dengan manis mengangguk dan membelai rambutnya. Dilihatnya Cio yang nampak bodo amat dengan perubahan Key.
"Dasar cowok kerdil, awas aja lu ya gue bakal buat lo nangis kejer sambil sujud-sujud ke gue cuma buat minta balikan!"
Haruto tiba-tiba duduk disamping Qiana, pria itu meletakkan permen kesukaan Qiana dimeja gadis itu. Mata Qiana berbinar saat melihat permen penuh warna itu ada di depannya. Dengan cepat ia mengambil permen itu dan membuka bungkus permennya. Haruto tersenyum melihat wajah Qiana yang nampak menikmati permen dengan berbagai varian rasa itu.
"Suka Qi?"
"Iya suka,"
"Rasanya gimana?"
"Manis."
"Makasih loh Qi."
"Ah bodo amat."
***
"Gue gak mau lihat lo deket-deket lagi sama Nabila."
"Suka-suka gue lah, bukan urusan lo."
"Gue cewek lo ya sekarang, jadi itu urusan gue. Mana ada cewek yang mau lihat cowoknya deket sama cewek lain, apalagi itu mantan pacar."
"Gue gak larang lo buat deket sama cowok lain kan, jadi stop urusin hidup gue. Lo ya lo, gue ya gue."
"Lo sebenarnya niat gak sih pacaran sama gue."
"Gak." hati Dira melengos, sakit loh cuy.
"Gue gak mau tau, pokoknya lo harus jauh-jauh dari tuh benalu."
"Kalau Nabila benalu lo apa? Hama?!"
"Iya gue hama, tapi benalu lebih merugikan dari hama."
"Lebih merugikan? Sadar diri dong, hama juga parasit di hidup tumbuhan asal lo tau."
"Ah bodo amat, yang jelas derajat gue lebih tinggi dari dia." Dira keluar dari mobil dan menutup pintu mobil dengan keras. Uncuk memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa pusing setiap berdebat dengan Dira.
***
Sejak hari itu, Aruna merasa dirinya benar-benar murahan. Ia malu setiap bertemu dengan Jihoon, padahal kan dia sendiri yang main nyosor.
"Oke, tenang Aruna. Lo gak boleh grogi oke, dia sekarang pacar lo, bukan teman adu mulut. Oke tenang,,"
"Ngapain?" Aruna terkejut mendengar suara Jihoon yang tiba-tiba muncul.
"Nungguin lo lah, katanya pulang bareng." Balas Aruna pelan.
"Oh, ya udah ayo.." Aruna menatap genggaman tangan Jihoon yang menggenggam tangannya erat.
Baru sampai diparkiran, Aruna sudah disuguhkan dengan pemandangan yang tak enak dipandang. Disana, tak jauh darinya berdiri, Ben tengah mengenakan helm untuk Yola. Hah, kemarin aja cium-cium, sekarang manis-manis ke cewek lain.
Jihoon yang melihat itu segera menarik tangan Aruna ke sepeda motornya yang kebetulan terparkir di samping motor Ben. Jihoon tiba-tiba membuka jaketnya lalu melingkarkannya di pinggang Aruna, "Paha lo kelihatan, gue gak suka punya gue dilihat orang lain." Tentu interaksi mereka dilihat oleh Ben dan Yola.
"Aduh sweet banget anak Bapak Hoony, udah ayo pulang. Jangan buat anak orang lain iri lihat kemesraan kita."
"Okee, ayo pulang." Motor sport merah itu melenggang pergi meninggalkan dua sejoli yang masih terdiam. Sedangkan disisi lain, Aruna tertawa mengingat kejadian tadi.
"Anjay lah, lo tau gak sih gimana ekspresinya Ben tadi. Kayak kesel gitu. Haha" hanya Aruna yang tertawa, Jihoon masih fokus pada jalanan.
"Lo denger gue gak sih?"
"Hm.."Jihoon mengangguk dan berdehem membalas ucapan Aruna.
"Besok kita akting lagi ya say."
###
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
Fiksi PenggemarJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉