Acha

151 25 31
                                    

###

"AAAA..!!"

Suara teriakan dari toilet wanita membuat langkah Arthur terhenti, kepalanya celingak-celinguk mencari seseorang yang mungkin juga mendengar suara teriakan itu. Namun sayang, hanya ada dirinya disini, mengingat ini masih jam pelajaran dan dia keluar untuk kabur dari pelajaran bahasa Inggris.

Dengan keyakinan hati, Arthur membuka pintu toilet, ia lalu masuk dan mencari asal suara tadi. Dengan perlahan ia melangkah, sebenarnya ia takut mengingat toilet cewek tuh angker, apalagi banyak yang bilang kalau mereka yang sering buang air kecil di toilet ini suka diganggu. Namun ia segera menepis pikiran itu dan terus melangkah, otaknya terasa lemot saat ia melihat seorang gadis tengah berbaring di lantai toilet. Arthur berpikir, ngapain tiduran di toilet, di perpus atau di uks kan bisa. Dasar cewek aneh.

Lagi-lagi Arthur menggeleng, ini bukan waktunya ngelawak Thur. Ia melangkah mendekat, dari postur tubuh sepertinya Arthur mengenal gadis ini. Dan warna rambutnya juga Arthur kenal, ia lalu menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu. Seketika matanya membulat, "Miya.." ia melihat dahi Miya yang berdarah, tanpa banyak cincong, Arthur segera mengangkat tubuh Miya dan membawanya ke uks.

"Din, tolong obati luka nih cewek." Ucap Arthur setelah ia membaringkan tubuh Miya di atas ranjang uks. Dina dengan cepat mengambil kotak p3k dan mulai mengobati luka di dahi Miya.

Di kelas, Somi merasa sedikit khawatir karena gadis yang duduk didepannya ini tak kunjung kembali dari kamar mandi. Padahal sudah 15 menit yang lalu Miya ijin ke toilet, namun gadis itu tak kunjung kembali.

Somi mencolek lengan Aruna yang ada di depannya, "Sutt, Miya kemana?"

Aruna yang sadar pun melihat ke arah bangku Miya, berpikir sejenak lalu menggeleng, "Tadi bilang ke toilet kan. Tapi kok lama ya? Apa dia boker?"

"Coba deh lo cek."

"Lah kenapa harus gue? Lo kan bisa."

"Lo kan teman sebangkunya."

"Lah lo sahabatnya."

"Oh berarti lo bukan sahabatnya?"

"Gue udah anggap Miya adek gue." Balas Aruna santai.

"Alah ngeles ae lu pantat kingkong."

"Aruna Somi.. kalian ngapain?"

"Eee,, aduh Bu, perut saya sakit nih. Saya mau ke toilet bentar ya Bu.." semua murid menatap Aruna yang tengah menggeliat layaknya orang cacingan.

"Ya sudah sana, nanti kalau kamu gak kuat ke Uks aja." Aruna tersenyum di dalam hatinya, ia lalu beranjak dan keluar dari kelas dengan tangan yang masih melingkar di perut.

Emang setan di Somi, bukannya langsung keluar terus ngecek si Miya, malah nyuruh Aruna. Untung Aruna orangnya baik hati dan tidak sombong :)

Aruna mengecek semua bilik kamar mandi, namun tidak ada tanda-tanda adanya Miya. Kemana gadis itu?
Aruna mencoba menelfon Miya, namun nihil, gadis itu tak mengangkat telfonnya. Ia melangkah, namun ia hampir terpeleset, untung saja ia berpegangan pada wastafel.

"Huhh hampir aja.. Ih tapi kok gue merinding ya, apa jangan-jangan Miya diumpetin sama penunggu toilet? Hih serem anjir, aaa gue takut." Aruna cepat-cepat keluar dari kamar mandi, namun saat membuka pintu ia dikejutkan dengan sosok makhluk titisan dewa langit. Lebay_-

"Aaaaanjay kaget gue.. astaghfirullah," Aruna mengusap dadanya. Lalu menatap Arthur datar.

"Lo ngapain disini?"

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang