###
"Na, ini saatnya lo beraksi." Miya mengarahkan dagunya ke arah meja kantin yang di tempati Ben dan kawan-kawan. Setelah mengangguk pasti, Aruna berdiri dan melangkah menuju meja Ben. Saat ini kebetulan Ben tidak sedang bersama Abangnya, hanya ada Uncuk dan juga Yozi. Bersyukur juga tidak ada Jihoon si tukang ganggu.
"Ekhm.. boleh gabung gak..?" Semua mata tertuju padanya, gadis berambut ombre itu tersenyum melihatkan deretan gigi putihnya.
"Ehh ada Aruna, sini-sini duduk." Uncuk mempersilahkan Aruna untuk duduk. Di meja lain, ada wanita yang mendumel karena tak di perlakukan seperti itu oleh Uncuk.
"Sama gue aja sok-sokan dingin, awas aja, jangan tanya kalau ntar malem ada pelet terbang ke rumah lo."
"Lagian kenapa lo gak langsung tembak aja sih Dir, atau lo minta orang tua lo buat jodohin lo sama sepupu tersayang lo itu." Saran Key, namun dibalas tatapan sengit oleh Dira.
"Yang ada gue di gaplak Bapak Hanben gara-gara minta di jodohin sama Uncuk."
"Kenapa..? Kan Om Mino bukan kakak kandung Bokap lo, jadi sah-sah aja kok kalau kalian nikah."
"Sut diem, lihat drama dulu." Mereka lalu kembali fokus melihat drama singkat yang sebentar lagi akan di mulai.
"Tumben gabung sama kita..?" Tanya Yozi pada Aruna.
"Ya karena lagi pengen aja."
"Ohh, gak ada niat terselubung kan..?"
"Ya enggak lah, paling cuma lihat Kak Ben doang." Ben memutar bola matanya jengah, ia lalu beranjak dari duduknya dan melangkah pergi. Namun belum sempat Ben sampai di pintu kantin, Aruna lebih dulu memanggilnya.
"Kak Ben.." berhenti, Ben berhenti dan berbalik menatap Aruna dengan sebelah alis yang dinaikkan.
Aruna menarik nafasnya, lalu hembuskan perlahan. "Gue.." Aruna melirik meja dimana para sahabatnya berada. Mereka menggangguk meyakinkan.
"Gue.." Ben jengah menunggu Aruna yang hanya bilang gue sedari tadi. Ia lalu berbalik, namun lagi-lagi suara Aruna membuat langkahnya terhenti.
"Gue suka sama lo." Ucap Aruna cepat.
Semua orang menatapnya terkejut, seorang Aruna yang cuek, yang gak pernah pacaran, yang sering nolak cowok pake alasan gak jelas, yang terkenal bar-bar petakilan. Kini nyatain perasaannya ke Ben..? Ini nyata..? Biasa aja sih.
Ben berbalik, berjalan pelan menuju Aruna. Kini semua mata menatap mereka, penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Termasuk Yola, yang memang sedari tadi melihat Ben, ia ingin tau apa yang akan Ben katakan nanti. Dan juga Jihoon yang sejak tadi duduk di pojok kantin bersama Ajun, tatapannya tak lepas dari Aruna, menatap sendu gadis yang dicintainya 7 tahun lalu. Parah emang, itu 7 tahun kalau Jihoon pintar bisa buat beli rumah daripada buang-buang waktu ngejar cintanya Aruna.
"Gue enggak." Ucap Ben saat sudah berada di depan Aruna.
"Hm..?"
"Gue gak suka sama lo." Keras, sangat keras, Ben mengucapkan kalimat itu dengan keras. Hingga seluruh manusia yang ada di kantin mendengar ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉