###
Pulang adalah tujuan para murid SMA Treasure saat ini, sudah sangat ingin merasakan empuk dan hangatnya kasur dikamar.
"Ahh gue gak sabar pengen rebahan dua hari.." Ame menghirup udara segar, berharap beban dalam hidupnya sedikit berkurang tergeser oleh oksigen yang ia hirup berlebihan.
"Key, ayo naik.." tanpa mengatakan apapun pada para sahabatnya yang menatapnya, Key yang ditarik Cio untuk masuk ke bus pun hanya diam, biasanya dia bakal say bye ke teman-temannya, tapi gak tau mulutnya lagi males kebuka.
"Dih, yang udah dilamar mah beda."
"Iri lo Mi?"
"Gue iri? Mana ada kata iri dihidup gue."
"Hmm percaya, tenang aja nanti lo bakal dilamar sama Arthur kok, di alam kubur."
"Heh,, yang ada malah Malaikat yang lamar gue." Aruna tertawa mendengar balasan Miya, dia lalu menoleh ke arah Ame yang menatap ke arah seseorang yang akhir-akhir ini ia jauhi.
"Udahlah gak usah dilihat, lo duduk aja sama gue." Ame menatap Aruna, kadang ia bingung, padahal Aruna juga tak beda jauh darinya. Sering ngalah dan buat diri sakit hati.
"Oke bos."
"Bantuin gue dong elah.." tiga gadis itu segera membantu Dira untuk naik ke bus, susah juga, badan kecil tapi berisi tuh serasa ngangkat barbel, kelihatan aja body goals tapi beratnya buat orang meninggoy.
Wajah yang awalnya diisi dengan tawa seketika berubah datar saat tak sengaja ia melihat Yola dan Ajun yang duduk berdampingan. Ame lalu melewati mereka tanpa menoleh, ia lalu duduk di dekat jendela. Jika Ame memilih cuek, berbeda dengan Miya dan Dira yang melemparkan tatapan sengit kearah Yola. Dan Aruna, gadis itu awalnya biasa aja, tapi lama-lama kok nyesek juga ya, Abangnya duduk sama Yola, si Jihoon ikut-ikutan duduk sama rivalnya, si Sellahah. Panas kan jadinya, ia lalu duduk dengan wajah yang cemberut. Ben yang duduk diseberangnya hanya menatap Aruna dalam diam.
*Tembak napa mas, jangan lihat doang :)"Dilihat dari wajah lo kayaknya lo cemboker lihat cowok lo duduk sama Sella." Miya yang duduk dibelakangnya dengan sengaja berdiri dan berbisik pada Aruna.
"Sorry ya, buat apa gue cemburu lihat dia sama cewek lain. Suka aja enggak."
"Na?? Lo gak??" Dira yang mendengar jawaban Aruna yang kelewat keras itu terkejut.
"Apa? Udah jan berisik. Gue tabok ntar."
"Dih dasar baperan."
"Dir, nanti kalau ortu lo tanya kenapa tuh kaki sama tangan, lo jawab apa?""Ya bilang aja sih habis gelut sama Maung hutan."
"Anjay maung hutan.."
"Anak-anak mohon perhatiannya.." Bu Vida tiba-tiba berdiri di depan dengan memegang mic.
"Dih tuh guru butuh perhatian." Dira yang ada disamping Miya tak segan-segan memberi jitakan dikepala Miya.
"Nanti kita mampir dipusat oleh-oleh, waktu kalian belanja hanya satu jam, jadi gunakan waktu itu sebaik mungkin buat belanja. Oke.."
"Oke bu.."
***
Mata mereka seketika berbinar saat melihat banyak sekali penjual disini. Beragam jenis makanan ada disana, bahkan baju dan juga aksesoris pun terlihat unik-unik.
"Qi, ikut gue yuk beli sepatu." Tanpa menunggu jawaban dari Qiana, Haruto segera menarik lengan gadis itu untuk ikut dengannya.
"Lah? Gak ada niatan gitu dia ngajak gue."
"Mending lo sama gue aja yuk Na," Miya menggandeng tanga Aruna, mereka lalu menuju penjual aksesoris.
Meninggalkan Dira dan Ame yang melongo. "Merasa terkhianati gue, naik turun bareng, tapi kita ditinggal.""Eh tungguin kita setan."
Sibuk memilih aksesoris sampai Aruna tak sadar jika kini Ben ada di sampingnya dan juga memilih aksesoris yang sama. "Bu yang ini harganya berapa?" Aruna menoleh saat seseorang juga mengatakan hal yang sama sepertinya.
"Itu 20 ribu dapet tiga dek, kalian pacaran ya? Mending beli yang ini aja, ini bagus, katanya kalau orang yang pacaran paje gelang ini, dijamin bakal langgeng dek."
"Teori baru nih Na." Bisik Miya dengan tawa jahil.
"Ada buktinya gak Bu?"
"Loh dulu itu Justin Bieber sama Ariana Grande juga pakai gelang ini."
"Mon maap nih Bu, tapi Justin Bieber sama Ariana Grande gak pernah pacaran.."
"Lah saya kan gak bilang mereka pacaran, saya cuma bilang mereka pakai gelang ini."
Aruna tersenyum namun matanya melotot, "Iya Bu terserah apa kata Ibu. Saya ambil ini dua. Berapa?" Aruna mengambil gelang yang tadi Ibu itu bilang.
"50 ribu dek." *Buset mahal bener🙂 :/
Setelah aksi bayar membayar, dengan cepat Aruna menarik Miya agar pergi dari tempat itu. Alasannya ya karena Mas Ben.
Ame yang sejak tadi muter-muter gak jelas hanya dapat menghela nafas pasrah, gini nih nasib jomblo, udah jomblo dihempas pula sama doi, sad banget hidup lo tong. Udah gitu tadi Dira malah mampir di warteg, capek jalan katanya. Yang penting nanti pas pulang jangan lupa dijemput.
"Hai.." sebuah suara menginterupsinya, ia lalu menoleh dan mendapati Jihoon yang tengah tersenyum padanya.
"Hai Kak.." sopan banget Mbak Ame ini.
"Kok sendiri? Temen-temen lo kemana?"
"Pada sibuk nyari oleh-oleh."
"Kok gak ikut?"
"Hehe pengen misah aja, mau cari baju."
"Mau gue temenin gak?"
"Boleh.." dengan cepat Ame membalas, ia lalu mengangguk dan tersenyum, Ame sepertinya lupa akan sesuatu.
"Ini cocok buat lo.. nih warnanya pas buat kulit lo yang bening, ahaha.."
"Cocok banget lah.."
"Ini bandananya cocok buat lo.. tambah cantik.."
Di kejauhan, seseorang tampak meremas benda yang kini ada digenggamannya. Niatnya ingin memberikan satu dari dua benda ini untuk sang kekasih, ya untuk sekedar menambah keseriusan hubungan diantara mereka. Tawa mereka yang benar-benar lepas membuat hatinya terasa berdenyut nyeri.
Tapi , akh sudahlah..
Aruna menghela nafas, ia lalu memutar tubuhnya, dan sesuatu yang bidang menghalangi penglihatannya. Ingin menangis, tapi untuk apa?
Dia sendiri yang mengatakan jika dia tak menyukai Jihoon, lalu untuk apa ia tangisi sesuatu yang memang benar adanya?"Nangis aja, kalau mau gue bisa peluk lo Na."
###
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉