Kelima gadis itu menatap miris sahabatnya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Wajah yang awalnya mulus kini dipenuhi luka lebam, lengan yang awalnya putih bersih kini terdapat jahitan panjang."Miya bangun dong, sepi tau gak ada lo." Ucap Aruna sendu, tangannya mengusap wajah Miya lembut. Sudah satu hari Miya asik terpejam, tak menghiraukan teman-temannya yang setia menunggu gadis itu sampai bolos berjamaah.
"Rumah kosong pitaloka, menurut kalian siapa?" Tanya Dira pada sahabatnya.
"Gue yakin itu Acha." Balas Key.
"Enggak mungkin, tadi kan Arthur cerita kalau dia awalnya anter si Acha ke toko buku. Jadi rasanya mustahil kalau Acha yang lakuin ini." Aruna menoleh menatap Dira dalam.
"Sekarang mainnya pake pembunuh bayaran," sarkas Aruna. Ia memijat pelipisnya, rasa pusing kembali hinggap di kepalanya. Dira bungkam, ia lalu duduk disofa, menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Berpikir kenapa akhir-akhir ini banyak terjadi hal-hal mengerikan disekitar sahabatnya. Sebentar lagi mungkin akan ada lagi.
"Qi, mau ikut gue gak?" Qiana menatap Key, "Kemana?"
"Ke kantin, kita beli makan. Dari tadi pagi kita belum makan."
"Oke deh."
Setelah dua gadis tadi berlalu, pintu kembali terbuka menampilkan gadis yang menatap ragu kearah mereka.
"Yola?"
"Ee, gue mau jenguk Miya." Ucapnya lirih. Aruna menghela nafas, ia tau Yola mungkin merasa canggung dekat dengannya. Ia lalu beranjak dari duduknya yang berada disamping ranjang Miya. Setelahnya ia mundur dan bersandar pada tembok. Yola mulai melangkah dan meletakkan buah-buahan diatas meja nakas.
"Kenapa bisa?" Entah kepada siapa Yola melayangkan pertanyaan itu.
"Kita belum tau, tunggu Miya bangun dan kita bisa tau semuanya." Balas Dira kala melihat sahabatnya tak ada yang mau berucap. Ia lupa jika hanya ada dirinya, Ame dan Aruna yang sama-sama membisu. Dia yang sedikit waras pun mengalah, dan menjawab pertanyaan Yola :)
"Gue mau keluar." Dira dan Ame serentak menatap Aruna yang berjalan keluar. Sedangkan Yola hanya melirik pintu ruangan, ah ia merasa bersalah sekarang.
***
Pria bermata coklat itu terus mondar-mandir sejak sepuluh menit yang lalu. Ia ingin masuk namun kakinya terlalu gengsi untuk melangkah maju. Alhasil Arthur hanya duduk menatap pintu berwarna putih itu. Sejujurnya ia ingin melihat bagaimana keadaan Miya, namun kenapa langkahnya sangat berat.
Arthur menunduk, namun duduknya kembali tegak saat pintu putih itu terbuka.
"Lo ngapain disini?"
"Eee,, duduk." Aruna mengernyit, namun sedetik kemudian dia tersenyum geli.
"Kalau mau masuk, masuk aja gih.. cuma ada Dira, Ame sama Yola didalam."
"Lo kenapa keluar?"
"Mau pergi bentar, gue duluan.." Arthur mengangguk saat Aruna melangkah pergi dari hadapannya. Entah hembusan nafas keberapa kali, pria itu masih diam menatap pintu yang sedari tadi diam. Akhirnya, mungkin pantatnya lelah duduk, Arthur pun berdiri melangkah masuk ke ruangan serba putih itu.
Matanya langsung tertuju pada gadis yang kini tengah memakan jeruk yang disuapkan dari tangan Yola. Semua nata tertuju padanya, dia berdehem canggung namun kakinya tetap melangkah.
"Nih.." Miya melirik ponselnya yang tak layak pandang. Ia lalu mendongak menatap Arthur yang menampilkan ekspresi datar.
"Buang aja lah, udah rusak juga." Miya melanjutkan memakan jeruk, tak peduli tatapan Arthur yang menajam.
"Yaudah buang.." hp tak bersalah itu terlempar keluar jendela, Dira menatap cengo Arthur yang dengan santainya membuang ponsel yang hanya retak layarnya itu.
"Kok lo buang beneran sih? Sayang tau, itu masih bisa dipake." Ame yang memang penyayang segala hal segera berlari menuju jendela ruangan Miya yang langsung tertuju pada taman. Mengecek apakah ponsel itu masih dalam keadaan aman atau tidak, dan bersyukurlah bahwa sekarang ponsel itu tengah berada di tangan Aruna, yang kebetulan tengah berada ditaman, dan sialnya ponsel itu mengenai punggungnya tadi. Gadis itu menatap Ame meminta penjelasan, namun balasan Ame tetap tak membuat Aruna paham.
"Balik Na, bawa hp nya Miya." Aruna mengangguk pelan lalu kembali ke ruangan Miya.
"Mentang-mentang kaya, buang hp sembarangan. Niat buang tuh ke tempat sampah." Nyinyir Aruna lalu melempar ponsel itu ke tempat sampah.
"Ini lagi malah dibuang ketempat sampah, emang ya kalian tuh berdosa banget." Ame melangkah ketempat sampah, lalu menumpahkan semua isi didalam tempat sampah itu. Mengambil ponsel milik Miya dan melempar ponsel itu ke arah Aruna.
"Jual, uangnya shodaqoh in."
"Hai guys, wah rame ya kayak pasar malam." Suara itu membuat orang yang ada didalam ruangan menoleh kearah pintu, dua gadis tengah berjalan dengan dua kresek berisi makanan.
"Udah sadar lo? Gue kira lo gak bakal bangun." Dan setelahnya, satu buah apel melayang tepat mengenai kepala Qiana. Siapa lagi kalau bukan Miya pelakunya.
"Buset, tangan lo dijahit aja masih bisa nyiksa orang njir.."
"Bacot."
"Lo utang cerita sama kita, lo harus ceritain kejadian tadi malam." Ucap Dira yang sedari tadi hanya menonton. Wajah Miya berubah redup, ekspresi ketakutan jelas terlihat namun sebisa mungkin Miya terlihat tenang.
"Gimana ceritanya lo bisa sampai ke gang 4 deket sekolah?"
"Gue pergi belanja, tapi pas pulang tiba-tiba ada yang ngejar gue dan gue gak tau kenapa gue malah lari ke gang itu."
"Jalan kaki? Terus kenapa bisa telfon Arthur?"
"Iya gue jalan kaki, Ya gue telfon dia, karena nomor Arthur gue jadiin panggilan darurat.." semua mata sontak menatap Arthur yang hanya diam berdiri melihat lurus kearah Miya.
"Lo inget siapa yang lakuin itu?"
"Apa?"
"Yang buat lo jadi gini."
"Gue inget tapi cuma suaranya aja."
"Menurut lo itu siapa? Cewek apa cowok?"
"Kalau dari suara dia cewek dan gue rasa gue gak asing sama suara itu, tapi suara tawa sama suara kalau ngomong tuh beda Dir."
"Gimana ciri-cirinya?"
"Ck, gue terlalu sibuk sama rasa sakit ditubuh gue njay, habis pingsan bangun-bangun udah diiket kayak kambing, dianiaya lagi. Jadi gue gak peduli sama ciri-ciri mereka."
"Kalau yang ngejar lo cewek apa cowok?" Kali ini Arthur yang bertanya.
"Cowok kayaknya."
"Jadi siapa yang terlintas diotak lo saat lo inget tawa itu Mi?"
Dengan ragu Miya menjawab, "Nabila."

KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉