ingat

76 14 7
                                    


Dira tengah bersiap untuk pergi ke perpustakaan kota, iya akhir-akhir ini dia sering menghabiskan waktu di perpustakaan kota. Mungkin karena kecelakaan itu, otaknya jadi geser, eh malah rajin belajar. Alhamdulillah ya.

"Kamu mau kemana Dir?"

"Mau ke perpustakaan kota Pa."

"Sendirian?"

"Iya.."

"Minta anter Haruto atau Mang Udin aja, atau mau sama Papa?"

"Enggak Pa, Dira sendiri aja."

"Tapi kan__" ucapan Hanbin terhenti kala sebuah suara tiba-tiba menyelanya.

"Biar Uncuk yang anter Om." Dua orang itu menoleh ke sumber suara, disana ada Uncuk yang tengah berdiri dengan wajah berseri-seri.

"Iya sama Uncuk aja Dir." Hanbin setuju karena ada yang bisa menjaga putrinya, dia mah mau ngopi di rumah aja :)

Dira diam sejenak, lalu, "Oke deh."

Suasana mobil tampak hening, Uncuk diam-diam mencuri pandang ke arah Dira yang hanya diam dan sibuk dengan ponselnya.

Dira terus men-scroll beranda Instagram miliknya, hingga sebuah foto muncul dan membuat ia mengingat sesuatu yang masih samar. Gadis itu memukul pelan sisi kepalanya yang terasa nyeri. Matanya terpejam erat, perlahan nyeri di kepalanya tak lagi terasa.

"Lo baik-baik aja kan?" Tanya Uncuk yang merasa khawatir dengan kondisi Dira saat ini.

"Hmm.."

Lima belas menit berlalu, kini mereka sampai di perpustakaan kota.

"Gue tinggal bentar ya, mau beli sesuatu dulu, nanti gue jemput."

"Iya." Dira lalu melangkah menuju perpustakaan kota sendiri, tanpa Uncuk disampingnya.

Gadis itu sibuk mencari novel yang ia inginkan sampai tak sadar jika ada seseorang yang tengah memperhatikannya.

"Hai Dira." Dira menoleh, dahinya berkerut seakan bingung.

"Kita saling kenal?" Tanya Dira ragu.

"Aaahh rupanya lo masih belum inget siapa gue? Kalau gitu, kita kenalan." Gadis itu mengulurkan tangannya ke Dira, yang disambut Dira dengan ragu. "Gue Nabila."

"Nabila?"

"Hm, Nabila, tunangannya Danny."

Dahi Dira semakin mengernyit, "Danny?"

"Aahh Uncuk.." Nabila tersenyum tipis.

"Bang Uncuk? Nabila?"

Dira berpikir, namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing, "Sshhh.. akh.."

Gue lihat Uncuk sama Nabila

Pasti Nabila yang udah lakuin itu

Kenapa lo selalu nuduh Nabila?

Gimana kalau Mommy jodohin gue sama Nabila?

Danny tuh cocoknya sama Nabila

Nabila

Nabila

Nabila

"Arghhh.." tubuh Dira ambruk, ia meringis kesakitan, tangannya terus menekan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa sakit yang terus menjalar.

Nabila terus tersenyum tipis melihat kondisi Dira yang kesakitan, katakanlah dia seperti psikopat yang menimati kesakitan dari mangsanya.

Ingatan-ingatan kecil mulai terlintas di benak Dira, nama Nabila terus berputar.

"Dira?!" Senyum Nabila luntur, ia terkejut melihat seorang pria yang tak ia kenal berlari menuju Dira yang kini terduduk menahan rasa sakit dikepalanya.

"Sial.." dengan segera Nabila pergi, sebelum orang itu melihat dirinya.

"Dira? Dira are you okay?"

"Arghhh.."

"Dira tenang." Pria itu menggenggam tangan Dira, mencoba membantu Dira untuk tenang.

"Sakit.." setelah sekian lama, kini ia dapat melihat Dira yang cengeng. Dira-nya yang mudah menangis.

Pria itu memeluk Dira, mengusap puncak kepala gadis itu pelan. Perlahan Dira mulai membaik, gadis itu mencium aroma parfum yang tak asing baginya.

Ia mendongak, dan hal selanjutnya yang ia lihat adalah hal yang tak ia sangka sebelumnya.

"Alex?"

***

"Kenapa lo lakuin itu Som?"

Somi menghela nafas, ia menatap Ame yang kini menatapnya datar.

"Gak ada niatan buat fitnah Aruna, gue cuma mau buat dia sadar. Dia tuh sahabat kita, bukan babu kita."

"Maksud lo?"

"Dia terlalu mau di peralat sama kita, disuruh itu mau disuruh ini mau. Gampang banget dimanfaatin, selalu ngalah pula, gampang maafin salah orang lain. Dia terlalu baik buat jadi manusia, sekali-kali jadi orang brengsek kenapa." Jelas Somi dengan rasa kesal yang meluap-luap.

"Gue gak ngerasa manfaatin kebaikan Aruna."

Somi melirik sinis Ame, ia berdecih, "Heh yang paling manfaatin Aruna tuh lo, sadar diri dong Me."

Dan Ame tertegun mendengar penuturan Somi.

"Tapi bukan gue yang buat minuman lo jadi minuman rasa klorin." Tambah Somi.

"Gue juga lagi mikir Som, kira-kira siapa yang udah lakuin itu?"

"Pasti itu orang dalem."

"Ah gue tambah pusing."

"Apa ini ada hubungannya sama X man yang ngejar Qiana waktu itu?"

Ame berpikir sejenak, lalu berkata "Gue curiga sama Bang Yozi deh."


Hai :)

High School WaijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang