###
"Gue kesana dulu guys.." Miya meninggalkan para sahabatnya dan berjalan menuju dimana Arthur dan anggota kelompoknya yang lain.
Hari ini free day, semua murid tengah mempersiapkan untuk acara camping besok. Berkumpul di gedung olahraga dan mengelompok sesuai regunya masing-masing.
Kini hanya tinggal Aruna yang berdiri di depan pintu gedung olahraga, ia bingung, apa dia harus menghampiri kerumunan orang di depan sana atau tetap diam seperti orang bodoh disini?
"Ngapain Na?" Aruna menoleh, ia menatap Jihoon yang tersenyum tipis.
"Gak papa.."
"Lo sekelompok sama Ben?" Terdengar dari nadanya, Jihoon sangat tak suka dengan fakta bahwa Aruna dan Ben satu kelompok. Ditambah ada Justin lagi :)
Aruna yang melihat wajah Jihoon yang sedikit kesal pun tersenyum, "Cemburu ya?" Aruna tertawa mengejek.
Jihoon melotot, "cemburu? Mana ada seorang Jihoon cemburu."
"Halah, gak usah ngeles deh, cemburu kan lo?" Aruna mencolek hidung mancung Jihoon dengan senyum jahil. Jihoon yang melihat senyum Aruna pun ikut tersenyum, ia dengan jahil menarik pinggang Aruna hingga kini tak ada jarak diantara mereka. Jihoon tersenyum jahil saat melihat wajah Aruna yang sudah memerah, "Iya gue cemburu, kenapa? Gak suka gue cemburu?"
Aruna menggeleng, baru saja ia akan menyentil dahi Jihoon, sebuah suara tiba-tiba terdengar. "Kalian ngapain pelukan di depan pintu?" Mendengar itu Aruna spontan menginjak kaki Jihoon dan mendorong pria itu membuat sang empu meringis.
"Eh Ibu, gak ngapa-ngapain, tadi Jihoon bilang matanya kelilipan jadi saya tiupin deh." Ucap Aruna beralasan.
"Yaudah sekarang kalian masuk." Bu Vida masuk lebih dulu meninggalkan Aruna dan Jihoon yang sedang menahan tawa.
"Sakit nih kaki gue." Aruna menatap kaki Jihoon, dengan cepat ia menginjak kaki Jihoon lalu berlari memasuki gedung olahraga.
"Aaaaww, Aruna...!!" Jihoon mengejar Aruna tanpa peduli dengan tatapan orang disekitar. Ia menangkap Aruna dan mencubit pipi gadis itu.
"Ah Jihoon udah, gak usah mesra-mesraan disini bisa gak sih.. dilihatin orang, mereka mikir gini 'Jihoon tukang julid ternyata sweet juga kalau sama Aruna'."
"Siapa bilang gue cuma sweet sama lo?" Seketika Aruna mendorong tubuh Jihoon, menatap nyalang pria itu lalu pergi dari hadapannya. Jihoon menatap Aruna yang pergi dengan senyuman. "Coba aja lo selalu gitu Na.."
***
"Oh gak bisa, gue gak mau ya kalau yang pensi tuh lo." Ucap Key dengan menunjuk Dobby yang sedari tadi minta untuk pensi dengan Acha. Ah yang benar saja.
"Yaelah Key, lagian cuma pensi juga, kalau lo gak mau gue pensi sama Acha terus yang pensi siapa?"
"Selain Acha bisa kan? Mawar apa sih Kamboja tuh."
"Mereka gak bisa nyanyi Key."
"Yaudah lo doang, dance diatas panggung sendirian. Valid no debat titik gak pake koma." Dobby menghela nafas pasrah, jika Key sudah begini maka ia yang harus mengalah.
"Hm iya terserah lo."
Miya terus mengumpat kearah Nabila, bagaimana tidak, pasalnya gadis itu selalu membuatnya emosi. Yakali pensi pake drama kolosal, dikira film india apa gimana? Jaman gini pensi begituan, ya kalau tentang anak muda Miya masih bisa toleransi lah yah, lah tuh bocah malah minta dramanya tentang suara hati istri, yakali lah yang bener aja.
"Eh gue gak mau ya kalau pensinya kayak begituan, lo kira pensi drama gampang apa ha?"
"Gampang lah, akting doang masak gak bisa." Rasanya sepatu Miya yang berat ini ingin Miya lemparkan ke wanita syalan didepannya ini, ya jelas dia gak bisa akting lah ya kan Miya bukan ratu drama. Miya itu ratu hatinya Arthur. Oke skip.
"Pokoknya gue gak mau.. kalau lo masih ngotot, mending lo hempas dari sini."
"Ck kalian bisa gak usah berantem bisa gak?!" Haruto yang sedari tadi diam dan menahan kesal akhirnya berani bersuara.
"Yang tampil gue sama Bang Arthur, jadi kalian diem aja." Lanjut pria itu.
Seketika dua kecebong londo itu diam, walau mata masih saling melempar tatapan tajam.***
Berbeda dengan kelompok lain, dua kelompok ini malah bergabung menjadi satu. Jika satu kelompok biasanya berjumlah enam orang, berbeda dengan mereka yang malah berjumlah 12 manusia.
"Kalian jangan pacaran terus dong." Qiana menjitak kepala Lucas yang sedari tadi sibuk bercengkraman ria dengan Somi.
"Iri bilang bos."
"Eiii udah-udah Qi, mending kita lanjutin diskusinya." Ame menahan tangan Qiana yang hendak memukul kepala Lucas.
"Jadi gimana?"
"Cio ajalah yang tampil baca puisi." Celetuk Jihoon.
"Gue gak mau tanggung jawab kalau nanti para cewek pada mimisan."
"Alah anjir pede gile nih kurcaci satu." Lucas melempar bolpoinnya yang sudah habis kearah Cio.
"Diem lo buto ijo.."
Ajun menatap datar dua orang yang tengah bertengkar itu, ia lalu menoleh ke arah Jihoon yang tertawa melihat dua temannya bertengkar karena ulahnya.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉