Yes

126 18 4
                                    


Pranggg..

Ngeri gak sih, wanita yang biasa kelihatan bego dan ceria tiba-tiba marah sambil banting vas kesayangannya?

Semua orang yang berada diruang tamu itu menatap takut kearah Mama Lisa yang terdiam menahan amarah.

"Jelasin ucapan kamu tadi." Katanya mengarah pada pria yang menjabat sebagai keponakannya. Iya, Danny Uncuk Suhendar.

Uncuk berdehem, "saya sama Dira pacaran Tan.."

"Aaahhh, kamu ini kenapa sih nambah-nambahin pikiran Tante, dan kamu Dira, kenapa gak cari cowok lain aja? Uncuk udah mau tunangan sama Nabila, kamu ngapain sih rusuhin mereka? Kamu kan cantik, cari aja cowok yang lebih kaya dari Uncuk." Dira memutar bola matanya malas, ia lalu menarik Uncuk untuk keluar dari rumahnya. Meninggalkan tiga manusia yang saling terdiam.

"Lo ngapain sih bilang gitu sama Mama? Gue udah bilang kan, gue udah ikhlas kalau lo sama Nabila, tinggal terima aja susah banget." Semprot Dira pada Uncuk saat mereka sudah berada diteras rumah Dira.

"Gue gak mau terima perjodohan ini, gue maunya sama lo."

"Halah, kemarin-kemarin lo kemana? Udah ya, lo terima aja, lagian lo masih suka kan sama Nab__" Dira bungkam saat sesuatu yang kenyal mendarat dibibirnya.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

Lim__

"Lo apa-apaan sih?! Main nyosor aja, lo kira gue cewek apaan yang mau digituin seenaknya." Dengan kasar Dira mengusap bibirnya, lalu menatap tajam Uncuk.

"Gue kayaknya udah cinta sama lo Dir, percaya atau enggak, yang jelas apa yang gue ucapin barusan itu nyata adanya. Tunggu aja ya, dan mungkin ini hari terakhir kita ketemu sebelum lembaran baru terbuka. Di lembaran baru nanti, kita bakal ketemu lagi." Dira terperangah tak percaya melihat Uncuk yang bicara panjang lebar, gadis itu menatap Uncuk yang berjalan keluar dari halaman rumahnya. Tangannya terangkat untuk menyentuh bibirnya, tanpa sadar ia tersenyum kecil.

"Kan hati gue jadi jedag jedug kalau lo tiba-tiba nyosor, andai aja dari dulu lo bersikap kayak gini, mungkin gue mau-mau aja.. ehh Dira astaghfirullah lo ngapain sih mikir yang iya-iya, udah-udah, stoppp.. hilangin pikiran astaghfirullah dari otak lo yang Subhanallah ini." Gadis itu lalu masuk, dan hal pertama yang ia lihat adalah keluarganya yang duduk terdiam disofa ruang tamu rumahnya.

"Uncuk udah pulang, Dira mau ke kamar." Ucapnya, ia lalu melangkah, namun langkahnya terhenti saat panggilan dari Mamanya terdengar.

"Dira.."

"Iya Ma?"

"Tadi Uncuk cuma main-main kan? Gak mungkin dia suka sama cewek kayak kamu.." baiklah, sifat asli Mamanya telah pulang.

"Iya, tadi itu cuma prank kok, Uncuk kan emang suka jahil. Yaudah Dira mau kekamar."

"Anindira." Dira menggigit bibir bawahnya, bau-bau kegalakan Papanya mulai tercium. Anindira, jujur Dira suka dipanggil Dira aja daripada nama Anindira. Sakral banget didengarnya.

"Em iya Pa?"

"Papa harap kamu sama Uncuk gak ada hubungan apapun, Papa gak mau besanan sama Kakak Papa sendiri."

"Iya Pa, tadi Uncuk cuma bercanda kok.."

"Becanda dari mana? Orang tadi Papa lihat kamu dicium gitu sama Uncuk."

Dira menipiskan bibirnya, kan malu dicium cowok ketahuan Papanya.

"Ahaha, kan emang dari kecil Uncuk suka nyium Dira Pa, udah ah Dira mau ke kamar. Mau tidur.."

"Ati-ati mimpi ane-ane sama Bang Uncuk."

"Hartono!!"

***

"Bee, kalau misal nanti kita udah nikah, aku kan gak bisa masak nih. Terus nanti kalau aku goreng tahu kan, tapi tahunya gosong, yang salah siapa?"

"Ya jelas kompornya lah Bee.."

"Kok kompornya?"

"Karena dia ngegas."

"Oh iyaya, eh tapi.. bego ya kamu Bee, kompor kalau gak ngegas mana bisa hidup. Otak kamu udah merosot ke mata kaki ya?" Cio hanya cengengesan melihat Key yang meluap-luap tak jelas. Kan Cio jadi tambah gemas.

"Lagian kamu ngapain masak sih? Kan ada pembantu, aku gak mau ya tangan kamu kecipratan minyak goreng gara-gara goreng tahu."

"Ya kalau gak mau kecipratan minyak goreng ya gorengnya pake air aja. Gitu aja repot." Cio menghela nafas, andai gadis disampingnya ini bukan pacarnya, mungkin Cio akan menjadi buronan polisi karena kasus pembunuhan.

"Kalau goreng pake air bisa, minyak goreng gak bakal laku."

Kurang lebih seperti itulah percakapan unfaedah antara Cio dan Keyvana. Dua sejoli yang sebentar lagi akan berdiri berhadapan untuk memakaikan cincin pertunangan.

Uuu uwu sekali Mas dan Mbaknya ini.

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang