"Hai guys.."Suara kecil itu mengalun di ramainya suasana caffe. Beberapa pasang mata menoleh menatap kearah dua gadis yang berdiri dengan ekspresi yang berbeda.
Gadis sebelah kiri tersenyum lebar dan satunya lagi tersenyum kikuk.
Tak ada yang membalas sapaannya, ia pun dengan cepat menarik lengan gadis disampingnya untuk ikut duduk diantara mereka.
"Kalian belum pesen makanan?" Tanya Qiana yang melihat meja masing kosong.
"Kita nungguin lo." Balas Somi dengan tatapan yang fokus pada gadis disamping Qiana. "Hai Yola, long time no see, how are you?"
"I'm fine.."
"Yaudah yuk pesen makanan, gue laper." Ucap Key. Tangan Key lalu terangkat untuk memanggil pelayan, ia lalu memesan makanan yang ingin ia pesan, begitupun dengan para sahabatnya.
"Sebenarnya lo siapa sih?" Tanya Dira dengan mata menatap Yola.
"Gue Yola, sekelas sama Qiana."
"Terus hubungan lo sama Ben apa?"
Yola diam, namun tiba-tiba sebuah suara terdengar, "Dia tunangan Abang gue." Yola terkejut, ia menatap Qiana dengan tatapan terkejut.
"Tunangan?" Gumam Aruna pelan.
"Kapan kalian tunangan? Kok gue gak tau."
"Baru beberapa bulan."
"Ohh.."
"Emm, Aruna happy birthday ya.. ini ada sesuatu buat lo.." Yola memberikan sebuah kotak kecil dari dalam tasnya. Memberikan pada Aruna yang diterima oleh gadis itu.
"Bukanya nanti aja kalau lo dirumah." Aruna lalu menghentikan tangannya yang akan membuka bingkisan itu. Ia lalu memasukkan kotak itu ke dalam tas.
Keadaan tiba-tiba hening.. Miya yang benar-benar tak nyaman dengan keadaan itu segera memutar otak, mencari ide agar dapat menghancurkan pagar kecanggungan ini.
"Habis ini kita shoping yuk, udah lama gak nge-mall. Gue juga mau ganti rambut lagi, mumpung besok weekend, jadi nanti habis shoping kita ke rumah Aruna. Kita party sendiri.." cerocos Miya dengan semangat.
"Gue setuju." Balas Somi.
"Gue juga.."
"Gue juga ah, males di rumah."
"Gue ikuttt.."
"Kenapa harus rumah gue sih?" Tanya Aruna sedikit kesal, ya gimana ya, mereka kan biang rusuh.
"Kan lo yang ultah, sekalian kita party kecil-kecilan." Dengan penuh beban Aruna mengangguk, ya gak papa sih mereka ngadain party, toh juga tidak ada pesta ulang tahun untuk Aruna.
"Lo kenapa lihat Yola sampe segitunya sih Dir? Awas jatuh cinta." Ucap Qiana yang sedari tadi juga menatap Dira.
"Idih, gue masih normal btw. Gue lihat dia karena gak ngerasa asing aja."
"Kan dia emang__"
"Permisi.." ucapan Miya terhenti kala seorang pelayan tiba-tiba muncul.
"Ini pesanannya kak, selamat menikmati."
***
Aruna hanya duduk kala para sahabatnya mencoba pakaian dan memilih barang lainnya. Ia hanya tak sedang mood untuk menghamburkan uang.
"Gue boleh duduk." Aruna mendongak, lalu mengangguk.
"Sorry Kak." Yola menggenggam tangan Aruna, membuat gadis yang dipanggil Kak itu menoleh kearahnya.
"Buat apa?"
"Buat semuanya, akhir-akhir ini lo sering dapet masalah gara-gara gue."
"Udahlah lupain, gue juga biasa aja." Balas Aruna dengan tawa sumbang.
"Gue baru tau kalau lo sama Ben udah tunangan, gue pikir kalian cuma pacaran biasa. Udah lama kalian tunangan?"
"Belum lama.."
Aruna menghela nafas, "Kalau aja lo bilang, kalau lo sama Ben udah tunangan, mungkin gue gak bakal ganggu kalian."
"Gue belum siap buat__"
"Yola?" Ucapan Yola terhenti, gadis itu mendongak, dan melihat seseorang yang barusan memanggilnya.
"Tante?" Yola beranjak dari duduknya, Aruna pun ikut melihat siapa yang barusan menyapa Yola, dan detik berikutnya, ia merasa canggung berada diantara mereka.
"Kamu ngapain disini?"
"Yola lagi belanja Tante, sama Qiana juga."
"Jangan panggil Tante, Yola, panggil Mama aja." Wanita dengan tampilan elegan itu melirik sekilas kearah Aruna yang diam sambil bersandar pada pembatas lantai.
Hm Aruna sih cuek aja.
"Eh iya Ma."
"Mama.." dua wanita itu menoleh, berbeda dengan Aruna yang hanya melirik seseorang yang berjalan santai ke arah mereka berdiri.
"Ben, kamu kemana aja? Mama cari kamu daritadi." Ben menoleh sekilas kearah Aruna, "tadi Ben dari toilet, Mama ngapain disini?"
"Tadi Mama gak sengaja lihat Yola lagi duduk sendirian disini, jadi Mama samperin dia." Sendiri? Aruna berdecih, lalu ia dianggap apa? Setan? Mana ada setan secantik dirinya.
Melihat suasana yang tiba-tiba menggelap, Ben berinisiatif untuk mengajak Mamanya pergi sebelum bibir lemes milik Mamanya mengeluarkan kata-kata mutiara untuk Aruna.
"Ma, kita pulang. Ben mau pergi soalnya."
"Yaudah, Yola jaga diri ya, kalau bisa kamu harus sama Qiana terus, jangan deket-deket sama orang asing." Lagi-lagi mata sipit itu melirik sinis kearah Aruna. Dan gadis yang dilirik pun membalas lirikan sinis itu dengan tatapan tajam setajam paku.
Aruna mana takut sama Mak Lampir modelan kayak Mak nya Qiana.
Cih.
"Iya Ma, Mama hati-hati dijalan, Kak Ben jangan ngebut bawa mobilnya." Yola tersenyum lembut pada Ben yang membalas senyuman itu, tak lupa tangan Ben yang mengusap puncak kepala Yola.
Aruna be like "Hah, keuwuan macam apa ini?!"
Hai?
Lama ngilang wkwk, gk juga sih, baru satu minggu.
Oh ya, gue berniat mau buat cerita dari web drama singkat Treasure.
Berbeda judul, dan tentunya tokoh :)
Mau gue kasih cewek, biar gak batang semua.
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉