"Gue pernah cium Dira."Semua terperangah tak percaya, termasuk Dira.
"Bangsat!!" Siapa yang mengumpat? Tentu Anindira.
"W-O-W, wow wow and wow, udah naik level belum Bang?" Tanya Somi jahil.
"Belum." Padahal ia menjawab, namun nyatanya Uncuk masih meraih gelas itu dan meminumnya tanpa peduli tatapan para sahabatnya yang menatapnya aneh. Ia lalu mengisi botol itu lagi, dan meletakkannya didepan Ben.
#Bentar, gelasnya cuma satu? Gantian gitu? Eh tapi gak papa lah, author juga mau kalau gantian sama cogan-cogan :)
"Aruna atau Yola?"
Pria itu tersenyum tipis, ia menoleh menatap Aruna yang juga tengah menatapnya.
Tanpa berucap apapun, Ben mengambil gelas itu dan menegak airnya sampai tandas. Ia lalu mengisi gelas itu, dan meletakkannya didepan Jihoon.
"Stop atau lanjut?" Semua orang terheran dengan pertanyaan Ben yang terkesan ambigu, namun nyatanya Jihoon paham dengan maksud Ben. Ia malas bicara, jadi ia mengambil gelas itu dan menumpahkan isi dalam gelas ke dalam mulutnya. Ah segar.
"Mantan istimewa."
"Hah?" Dira bingung, pasalnya Jihoon bertanya dengan kalimat yang sama seperti Ben, yaitu ambigu. Tak paham apa maksud dari pria itu. Dia nanya apa ngasih tau?
"Apaan yang mantan istimewa?"
"Mantan teristimewa lo?"
"Ngapain nanya gitu?" Tanya Dira sewot.
"Terserah gue lah."
"Ck, gue gak punya mantan btw."
"Halah kau berbohong Sumanto."
"Dibilangin juga."
"Jawab yang bener."
"Mantan mana ada yang istimewa dodol pisan nih bocah."
"Ada."
"Ngajak berantem ya lo Hun."
"Stop, udah jangan berantem, lanjut aja Dir, gak usah lama." Kesal Ajun, entah pria itu kesal sejak tadi siang.
"Nih, minum aja tuh airnya Na." Tanpa basa-basi, Aruna langsung meminumnya, kan Dira nyuruh dia minum.
Permainan Terus berlanjut, ada yang menyerah ada juga yang pasrah menjawab pertanyaan.
"Ahaha Miya lagi," Aruna yang sudah setengah mabuk memberikan pertanyaan pada Miya yang juga sudah tepar, "Miya, pernah cium Arthur gak?"
"Arghh," Miya mengambil gelas itu, sebuah tangan tiba-tiba merebut gelas itu dan meminum isinya.
"Udah, lo mabuk." Miya tersenyum, ia lalu menyandarkan kepalanya pada pundak Arthur.
Kini, Ame sudah mau ambruk, sangking banyaknya dia minum. Tak lupa Miya juga yang sudah tertidur dipundak Arthur, jangan lupakan Dira yang dengan nikmat berbaring dengan berbantalkan paha Uncuk. Aruna? Gadis itu juga mabuk dan lebih parah, ia tengah sibuk mengeluarkan isi perutnya dengan dibantu oleh Yozi yang merasa tak tega dengan Aruna. Dan Somi? Gadis itu malah asik bercumbu dengan Lucas.
Ajun tiba-tiba beranjak, ia lalu mengangkat tubuh Ame tanpa peduli dengan tatapan dua pria yang sepertinya bertanya-tanya apa yang tengah melanda Ajun hingga pria itu peduli pada Ame.
Semua orang sudah kembali ke kamar masing-masing, kini tinggal Aruna dan Yozi yang ada ditaman. Aruna tentu masih mabuk, ia setengah sadar, tangannya sibuk mengusap peluh didahinya yang terus mengguyur.
"Gue ke dalam dulu Na, nanti gue balik." Aruna mengangguk kala Yozi mengatakan kalimat tadi. Gadis itu menidurkan tubuhnya dikursi taman. Ia memejamkan matanya yang teramat sangat berat, kepalanya pening dan perutnya terasa mual.
"Ishh, kepala gue pusing." Jihoon menatap Aruna yang sibuk meracau tak jelas.
Ia lalu mengangkat kepala Aruna, duduk dan meletakkan kepala Aruna di pangkuannya. Ditatapnya wajah cantik Aruna yang tertidur.
"Gue kangen sama lo Na."
***
"Arthur.." pria itu menatap Miya yang baru saja mengguman namanya. Ia lalu mengusap rambut panjang Miya, tersenyum tipis dan selanjutnya hal yang ia lakukan benar-benar diluar dugaan.
"Selamat malam Miyabi, kayaknya gue mulai suka sama lo."
Cup.
Kecupan singkat didahi Miya.
Arthur lalu segera pergi dari kamar itu, menuju kamarnya sendiri untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang serasa ingin meledak.
Akhir-akhir ini ia merasa hatinya selalu resah. Entahlah, rasanya pusing memikirkan hidupnya yang selalu sama setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
Fiksi PenggemarJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉