Dia Keita Aldebaran

86 14 13
                                    


"Eh eh katanya nanti ada anak baru.. cowok.."

"Masak sih? Ganteng gak?"

"Katanya sih ganteng, soalnya denger-denger tuh dia masih satu geng sama geng nya Kak Uncuk, tau lah gengnya Kak Uncuk gak ada yang badlooking."

Langkah Key terhenti, ada nama Uncuk diucapan gadis itu.

"Anak baru? Cowok? Gengnya Bang Uncuk? Siapa ya? Kok Cio gak ngasih tau gue." Mata Key menyipit, ia lalu memutar tubuhnya.

"Waaaa!!"

"AAANJIR KAGET GUE!"

Qiana tertawa melihat ekspresi kaget Key.

"Ngapain lo?" Tanya Qiana.

"Katanya ada anak baru Qi, cowok, masih satu geng sama Bang Uncuk. Siapa ya?"

Awalnya Qiana berpikir, namun seketika ia ingat sesuatu. "Aaahaaa gue tau, pasti cowok yang kemarin dibahas sama Miya. Siapa ya namanya, Ba__"

"Itu dia!!" Key memutar tubuh Qiana agar melihat siapa yang ia tunjuk.

Mulutnya terbuka lebar, emm mungkin terpana dengan ketampanan pria itu.

"Buset.. ganteng Qi.."

Qiana masih diam dengan mulut terbuka cukup lebar, mata berbinar seakan menyukai objek yang kini akan lewat tepat di depannya.

Tanpa sadar tangannya terangkat, melambai "Hai." Senyumnya mengembang lebar seperti orang tak punya pikiran.

Pria itu berhenti, tersenyum ramah pada gadis yang barusan menyapanya. Senyuman yang membuat Qiana menutup mulutnya dan menyentuh degup jantungnya yang berdebar-debar.

Bentar lagi mimisan tuh bocah.

"Lo anak baru?" Tanya Key, tenang, Key tidak terhipnotis dengan ketampanan pria itu.

"Iya, ruang kepala sekolah mana ya?"

"Disana.." jarinya menunjuk ke sembarang arah, dan tatapan matanya masih menatap pria di depannya. Sungguh Qiana seperti orang dongo sekarang.

"Ah maksudnya disana." Jari telunjuk itu beralih menunjuk ruangan Kepala sekolah yang benar.

"Makasih.. gue pergi dulu.."

"Orang kok bisa seganteng itu.."

"Inget Haruto Qi.."

"Haruto? Siapa tuh?"

"Ati-ati kalau diputusin ntar. Gue duluan ke kelas."

"Hm pergi aja." Posisi Qiana tak berubah sedikitpun, ia melambaikan tangan ke arah belakang dimana Key berdiri tadi. Tanpa sadar jika di belakangnya kini telah ada sosok malaikat pencabut nyawa.

"Kira-kira tuh cowok tadi siapa ya? Koj bisa gitu wajahnya seganteng itu. Matanya, hidungnya, bibirnya, awww yaampun.. jodoh gue.."

"Ekhm!" Bibir yang tadinya melebar kini tiba-tiba berubah menjadi garis lurus. Tubuhnya juga tiba-tiba tegap.

Suara itu.. haha, Qiana berbalik. Kan bener.

"Hahaha, hai Babe, kelas yuk bentar lagi masuk."

Qiana menarik lengan Haruto, tak peduli tatapan mematikan dari sang predator yang siap menyantap mangsanya.

"Untung sayang."

***

Tak seperti biasanya, kali ini kelas IPS yang biasa ricuh itu kini tak bersuara. Senyap, hening, seperti tak ada nyawa.

Bukan tanpa alasan mereka diam.

Mereka diam karena baru saja, seorang pria tampan masuk ke dalam kelas mereka dengan senyuman yang kelewat manis.

"Gue Keita Aldebaran."

"__ biasa di panggil Bara."

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Masih biasa, tak ada yang bersuara. Namun tiba-tiba..

Plakk..

"Awwww!"

Semua mata mengarah pada bangku belakang yang dihuni oleh dua gadis yang sekarang menampilkan ekspresi wajah yang berbeda.

Gadis dengan rambut blondenya itu menahan sakit pada lengannya, dan satunya lagi tengah menampilkan wajah tanpa dosa setelah membuat lengan gadis disampingnya memerah.

"Bu saya duduk disana." Pria utu menunjuk kursi kosong yang berada tepat di depan kedua gadis itu.

"Tapi itu__"

"Saya bakal pindah kalau yang punya tempat udah berangkat."

"Ya udah, silahkan duduk Bara."

"Terima kasih Bu."

***

"Nih minum." Ame menatap sejenak minuman yang diberikan oleh pria di sampingnya. Ia mendekatkan air putih itu di depan hidungnya, mengendusnya pelan.

"Itu asli Ame, gak mungkin kan gue tambahin klorin didalamnya."

"Yakan Ame waspada Bang." Dengan kesal, Ame meminum minumannya lalu meletakkan gelas itu pada nakas setelah menghabiskan setengah gelas air putih didalamnya.

"Abang kan udah bilang, berteman sama mereka tuh bahaya, tapi kamu masih ngeyel." Lucas mengupas apel dengan mulut yang terus berceloteh.

"Bang, kalau bahaya, udah dari dulu Ame kayak gini, atau mungkin udah gak bernyawa."

"__ Abang salah kalau Abang salahin persahabatan Ame sama mereka, harusnya Abang curiga, ini terjadi setelah Ame putus sama Kak Jihoon."

"Kok lo nyalahin Jihoon."

"Tuh Abang aja gak terima kalau sahabat Abang di fitnah kan, sama, Ame juga gak terima Bang. Minggirin pisaunya." Lucas segera kembali ke posisi awal, barusan ia telah menodong Ame dengan pisau buah sangking tak terimanya dengan ucapan Ame.

"Iya-iya Abang minta maaf."

"Ame gak suka ya sama sikap Somi kemarin. Kenapa dia tuduh Aruna yang lakuin itu, apa tujuan dia sebenarnya?"

"Ya Abang gak taulah."

"Abang kan pacarnya, harusnya Abang tau kenapa sikap dia tiba-tiba berubah."

"Me, gak semua tentang Somi Abang harus tau. Dia berhak punya rahasia, sama kayak Abang, Abang berhak punya rahasia dari dia. Kalau kita pacaran, bukan berarti Abang tau segalanya tentang Somi. Abang gak kayak gitu."

"Kenapa Abang gak tanya ke dia, apa motif dia tuduh Aruna?"

"Karena itu gak penting buat Abang! Udah lah gak usah mikirin Aruna, dia aja gak mikirin kamu."

"Suruh Somi kesini sekarang!"

"Kamu nyuruh Abang?"

"Iyalah!"

Lucas menghela nafas"Oke."

Keita Aldebaran

Keita Aldebaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Uhuuyy

Slmat tidur

Bye

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang