###
Seorang pria dan wanita tengah berjalan menyusuri taman kota, malam ini mereka berniat untuk menyelesaikan masalah yang akhir-akhir ini sering menghantui mimpi mereka. Bukan mereka sih, lebih tepatnya si cewek doang :)
Sejak hari mereka putus, interaksi antara mereka berkurang, mungkin karena gengsi untuk sekedar menyapa. Key berjalan dibelakang Cio yang berjalan lebih dulu, sebenarnya ia tak berniat untuk bertemu dengan pria itu, namun karena tadi Cio tiba-tiba datang ke rumahnya dan meminta Key untuk menemani Cio berkeliling taman kota.
"Ck kita mau kemana sih? Kaki gue capek tau." Bukan apa-apa Key mengeluh, pasalnya sejak jam tujuh sampai kini jam mau berputar ke angka sembilan, Cio hanya berkeliling memutari taman tanpa ada niatan untuk bicara pada Key atau sekedar basa-basi membelikan minuman untuk mantan kekasihnya itu.
Cio mendadak berhenti dan berbalik menghadap Key, walau canggung tapi ia harus mengatakan hal ini.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Hah, kenapa gak dari tadi aja sih? Biasanya juga langsung ngomong."
"Gak segampang itu Key," wajah Cio berubah muram, sesuatu dalam dirinya memberontak untuk segera mengatakan apa yang harus dikatakan pada Key.
"Kita duduk dulu." Cio mengajak Key duduk di salah satu kursi taman, dengan gerakan gusar Cio menjaga jarak dari Key. "Lo kenapa sih?" Jika ditanya kesal, Key tentu kesal dengan tingkah Cio yang seakan menjauhinya, seolah-olah ia adalah kuman yang harus dihindari.
"Sorry, gue mau bicara soal hubungan kita."
"Apa?" Sepertinya Key suda muak dengan tingkah Cio yang terlalu bertele-tele.
"Gue dijodohin Key." Hening untuk sesaat, jantung Key mendadak berhenti berdetak, waktu juga tiba-tiba terhenti, Key menatap nanar pria di depannya. Tersadar, Key malah tertawa sambil menepuk-nepuk pahanya.
"Ahahaha, di jaman kayak gini masih ada yang namanya perjodohan? Gue gak sebego itu ya, gue tau lo bohong. Udah, mulai sekarang gue gak bakal bucin lagi ke lo! Gue muak sama tingkah lo yang selalu soft sama semua cewek. Inget ucapan gue, GUE GAK BAKAL BUCIN LAGI SAMA MANUSIA MACEM LO!!" setelah mengucapkan kalimat pendek itu Key segera pergi dari hadapan Cio, tak peduli dengan tatapan heran orang lain yang terarah kepadanya. Sedangkan Cio menatap punggung Key yang mulai menjauh dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
"Lucu banget kalau marah, jadi gak sabar."
***
Qiana mondar-mandir di depan pintu kamar Kakaknya, ia ingin masuk tapi takut si pemilik kamar marah. Gak masuk dia kayak orang gila didepan pintu kayak gini. Dengan decakan yang terus-terusan keluar dari bibirnya, Qiana segera menuju kamar orang tuanya. Ada yang ingin Qiana bicarakan pada mereka.
Baru saja tangannya akan terangakt untuk mengetuk pintu kamar, namun suara dari dalam menghentikan gerakannya.
"Papa tuh gimana sih? Kalau nanti perusahaan kita bangkrut gimana? Perusahaan itu kan warisan dari Papa, kalau kamu gak bisa urus biar aku aja yang urus. Kamu tuh emang gak ada gunanya." Qiana terdiam mendengar suara Mamanya dari luar kamar.
"Aku udah berusaha Ma, ya dulu kan Papa kuliah jurusan kedokteran, tapi malah Mama nyuruh Papa buat ngurus bisnis, yang salah siapa? Papa apa Mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉