###
"Lo pikir gampang apa lupain orang gitu aja? Mikir dong, gue baru suka sama dia, udah buka hati buat dia, tapi dia malah kayak Anjayani." Uncuk sedari tadi marah-marah tak jelas karena gadis yang baru ia sukai beberapa minggu lalu menolak ajakannya pulang bareng. Anjayani emang, kasihan Anjayani disebut mulu :)
"Sabar kali bor, gue aja yang cinta dari masih kecebong sampai segini gede disia-siain. Bangsay njir.."
Kini para sad boy tengah berkumpul di basecamp, tentunya hanya sad boy kelas tiga, yah biasa sedikit curhat tentang masalah cinta.
"Gue mau dijodohin sama Nabila." Ucap Uncuk lirih. Semua mata sahabatnya menatapnya prihatin, mereka tau perasaan Uncuk sekarang. Apalagi pria itu terlalu terbuka pada teman-temannya.
"Lo terima?" Tanya Ben.
"Ya mau gimana lagi? Mami udah kekeuh sama keputusannya."
Mereka diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Jihoon yang menatap Ben dengan pandangan yang sulit diartikan. Yozi yang menatap Jihoon yang tengah melihat kearah Ben dan Lucas yang menatap Ben yang ditatap Jihoon. Belibet kan? Iya kayak hidup Author :)
Uncuk? Pria itu sibuk membenarkan senar gitarnya yang putus, pikiranya tentu masih melayang saat dimana Ica menolaknya mengantarakan pulang. Padahal biasanya juga nempel, kenapa sekarang malah jaga jarak aman darinya?
"Gue kemarin lihat Acha.." tutur Lucas yang memang sedari tadi diam.
"Dimana?"
"Di rumah gang empat yang kosong, gak tau gue kenapa dia disana."
"Acha kesana? Ngapain? Sendirian?" Tanya Yozi.
"Gue lihatnya sih dia sendiri, dan gue lihat dia gak pake kacamata, cuma rambut kuncir doang."
"Halah paling matanya capek pakai kacamata, makanya dilepas. Mungkin juga dia pindah ke rumah kosong itu, diakan anak rantau."
"Bangke lu, anak rantau ahaha.."
***
Hari Selasa biasanya sih biasa-biasa aja, tapi semenjak Pak Budi nemu banyak sampah di depan kelas sebelas IPS yang terkenal jorok, maka peraturan itu mulai berlaku.
Setiap Hari Selasa diwajibkan Murid SMA Treasure melaksanakan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, tak terkecuali!!!
Udah dipertebal, digaris bawah lagi, untung gak distabilo 🙂
Bingung, ada Pak Jojo tukang bersih-bersih tapi gak disuruh bersih-bersih. Enak banget lagi Pak Jojo lihatnya, kayak gak punya dosa. Dua tangan berkacak pinggang sambil melihat kearah lapangan, lebih tepatnya kearah kumpulan gadis yang malah asik menari ria tanpa takut ditampol Pak Budi.
"Kalian yang gerumbul disana, ngapain? Lagi ada kenduren?" Suara Pak Budi terdengar cempreng di toa.
*Kenduren itu pengajian yg ada makanannya ditaruh ditengah-tengah orang yg ngaji, tau gak? Oke klau gk tau.
"Anjim tuh guru sumpah," Dira terus mengumpat kesal, kakinya sedari tadi tak diam menendang sampah yang parkir didepannya.
"Pura-pura mungut sampah gih.." Key memungut sampah dan berjalan dengan pelan ke tong sampah agar terlihat oleh para guru jika dia memungut sampah :)
Aruna menahan tawanya melihat tingkah konyol Key, namun tawanya perlahan memudar saat matanya tak sengaja melihat keatas, lebih tepatnya lantai tiga. Dahinya mengernyit, namun sedetik kemudian gadis itu berlari kearah Key dan mendorong Key kearah samping.
Dugh..
Pragg..
"Aruna.." gadis itu terduduk, niatnya menolong Key agar tak terkena pot yang jatuh tapi dirinya malah terpeleset dan alhasil ia yang terkena pot itu. Cukup menyakitkan, karena jatuh tepat dikepala gadis itu.
Key dengan cepat membantu Aruna berdiri, wajahnya terlihat pucat pasi ia terkejut. "Aruna? Kepala lo sakit? Mana yang sakit?"
Aruna mendongak, "Gue gak papa.."
"Lo mimisan bego, ayo gue anter ke uks."
"Yaampun Aruna.. itu pot ngapain jatuh segala sih?" Para sahabatnya dan banyak murid lainnya mulai mengerubungi Aruna yang kembali menunduk.
"Jangan nunduk Na, dongak aja gini," Ame mengangkat dagu Aruna pelan, ia meringis saat hidung Aruna penuh dengan darah.
"Minggir jangan ngerubung," suara Pak Budi kembali terdengar, ia lalu melihat Aruna miris.
"Aduh, gak cantik lagi kamu Aruna."
"Bapak diem!" Pak Budi seketika kicep setelah mendapat semprot dari para cucunguk-cucunguk Aruna.
"Bawa Aruna ke uks, kalian minggir kasih jalan." Bu Vida membantu Key yang akan membawa Aruna ke Uks. Namun baru beberapa langkah, tubuh Aruna langsung limbung. Suara pekikan kaget dan panggilan nama Aruna terdengar bersautan.
Seseorang tiba-tiba datang dan tanpa permisi mengangkat tubuh lemas Aruna. Pria itu berlari pelan menuju uks tanpa peduli dengan tatapan heran dari banyak orang. Disisi lain, sepasang mata melihat pria yang tengah menggendong gadisnya, ah gadisnya. Dia rasa gadis itu sudah bukan miliknya lagi, ia memutar tubuhnya dan berlalu begitu saja, tak mau terlalu mendalami karakter menyedihkannya.
***
"Kamu gak papa kan?" Tanya Cio khawatir, ia benar-benar takut jika Key kenapa-kenapa. Kan mau tunangan, masak gagal gara-gara tragedi Key yang hampir ketiban pot.
"Kamu apa-apaan sih? Yang kejatuhan pot tuh Aruna, bukan aku. Lagian aku gak papa, aku cuma khawatir sama Aruna, aku merasa bersalah tau gak?!" Yap, sejak kejadian tadi, Key tak mau masuk kelas. Ia memilih menunggu Aruna yang masih terpejam diatas ranjang uks.
"Key, aku tau kamu khawatir, tapi kamu gak perlu bolos kan? Mending sekarang kamu masuk kelas, ayo." Cio menarik lengan Key, mengajak Key untuk berdiri.
"Tapi Aruna gimana?" Key terlihat lemas sekarang, ia tak mau Aruna kenapa-kenapa karenanya.
"Aruna baik-baik aja, percaya sama aku."
"Aruna tadi mimisan Bee.. aku takut kalau di___"
"Sutt udah, ayo masuk kelas."
Dengan berat, Key berjalan keluar dari uks. Meninggalkan Aruna yang mulai membuka mata. Menatap atap uks yang berwarna putih dengan pandangan kosong, kepalanya kembali nyeri.
"Gue udah pasrah, kalau Tuhan mau ambil gue sekarang gak papa kok."
###
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉