Bara

84 16 41
                                    


Miya tersenyum malu-malu sambil meletakkan segelas air minum berwarna oranye di atas meja ruang tamu di rumahnya. Baru kali ini Miya tersenyum malu-malu, biasa kan malu-maluin.

"Rumah lo masih sama ya." Ucap pria yang tadi memberi tumpangan pada Miya.

"Ee iya masih sama, yakali berubah."

"Haha, gimana kabar lo Mi?"

"Baik, lo sendiri gimana? Sekolah lo di Jepang juga gimana?"

Pria itu meminum minumannya terlebih dahulu, lalu menghela nafas pelan, "Gue baik, sekolah gue juga baik, cuma gue rasa gue gak cocok disana."

"Maksud lo?"

"Gue mutusin buat lanjut sekolah di Indonesia aja, ribet mah sekolah disana."

"Lo mau sekolah di Indonesia? Demi apa? Dimana?"

"Satu-satu Miya, gue mau sekolah di sekolahan." balas Pria itu dengan senyum jahilnya.

"Dimana-mana sekolah emang di sekolahan, yakali di hotel."

"Ntar juga lo tau sendiri."

"Terus orang tua lo gimana?"

"Mereka setuju, tapi mereka tetep di Jepang, karena udah menetap. Jadi gue di Indonesia sendiri."

"Ohhh gitu, lo tinggal di rumah lama lo kan?"

"Rumah lama gue kan udah di jual, jadi untuk sementara gue tinggal di rumah Om Jinu."

"Jadi lo tinggal sama Cio?"

"Iya."

"Kenapa lo gak cocok di Jepang?"

Pria itu berpikir sambil menatap Miya, "Emm mungkin karena gak ada lo."

Mata Miya membola, "gue?"

"Hmmm bwahahaha.. muka lo kenapa merah?" Miya refleks menutupi pipinya yang memang terasa panas.

"Enggak gue kepanasan."

"Haha, Dobby mana?"

"Biasa, ngurusin peliharaannya."

"Dia pelihara apa?"

Miya memandang lama pria itu, lalu mendekat dan membisikkan sesuatu, "Cewek."

Pria itu dengan cepat mendorong kepala Miya, ia menatap kesal pada gadis yang kini tengah meminum jusnya dengan tenang.

"Gue kira apaan."

Pintu utama tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok yang barusan mereka bicarakan.

"Loh Bara?" Pria bernama Bara itu tersenyum tipis, ia beranjak dari duduknya, menghampiri pria yang barusan memanggilnya dan dengan tanpa rasa malu ia memeluk pria bernama Dobby.

"Wuhuu gue balik bro, gimana kabar lo?" Bara menepuk pundak Dobby yang masih terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"B-baik, lo kenapa disini?"

"Ntar gue cerita, sekarang mending lo ganti baju terus temenin gue ketemu yang lain, gue kangen sama mereka."

Dobby menatap Miya mencoba meminta jawaban, tapi yang ditatap hanya mengedikkan bahu acuh.

***

Qiana memakan camilannya sambil menatap layar ponselnya yang kini menampilkan empat wajah gadis termasuk dirinya.

"Guys gue mau cerita." Qiana memperbaiki posisinya sebagai saat Miya bersuara.

"Apa?" Tanyanya.

"Bara balik ke Indo, dia pulang, dia pindah sekolah ke Indonesia."

"Bara? Bara siapa? Bara api? Atau, kala ku pandang gerlip lintang nan jauh disana, seperti terdengar melodi cinta yang membaraaaa~"

"Menggema Qi, bukan membara, lidah lo typo." Sahut Aruna.

"Ah masak?"

"Udah diem dulu, dengerin gue."

"Yaudah sih lanjut aja Mi." Celetuk Somi.

"Tadi waktu gue pulang sekolah, tiba-tiba ada mobil nyamperin gue, dan kalian tau siapa yang ada dimobil itu? Dia Bara gaesss Bara.. yaampun gue sampe kaget tau gak sih."

"Bara siapa sih?" Tanya Qiana yang masih tak tau siapa itu Bara.

"Cinta pertama Miyabi." Balas Aruna.

"Eh si anying malah buka kartu." Miya kesal, tanpa ba bi bu ia langsung meninggalkan obrolan video.

"Yaaaahh si Miyabi meninggalkan kita, gara-gara Aruna mah." Qiana menyalahkan Aruna karena Miya yang pergi tanpa permisi.

"Miya aja yang baperan."

"Ah udah deh, mending bubar, ntar malam aja lanjut, biar yang lain ngikut. Gue ngantuk banget." Ucap Somi dengan mata yang sudah ingin terpejam.

"Yaudah deh, byeee semua_"

Tut..

Tut..

"Ooo badjingan."

***

"Dira.." Dira yang awalnya sibuk membaca novel pun menoleh pada sumber suara, dimana Mamanya berada.

"Kenapa Ma?"

"Gimana keadaan kamu?"

"Baik, cuma akhir-akhir ini setiap Dira habis terapi, kepala Dira pusing banget, sebenarnya Dira kenapa sih Ma?"

"Kamu gak papa kok, pokoknya kamu harus ikuti semua apa yang Mama sama Papa bilang, jangan banyak tingkah, kalau pusing, pejamin mata kamu, jangan mikir yang aneh-aneh, kalau bisa langsung tidur. Paham kan?" Dira mengangguk, ia sebenarnya malas saat Mamanya selalu mengatakan hal yang sama setiap saat. Dira merasa asing, ini seperti bukan hidupnya. Ia harus mencari tau apa yang terjadi padanya, walau kemungkinan kecil ia sulit untuk mendapat jawaban.

"Sekarang kamu istirahat, nanti makan malam Mama bangunin kamu."

"Hm.."

Dira menatap punggung Mamanya yang terlihat kurus akhir-akhir ini, apa itu juga karena dirinya? Mamanya terlalu memikirkannya sampai berat badan Mamanya mengurang?

Ia tak tau, kepalanya terasa pusing jika terlalu banyak berpikir.

"Kalian harus kasih tau gue, sebenarnya gue tuh kenapa?" Dira mengusap rambutnya kasar, ia lalu memejamkan matanya agar sedikit mengurangi rasa pening di kepalanya.

Besok, ia harus menemui para sahabatnya, ia bosan jika harus di rumah.

Dan tujuan utamanya hanya satu, bertanya pada mereka, ada apa dengan dirinya akhir-akhir ini?

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang